14 Anak di India Meninggal karena Obat Batuk Sirop, Kandungan DEG Melebihi Batas

Wait 5 sec.

Pandangan umum menunjukkan sirup obat batuk di sebuah apotek di Srinagar, Jammu dan Kashmir, India, Senin (6/10/2025). Foto: Firdous Nazir/Nur Photo via REUTERSKasus obat sirop beracun kini terjadi di India. Setidaknya, dilaporkan 14 anak meninggal dunia karena mengonsumsi obat batuk sirop bermerek Coldrif Syrup.Reuters melansir, sebagian besar anak-anak berusia lima tahun meninggal akibat gagal ginjal dalam sebulan terakhir setelah mengonsumsi obat batuk bermerek Coldrif Syrup. Hasil laporan kepolisian menunjukkan, sirop tersebut mengandung toksin dietilen glikol (DEG) dalam jumlah hampir 500 kali lipat dari batas yang diizinkan.Cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) pada sirop obat batuk buatan India terus menjadi sorotan. Sebab, jumlah korban yang meninggal tidak hanya di satu negara saja.Obat sirop batuk buatan India tersebut telah menyebabkan 141 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun meninggal dunia sejak tahun 2022. Dan pada 2019, 12 anak di India juga menjadi korban jiwa.Gejala yang Dialami Anak-anak Setelah Mengonsumsi Obat Batuk SiropDirektur Pengawasan Obat, Tamil Nadu, dalam laporan laboratoriumnya tertanggal 2 Oktober 2025 mengkonfirmasi Coldrif Syrup (Nomor batch SR-13, produksi Mei 2025, kedaluwarsa April 2027) yang diproduksi Sresan Pharmaceuticals mengandung 48,6 persen dietilen glikol. Lalu uji terpisah oleh Laboratorium Pengujian Obat Chopal juga menemukan 46,28 persen senyawa beracun yang sama.Kedua laporan tersebut menyimpulkan sampel obat tersebut tercemar dan berbahaya bagi kesehatan.Diketahui, anak-anak berusia di bawah 5 tahun sempat dirawat karena gejala pilek, batuk, dan demam."Semua anak menunjukkan gejala awal pilek, flu, atau demam. Sebagian besar berusia di bawah lima tahun. Sebagian besar dari mereka diberi obat sirop Coldrif, yang kemudian menyebabkan retensi urine dan gangguan ginjal akut," berikut bunyi laporan kepolisian negara bagian Madhya Pradesh, India bagian tengah.Dan yang meresepkan obat batuk sirop beracun adalah seorang dokter anak yang praktik di CHC Parasia, Dr. Praveen Soni.Dalam beberapa hari setelah mengonsumsi obat tersebut, mereka mengalami penurunan produksi urine dan peningkatan kadar kreatinin dan urea, gejala yang menandakan cedera ginjal akut.Dalam laporan tersebut disebutkan setidaknya 16 anak mengalami masalah ginjal setelah mengonsumsi obat sirop tersebut. Sehingga, diduga jumlah kasus kematian masih dapat bertambah. Selain itu, sebanyak enam anak lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit daerah Nagpur karena komplikasi ginjal.Kasus ini merupakan salah satu keracunan sirop obat batuk terburuk yang pernah tercatat di India.Dietilen glikol sendiri digunakan dalam berbagai produk cairan anti-beku seperti kosmetik dan pelumas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan berlebihan dapat menyebabkan gejala muntah dan sakit perut hingga cedera ginjal akut. Dan dampak terburuknya adalah dapat menyebabkan kematian.Tersangka Kasus Keracunan Obat Sirop di India, Termasuk Seorang DokterDalam kasus ini, polisi telah menetapkan produsen obat Coldrif, Sresan Pharma, sebagai salah satu tersangka utama. Pihak kepolisian juga menangkap dokter anak, Dr. Praveen Soni, yang telah meresepkan obat tersebut kepada sebagian besar anak-anak.Izin praktik Dr. Soni ditangguhkan menyusul kejadian ini. Lebih lanjut, ia juga kedapatan menjalankan praktik swasta dan meresepkan obat-obatan tertentu kepada bayi yang dirawat olehnya. Setelah mengonsumsi obat-obat yang diresepkan, beberapa anak mengalami demam tinggi dan sulit buang air kecil.Hasil penyelidikan mengungkap Soni telah meresepkan obat-obatan yang berdampak pada kesehatan ginjal. Dan beberapa di antaranya meninggal dunia.Beberapa negara bagian di India juga telah melarang obat batuk sirop tersebut diresepkan. Sejauh ini, obat batuk merek Coldfrif Syrup hanya beredar dan dijual di Indonesia.Indonesia Ikut WaspadaKepala BPOM, Taruna Ikrar di Hotel DoubleTree by Hilton, Jakarta Utara pada Senin (19/5/2025). Foto: Abid Raihan/kumparanTragedi obat sirop beracun di India turut menjadi perhatian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, sudah berkoordinasi dengan tim internalnya untuk mengantisipasi dan pencegahannya."Kita betul-betul berhati-hati karena kita punya pengalaman. Tiga tahun lalu, tahun 2022, [pengalaman] dengan gagal ginjal akut dan kita tidak mau terulang lagi," kata Taruna kepada wartawan di Kantor BPOM, Jakarta, Senin (6/10).Taruna menegaskan pihaknya terus memberi atensi khusus dan prinsip kehati-hatian terkait obat-obatan yang diimpor dari India. Ia juga memastikan obat sirop beracun yang menjadi penyebab belasan anak meninggal di India tidak beredar di Indonesia."Sampai sekarang belum [beredar di Indonesia]. Mudah-mudahan jangan sampai [ada] karena kita sudah jaga betul. Pas muncul informasi itu kita segera bertindak. Seluruh unit pelaksana teknis di Indonesia kami informasikan dalam rapat khusus untuk berhati-hati," tutup Taruna.