Jeff Bezos Kembali Jadi Co-CEO di Startup AI Manufaktur Senilai Rp103,6 Triliun

Wait 5 sec.

Jeff Bezos resmi kembali ke dunia kepemimpinan operasional (foto: x @founderwithadhd)JAKARTA - Jeff Bezos resmi kembali ke dunia kepemimpinan operasional untuk pertama kalinya sejak ia mundur sebagai CEO Amazon pada tahun 2021. Miliarder tersebut kini menjadi co-CEO Project Prometheus, sebuah startup kecerdasan buatan yang bergerak secara diam-diam (stealth mode). Proyek itu telah mengumpulkan pendanaan sebesar 6,2 miliar dolar AS (Rp103,6 triliun). Startup ini bertujuan merevolusi proses manufaktur di sektor komputasi, otomotif, dan kedirgantaraan. Pendanaan raksasa ini menjadikan Project Prometheus sebagai salah satu perusahaan rintisan tahap awal dengan sokongan dana terbesar dalam sejarah Silicon Valley, sekaligus menunjukkan keyakinan Bezos bahwa masa depan manufaktur akan digerakkan oleh AI.Kabar ini pertama kali dilaporkan oleh The New York Times, yang mengungkap bahwa Bezos tidak hanya menjadi investor utama, tetapi juga terlibat penuh memimpin perusahaan tersebut bersama co-founder Vik Bajaj.Bajaj dikenal berpengalaman dalam proyek teknologi tingkat tinggi—ia pernah bekerja di Google X, divisi moonshot milik Google yang berfokus pada inovasi ekstrem, dan kemudian memimpin Verily, perusahaan teknologi kesehatan di bawah Alphabet. Kombinasi Bezos dan Bajaj menempatkan Project Prometheus sebagai pemain baru yang sangat berambisi di ranah kecerdasan buatan untuk manufaktur.Walaupun pendekatan teknologinya masih dirahasiakan, Project Prometheus bertujuan mengembangkan AI untuk mengubah proses produksi fisik di berbagai industri besar. Perusahaan ini telah merekrut hampir seratus karyawan, termasuk para insinyur dan ilmuwan AI yang sebelumnya bekerja di OpenAI, Meta, dan DeepMind—tiga pusat penelitian AI paling berpengaruh di dunia.Masuknya talenta kelas atas ini memperlihatkan bahwa Project Prometheus membangun teknologi AI yang berada di garis terdepan, bukan sekadar sistem otomasi manufaktur tradisional.Waktu kemunculan perusahaan ini dinilai sangat strategis. Industri teknologi global kini tengah berlomba menerapkan AI pada manufaktur, sebuah sektor yang sebelumnya kurang mendapat sorotan dibanding aplikasi AI konsumen seperti chatbot dan model bahasa besar.Tesla telah memimpin langkah dalam otomasi manufaktur berbasis AI untuk produksi mobil, sementara perusahaan kedirgantaraan mulai mengadopsi sistem otomasi cerdas untuk proses perakitan yang kompleks.Berbekal rekam jejak Bezos dalam membangun sistem logistik Amazon dan pengalaman rekayasanya melalui Blue Origin, Project Prometheus tampaknya siap bersaing dalam persimpangan antara kecerdasan buatan dan sistem fisik berskala besar.Langkah Bezos kembali memimpin perusahaan ini juga menciptakan momen lingkaran penuh dalam kariernya. Setelah bertahun-tahun fokus pada eksplorasi luar angkasa melalui Blue Origin—yang baru-baru ini sukses mendaratkan booster New Glenn—ia kini kembali mengincar tantangan rekayasa besar lainnya, yaitu transformasi industri manufaktur global.Dana yang sangat besar yang telah dikumpulkan perusahaan memberi mereka kemampuan untuk mengembangkan teknologi yang sulit dijangkau startup lain.Strategi Project Prometheus yang bergerak dalam mode stealth memperkuat kesan bahwa perusahaan ini tengah mempersiapkan terobosan besar. Beberapa startup AI paling sukses muncul setelah bertahun-tahun bekerja di balik layar sebelum akhirnya memperkenalkan teknologi mereka ke publik. Dengan pendekatan serupa, Project Prometheus bisa saja melampaui perusahaan lain yang lebih dulu mempromosikan diri secara terbuka.Kembalinya Jeff Bezos ke kursi operasional melalui Project Prometheus merupakan sinyal kuat bahwa gelombang inovasi AI berikutnya tidak hanya akan terjadi di ranah digital, tetapi juga akan mengubah dunia fisik.Lewat pendanaan jumbo, tim berisi para ahli AI terbaik, dan visi besar tentang revolusi manufaktur, Project Prometheus dapat menjadi salah satu kekuatan terbesar yang membentuk masa depan industri global.