Gambaran kekacauan bumi dalam film 2012. (Sony Pictures)JAKARTA – Sejarah hari ini, 16 tahun yang lalu, 17 November 2009, Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Solo bersiap melarang penayangan film 2012. Film rekaan sutradara, Roland Emmerich itu dianggap mencoba provokasi penonton pada ajaran agama tertentu.Sebelumnya, penayangan film 2012 yang bercerita terkait kiamat dunia bawa kehebohan. Tak sedikit kaum ulama yang menegaskan film 2012 terlarang. Kondisi itu karena tiada manusia yang boleh menentuan hari atau tahun kiamat. Film itu dianggap sesat.Ramalan paling terkenal di dunia terkait hari kiamat adalah milik Suku Maya yang berasal dari Amerika Tengah. Mereka memprediksi bahwa kiamat dunia akan terjadi pada 12 Desember 2012. Ramalan itu tak dianggap serius oleh banyak orang. Apalagi, ilmuwan tak banyak memperhitungkannya.Sikap berbeda justru ditunjukkan oleh sutradara, Roland Emmerich. Alih-alih terjebak dalam perdebatan ketepatan ramalan, ia justru bergerak mengangkat nyatannya ramalan lewat film 2012. Ia coba memberikan gambaran terkait bumi yang kiamat dengan rangkaian bencana yang berdatangan.Formula itu membawa filmnya yang rilis pada 13 November 2009 di seluruh dunia kehosor. Film itu paling banyak dibicarakan di mana-mana. Mereka yang sempat tak percaya, justru penasaran dengan kiamat yang digambaran oleh film 2012.Tak sedikit pula yang menganggap film itu sesat. Ada juga yang menganggap film 2012 sebagai hiburan yang buruk. Ragam reaksi itu justru membuat pencinta film lainnya datang untuk membuktikan komentar orang lain. Namun, hal yang paling diuntungkan adalah Roland Emmerich.Ia membuktikan bahwa bermodal narasi ramalan yang diragukan justru dapat menghadirkan film yang ditonton banyak orang. Perkara banyak yang tak setuju dengan narasi film bukan masalah selama mereka beli tiket dan menonton.“Film itu mampu memberikan gambaran sempurna terkait musim panasnya: makan popcorn ukuran besar dan lezat. Sekalipun sebagian besar ulasan film negatif. Film itu terus dipromosikan. Bahkan, empunya film tak perlu susah-susah mencari ide promosi.”“Mereka cuma butuh mengisi papan reklame dengan tulisan: pencarian: 2012. Sebab, pencarian tahun itu dianggap yang paling banyak cari di Google dan mengeluarkan jawaban terkait kiamat tahun 2012,” terang Brooks Barnes dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul ‘2012’ Opening Earns $65 Million (2019).Kehebohan film 2012 pun muncul di Indonesia. Kemunculan itu karena kaum ulama datang merespons negatif film. Mereka menganggap film 2012 sesat. Kondisi itu karena tiada manusia yang boleh menentuan hari atau tahun kiamat. Kuasa itu dianggap milik tuhan semata.Sampul DVD film 2012. (Sony Pictures)Alhasil, MUI Solo menegaskan akan melarang film 2012 di wilayah Solo pada 17 November 2012. Mereka menegaskan bahwa film itu mengarah kepada ajaran agama tertentu. Pelarangan itu dihadirkan mengikuti MUI cabang lainnya yang justru telah mengeluarkan fatwa haram.Namun, pelarangan justru membuat film itu kian populer di Solo. Mereka yang penasaran dengan film jadi bejibun. Padahal, mereka sebelumnya tak berencana menonton, tapi karena dilarang jadi semakin penasaran."Kami siap melarang, karena ada provokasi, yakni saat terjadi kekacauan dunia, film tersebut menganjurkannya untuk bersembunyi ke gereja-gereja. Provokasi itu yang kita persoalkan, kalau soal animasi tidak jadi masalah. Kalau sikap kita jelas melarang kalau ada provokasi semacam itu, namun untuk resminya kita ikut MUI Pusat," ungkap Ketua MUI Solo, Zaenal Abidin sebagaimana dikutip laman viva.co.id, 17 November 2009.