Mensos Serahkan Santunan kepada 17 Wali Santri Korban Musibah di Pesantren Al Khoziny

Wait 5 sec.

Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia Saifullah Yusuf menyerahkan santunan kepada 17 wali santri Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Surabaya— Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf menyerahkan santunan kepada 17 wali santri korban musibah runtuhnya mushala di Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Penyerahan dilakukan dalam acara Tahlil Akbar Syuhada Al Khoziny yang digelar di Gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Sabtu 11 Oktober.“Alhamdulillah, kita bisa berkumpul untuk berdoa bersama. Presiden memberikan perhatian sejak awal terhadap musibah ini. Saya diperintahkan mendampingi keluarga korban dalam perlindungan sosial, mulai dari santunan, jaminan sosial, pemulihan hingga pemberdayaan,” ujar Mensos Saifullah Yusuf.Dalam acara yang diawali dengan Khotmil Quran, pembacaan Surah Yasin, dan tahlil tersebut, masing-masing wali santri menerima bantuan sosial berupa santunan sebesar Rp15 juta serta paket sembako dari Kementerian Sosial.Turut hadir dalam acara ini Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Abdul Matin Djawahir, Pengasuh Pesantren Al Khoziny KH Abdul Salam Mujib, dan Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur HA Jazuli yang mewakili Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.Santunan dan Pendampingan BerkelanjutanMensos menegaskan bahwa santunan yang diberikan merupakan bagian dari penanganan menyeluruh terhadap korban dan keluarga, yang dilakukan secara bertahap sesuai domisili keluarga santri. Tahap awal mencakup wilayah Surabaya, dilanjutkan ke Madura, Sidoarjo, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga luar Jawa.“Kemarin saya sudah menjenguk dua santri yang selamat namun harus diamputasi, yakni Syehlendra Haical Aditya dan Syaifur Rosi Abdillah. Saya beri semangat karena santri diajarkan untuk kuat dan ikhlas dalam menghadapi musibah,” ujarnya.Selain bantuan uang tunai, Kemensos juga memberikan pendampingan psikososial, bantuan modal usaha, dan pelatihan keterampilan bagi keluarga korban, berdasarkan hasil asesmen kebutuhan spesifik dari masing-masing keluarga.“Ada yang ingin buka warung atau toko, nanti kita asesmen, latih, dan beri modal. Yang mengalami disabilitas, kita bantu dengan alat bantu seperti kaki palsu, kursi roda, dan lainnya, bekerja sama dengan Komisi Nasional Disabilitas,” kata Saifullah.Audit Bangunan dan RehabilitasiMensos juga meminta PWNU Jawa Timur untuk bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) guna melakukan audit bangunan pesantren, sebagai bagian dari proses rehabilitasi dan pencegahan musibah serupa.Sementara itu, KH Abdul Matin Djawahir menyampaikan bahwa para santri yang wafat dalam musibah tersebut diyakini sebagai syuhada.“Insya Allah mereka para syuhada. Kita di dunia merasa kehilangan, tapi mereka insya Allah berada dalam kebahagiaan di surga. Ini adalah nasihat bagi kita semua untuk belajar menerima dan mengambil hikmah dari musibah,” ujarnya.Acara Tahlil Akbar ini menjadi momen haru yang penuh doa dan refleksi, sekaligus bentuk nyata kepedulian negara dan masyarakat terhadap duka yang menimpa keluarga besar Pesantren Al Khoziny.