Elon Musk Dapat Paket Gaji Terbesar dalam Sejarah, Bisa Raup Puluhan Miliar Dolar Meski Tak Capai Target Ambisius Tesla

Wait 5 sec.

Elon Musk, dijanjikan gaji raksasa dengan target mudah (foto: x @elonmusk)JAKARTA — Elon Musk kembali menjadi sorotan setelah Dewan Direksi Tesla Inc. menawarkan paket kompensasi terbesar dalam sejarah korporasi modern. Berdasarkan proposal resmi yang disetujui pada September 2025, Musk berpotensi memperoleh kompensasi senilai 878 miliar dolar AS (Rp14,5 kuadriliun)  dalam bentuk saham selama periode sepuluh tahun, dengan serangkaian target yang disebut sebagai “Mars-shot milestones” — target besar yang digambarkan setara dengan upaya mengubah dunia.Namun, hasil analisis Reuters mengungkap bahwa Musk tetap dapat menerima puluhan miliar dolar AS meskipun tidak memenuhi sebagian besar target yang sangat ambisius tersebut. Berdasarkan tinjauan terhadap dokumen perusahaan dan pendapat lebih dari selusin pakar di bidang kompensasi eksekutif, valuasi perusahaan, robotika, dan kendaraan otonom, Musk dapat memperoleh lebih dari 50 miliar dolar AS (Rp829,3 triliun) hanya dengan mencapai sebagian kecil dari target yang tergolong mudah.Bahkan, jika Musk hanya berhasil memenuhi dua dari target paling ringan serta mencapai pertumbuhan saham yang moderat, ia tetap berpotensi memperoleh 26 miliar dolar AS (Rp431,2 triliun), jumlah yang melampaui total pendapatan seumur hidup delapan CEO dengan bayaran tertinggi di dunia, termasuk Mark Zuckerberg (Meta Platforms), Larry Ellison (Oracle), Tim Cook (Apple), dan Jensen Huang (Nvidia).Target Penjualan yang Mudah DicapaiMenurut empat pakar otomotif, target penjualan kendaraan yang ditetapkan oleh Tesla dinilai relatif mudah untuk dicapai. Dalam proposal tersebut, Musk akan menerima kompensasi saham senilai 8,2 miliar dolar AS (Rp136 triliun) jika Tesla berhasil menjual rata-rata 1,2 juta unit mobil per tahun selama dekade mendatang, dengan catatan valuasi pasar perusahaan meningkat dari 1,4 triliun dolar AS menjadi 2 triliun dolar AS pada 2035. Jumlah ini bahkan lebih rendah dibandingkan penjualan Tesla pada 2024 yang mencapai 1,7 juta unit.Pada Selasa 7 Oktober, Tesla mengumumkan peluncuran versi berbiaya lebih rendah dari Model Y dan Model 3, dua kendaraan terlaris perusahaan, dalam upaya membalikkan tren penurunan penjualan global.Selain target penjualan, terdapat tiga target pengembangan produk lain yang dinilai terlalu umum dan tidak memiliki tolok ukur teknis yang jelas. Hal ini berpotensi memberikan Musk ruang interpretasi yang luas untuk tetap memperoleh kompensasi besar tanpa benar-benar menghadirkan inovasi signifikan terhadap lini produk Tesla.Definisi Kabur pada Target TeknologiSalah satu target yang paling disorot adalah pencapaian 10 juta pelanggan untuk fitur “Full Self-Driving” (FSD), sebuah perangkat lunak yang saat ini masih membutuhkan intervensi manusia dalam pengoperasiannya. Dalam proposal tersebut, tidak terdapat syarat yang mewajibkan sistem tersebut benar-benar mampu mengemudi secara otonom penuh. Tesla hanya perlu memenuhi kriteria “sistem mengemudi canggih” — istilah yang tidak memiliki definisi baku di industri otomotif.Pakar hukum dan teknologi otonom menilai, target tersebut dapat dicapai dengan mudah apabila Tesla menurunkan harga langganan FSD yang saat ini dibanderol 8.000 dolar AS di muka atau 99 dolar AS per bulan. Sebagai perbandingan, pesaing utama Tesla di China, BYD, telah menawarkan sistem serupa tanpa biaya tambahan.Target lain yang ditetapkan adalah peluncuran satu juta unit robotaksi tanpa pengemudi manusia di dalam kendaraan. Namun, sejumlah pakar menyebut ketentuan ini masih terbuka untuk interpretasi, termasuk kemungkinan penggunaan operator jarak jauh atau pengemudi cadangan di kursi penumpang — praktik yang saat ini telah diterapkan Tesla dalam uji coba robotaksi berskala kecil di Austin, Texas.Selain itu, kontrak juga mencantumkan target produksi satu juta unit robot. Meskipun banyak pihak menilai target ini mengacu pada proyek robot humanoid Optimus, definisi dalam dokumen resmi Tesla tidak secara eksplisit menyebut istilah “humanoid”. Frasa yang digunakan adalah “robot atau produk fisik dengan mobilitas yang menggunakan kecerdasan buatan.” Para analis robotika menilai deskripsi tersebut terlalu umum dan dapat mencakup berbagai jenis produk selain robot berbentuk manusia.Potensi Keuntungan Besar Tanpa Target KeuntunganBerdasarkan analisis Reuters, Musk berpotensi memperoleh 26,4 miliar dolar AS (Rp437,8 triliun) apabila berhasil mencapai dua target produk disertai valuasi perusahaan sebesar 2,5 triliun dolar AS. Jika tiga target terpenuhi dan valuasi Tesla mencapai 3 triliun dolar AS, nilainya meningkat menjadi 54,6 miliar dolar AS.Dengan demikian, Musk dapat meraih keuntungan besar tanpa harus mewujudkan kendaraan otonom sepenuhnya — produk andalan yang telah dijanjikannya selama lebih dari satu dekade.Dalam pernyataannya, Dewan Direksi Tesla menegaskan bahwa paket gaji tersebut “tidak bernilai apa pun” bagi Musk kecuali Tesla berhasil melipatgandakan nilai perusahaan dan mencapai target operasional tertentu. Musk juga diwajibkan tetap menjabat sebagai eksekutif Tesla selama 7,5 tahun untuk dapat menerima kompensasi penuh. Namun, hak suara atas saham tersebut akan langsung menjadi milik Musk setelah target dicapai.Melalui platform media sosial X, Musk menyatakan bahwa paket tersebut bukan semata-mata terkait kompensasi finansial, melainkan mengenai “pengaruh yang cukup untuk memastikan keselamatan dalam pengembangan jutaan robot di masa depan.”Risiko Tata Kelola dan Tantangan LabaSejumlah pakar tata kelola perusahaan menilai langkah dewan direksi Tesla sebagai keputusan berisiko tinggi karena terlalu bergantung pada satu sosok. Wei Jiang, Wakil Dekan Sekolah Bisnis Universitas Emory, menyebut bahwa pemberian kewenangan besar kepada Musk menciptakan “monopoli kepemimpinan” di perusahaan tersebut. Menurutnya, praktik tata kelola yang baik seharusnya melibatkan proses seleksi terbuka untuk posisi eksekutif tertinggi.Di sisi lain, tantangan terbesar bagi Musk justru terletak pada target keuntungan. Tesla menetapkan delapan target laba bertingkat mulai dari 50 miliar hingga 400 miliar dolar AS untuk pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Sebagai pembanding, Tesla pada 2024 hanya mencatat 16,6 miliar dolar AS.Bisnis kendaraan listrik yang menjadi sumber utama pendapatan Tesla kini mengalami tekanan akibat meningkatnya kompetisi dan model yang mulai usang. Satu-satunya model baru, Cybertruck, dinilai gagal memenuhi ekspektasi pasar. Namun, struktur kompensasi Musk memungkinkan ia tetap memperoleh bayaran besar melalui kombinasi antara pencapaian target operasional ringan dan peningkatan valuasi perusahaan.Menurut perhitungan analis, valuasi Tesla dapat mencapai 2 triliun dolar AS hanya dengan tingkat pertumbuhan tahunan 6,4% dalam dekade mendatang, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan indeks S&P 500 (8,5%) dan Nasdaq (13,2%) selama tiga dekade terakhir.Analis dari Morningstar, Seth Goldstein, menilai valuasi Tesla bisa meningkat hingga 3 triliun dolar AS dalam sepuluh tahun apabila kinerja pasar tetap stabil. Namun ia menegaskan, sebagian besar nilai Tesla saat ini masih didasarkan pada “produk masa depan yang belum ada.”“Hanya Musk yang Dapat Melakukannya”Profesor keuangan dari University of Southern California, Kevin Murphy, yang pernah menjadi saksi ahli dalam pembelaan terhadap paket gaji Musk tahun 2018, mengakui bahwa sebagian target Tesla memang tidak terlalu sulit dicapai. Meski demikian, menurutnya para pemegang saham percaya bahwa hanya Musk yang memiliki kapasitas dan visi untuk mewujudkan transformasi besar tersebut.“Pertanyaannya bukan apakah paket ini berlebihan,” kata Murphy. “Bagi para pemegang saham, jawabannya sederhana: mereka percaya Elon Musk memang sepadan dengan risiko dan imbalannya.”Dengan struktur gaji yang kontroversial dan target yang sebagian masih bersifat ambigu, masa depan Tesla kini kembali bergantung pada figur tunggal yang telah lama menjadi wajah dari inovasi dan kontroversi industri teknologi global.