Ilustrasi (foto: Unsplash) JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) masih stabil di atas Rp2 miliar, yang didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, meningkatnya permintaan institusional, dan kekuatan teknikal harga yang tetap terjaga di atas level support.Risalah rapat FOMC yang dirilis minggu ini memperlihatkan sikap lebih dovish dari para pejabat The Fed. Sebagian besar peserta menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter “tepat dilakukan” untuk sisa tahun ini.Langkah ini menyusul pemangkasan pertama tahun ini pada bulan September, di tengah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja dan stagnasi inflasi di atas target 2%. Investor menilai pelonggaran moneter ini akan melemahkan daya tarik dolar AS dan mendorong minat pada aset langka seperti Bitcoin.Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai bahkan menilai kebijakan ekspansif AS, termasuk injeksi dana 2,5 triliun dolar AS melalui program Reverse Repo, akan menjadi bahan bakar utama siklus bullish Bitcoin berikutnya.“Kebijakan moneter longgar mengurangi daya tarik aset berbasis fiat dan memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap pelemahan dolar AS. Seperti tahun 2020–2021, penurunan imbal hasil riil biasanya diikuti lonjakan permintaan kripto, khususnya BTC,” katanya. Secara teknikal, Bitcoin (BTC) sempat menembus level tertinggi mingguan di 126.198 dolar AS (Rp2,08 miliar), sebelum terkonsolidasi di kisaran 122.000 dolar AS (Rp2,01 miliar). Menurut Fyqieh, saat ini pasar tengah memasuki fase konsolidasi sehat. Jika BTC mampu bertahan di atas 120.000 dolar AS dan menembus 124.850 dolar AS, peluang menuju 130.000 dolar AS (Rp2,15 miliar) terbuka lebar. “Namun, kegagalan mempertahankan level 119.500 dolar AS (Rp1,98 miliar) dapat memicu koreksi jangka pendek hingga 117.000 dolar AS (Rp1,94 miliar),” jelasnya.Meski momentum Bitcoin saat ini masih positif, para analis tetap mengingatkan adanya risiko eksternal yang akan berpengaruh terhadap pasar.