Sebagian besar dari kalian pasti pernah mendengar atau dipamiti ibu kalian untuk pergi arisan setiap minggu atau bulannya secara rutin di sela-sela waktu kegiatan sehari-hari. Kalian pasti pernah berjumpa dengan sekumpulan ibu-ibu yang berkumpul di suatu tempat, membawa makanan kecil hingga berat, bercengkrama, dan seperti melakukan sebuah transaksi dengan berharap bahwa hari itu adalah giliran nama mereka yang disebutkan. Arisan, merupakan praktik ekonomi khas Indonesia yang sering dijumpai di banyak desa atau kompleks perumahan di berbagai daerah di Indonesia.Ilustrasi pengumpulan dana arisan. Foto oleh wirestock/FreepikArisan sendiri adalah kegiatan sosial yang rutin dilakukan oleh sekelompok orang di mana mereka akan mengumpulkan sejumlah uang yang telah ditentukan dalam periode waktu tertentu sesuai kesepakatan bersama. Kemudian, dana yang telah terkumpul akan secara bergilir diberikan kepada salah satu anggota arisan yang namanya keluar melalui undian acak. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang setiap minggu atau bulannya hingga semua nama anggota arisan memenangkan undian acak di mana nama anggota yang sudah keluar tidak akan disebutkan kembali. Arisan ini biasanya dilakukan dalam lingkup tetangga desa atau kompleks, ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), hingga teman satu pekerjaan. Ada yang menyebutkan bahwa arisan adalah sarana mereka menyimpan uang untuk sementara sampai undian nama mereka disebutkan. Ada juga yang menyebutkan bahwa arisan adalah salah satu alternatif untuk mengelola keuangan. Namun, mengapa mereka lebih memilih mengikuti arisan dibanding menyimpan uang mereka di bank atau sistem tabungan konvensional pada umumnya yang lebih aman?Dalam kacamata sosiologi ekonomi, fenomena ini bisa dipahami melalui konsep embeddedness atau keterlekatan. Konsep ini menekankan bahwa aktivitas ekonomi tidak semata-mata lahir dari perhitungan rasional individu, melainkan juga dipengaruhi oleh jejaring sosial serta nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Dalam penelitiannya, Granovetter (1985) menyebutkan adanya keterkaitan jaringan hubungan sosial dalam tindakan ekonomi individu. Dengan demikian, keputusan ekonomi seseorang bukan hanya sekadar hasil rasionalitas individu saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kepercayaan, norma, dan struktur jaringan dari tiap individu. Sehingga ikatan persahabatan, kekerabatan dalam lingkungan kerja, kedekatan dalam bermasyarakat, dan hubungan keluarga turut memengaruhi tindakan ekonomi seseorang.Jika mengikuti logika rasional, orang tentu akan cenderung memilih menyimpan dan mengelola uang mereka di bank konvensional resmi yang bisa menjamin keamanan uang mereka serta dilindungi oleh hukum. Namun, adanya konsep keterlekatan ini membuat sebagian orang menggunakan sistem arisan sebagai sarana penyimpanan mereka. Namun, hakikat arisan yang sesungguhnya bukan pada sistem simpan-pinjam uang, tetapi juga ruang sosial dan jaringan kepercayaan. Arisan menjadi suatu kesempatan mereka untuk berkumpul secara rutin di tengah kesibukan sehari-hari. Di dalamnya, para anggota yang mempunyai latar belakang berbeda disatukan dalam suatu kesamaan tempat tinggal, tempat kerja, atau suatu organisasi. Kemudian, mereka akan bersosialisasi, mempererat kedekatan, bertukar informasi atau pikiran, bahkan sering dianggap sebagai ajang bergosip bagi ibu-ibu.Akan tetapi, saat ini, esensi arisan mulai dipertanyakan semenjak munculnya fenomena arisan online. Arisan online sebetulnya mempunyai kegiatan yang sama seperti arisan pada umumnya, tetapi dilakukan melalui platform digital seperti aplikasi atau media sosial tanpa pertemuan tatap muka secara langsung. Dengan dalih mempermudah para anggotanya yang sibuk atau berjauhan dan tidak diperlukan adanya pertemuan tatap muka, membuat arisan online mulai marak diikuti oleh masyarakat. Namun, arisan online ini sudah tidak mengarah pada tujuan arisan yang sebenarnya. Arisan yang awalnya menjadi sarana untuk saling berkumpul dan menguatkan ikatan sosial telah bergeser maknanya menjadi menjurus kepada investasi yang menjanjikan hasil yang cukup besar. Ketua arisan online kerap menggunakan janji keuntungan yang menggiurkan, sehingga banyak orang tertarik untuk ikut bergabung.Dampak positif dari adanya arisan online ini adalah memudahkan anggotanya dalam melakukan pengumpulan dan pembagian uang secara fleksibel tanpa batas waktu dan tempat. Namun, dampak negatif dari arisan online ini tidak bisa kita abaikan karena justru mempunyai impact yang lebih besar daripada dampak positifnya. Karena berbasis online, minimnya informasi dan transformasi meningkatkan risiko penipuan dan kerugian finansial. Kebanyakan dari mereka ikut serta dalam arisan online ini hanya karena tergiur dengan untung kelipatan yang ditawarkan. Rendahnya kewaspadaan masyarakat mengakibatkan penipuan arisan mulai marak terjadi dan memakan banyak korban dengan kerugian bisa mencapai miliaran rupiah.Kalian pasti sudah tidak asing dengan pemberitaan penipuan arisan yang banyak diberitakan di media massa. Seperti yang baru saja diberitakan pada 4 Oktober 2025 di mana ada seorang wanita Lampung yang menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang) dari tahun 2023 yang terjerat kasus arisan bodong dengan kerugian 1,2 miliar rupiah baru saja ditangkap. Lalu, ada seorang selebgram yang terjerat kasus usai membawa kabur uang arisan senilai 48 juta rupiah pada tahun 2024. Kemudian, ada kasus pada April 2025 lalu di mana uang arisan dibawa kabur hingga menimbulkan kerugian mencapai 5 miliar rupiah.Lalu yang menjadi pertanyaan saat ini, apakah arisan masih perlu dilakukan? Bagaimana cara menghindari adanya arisan bodong? Masyarakat perlu dan penting untuk memiliki literasi keuangan yang baik sehingga mereka dapat mengelola dan menginvestasi keuangan pribadi pada tempat yang tepat. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial di mana di setiap keputusan mereka akan melibatkan unsur sosial, norma, dan etika terutama dalam tindakan ekonomi. Maraknya kasus penipuan berakar dari masyarakat yang masih minim pengetahuan dan kewaspadaan. Oleh karena itu, arisan masih dapat dilakukan dengan catatan bahwa masyarakat harus memahami literasi keuangan dan meningkatkan kewaspadaan agar kasus penipuan tidak terjadi lagi kedepannya.