Gubernur Jateng: Gangguan Kesehatan Jiwa Banyak Ditemukan Lewat Program CKG

Wait 5 sec.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi saat mengecek pelaksanaan program Dokter Spesialis Keliling (Speling) (foto: dok. antara ) SEMARANG — Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan jiwa merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terdeteksi melalui program Dokter Spesialis Keliling (Speling) yang terintegrasi dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di berbagai wilayah desa di Jawa Tengah."Saya amati, ternyata cukup banyak kasus gangguan jiwa yang ditemukan. Maka dari itu, kami libatkan dokter spesialis jiwa dalam program Speling," ujar Gubernur Luthfi di Semarang, Sabtu 11 Oktober.Ribuan Terindikasi Depresi dan CemasBerdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah per 10 Oktober 2025, sebanyak 5.918.363 orang telah mengikuti skrining kesehatan jiwa melalui program Speling, CKG, dan kegiatan kesehatan lainnya, termasuk pemeriksaan di sekolah.Dari jumlah tersebut:32.735 orang (0,55%) terindikasi mengalami gejala depresi28.846 orang (0,49%) menunjukkan gejala kecemasanGubernur menegaskan bahwa program Speling dirancang untuk mendekatkan akses layanan spesialis, terutama di wilayah pedesaan yang sebelumnya minim akses terhadap dokter spesialis.“Di desa-desa, banyak masyarakat yang belum pernah bertemu dokter spesialis. Program ini adalah wujud kehadiran negara dalam menjamin layanan kesehatan menyeluruh hingga ke tingkat desa,” katanya.Hingga September 2025, program Speling telah menjangkau 560 desa di Jawa Tengah, dan terus diperluas dengan dukungan dari program nasional CKG.Lansia yang Tinggal Sendiri Paling RentanDokter spesialis jiwa dari RSJD RM Soedjarwadi Klaten, dr Dwi Rejeki Nursanti, yang ikut terjun dalam layanan Speling, menyebutkan bahwa lansia yang tinggal sendiri merupakan kelompok paling rentan mengalami gangguan jiwa seperti depresi ringan dan kecemasan.“Rata-rata dari 10 pasien yang kami tangani, tujuh di antaranya datang dengan keluhan cemas dan depresi. Sebagian besar adalah orang tua yang tinggal sendiri karena anak-anak mereka merantau,” ujarnya.Dari pasien yang diperiksa, usia mereka berkisar antara 50 hingga 65 tahun, dan hanya satu pasien yang berusia 40 tahun. Beberapa pasien mengaku merasa sepi dan rindu keluarga, yang memicu gejala depresi ringan.Solusi: Aktivitas Sosial dan Dukungan LingkunganMenurut Dwi, keterlibatan dalam kegiatan sosial dan komunitas seperti pengajian, arisan PKK, atau posyandu lansia dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan tekanan mental yang dirasakan para lansia.Selain program Speling, RSJD RM Soedjarwadi juga memiliki inisiatif bernama Sapu Jagad, yaitu layanan pelaporan jika di lingkungan masyarakat terdapat orang dengan gangguan jiwa. Rumah sakit akan melakukan penjemputan, pengobatan, terapi, hingga pelatihan keterampilan sebelum pasien dikembalikan ke masyarakat.“Kami tidak hanya mengobati, tapi juga membantu mereka pulih dan kembali berdaya di lingkungan sosial,” tutup Dwi.