Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN) Tigor Pangaribuan. ANTARA/Rolandus NampuJAKARTA - Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN) Tigor Pangaribuan menyebut akuntan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berperan penting untuk mencegah terjadinya korupsi dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG)."Akuntan ini menjawab pertanyaan, Apakah BGN ini menjadi ajang bancakan (selamatan) korupsi? Oh, enggak bisa!" kata Tigor Pangaribuan dilansir ANTARA, Rabu, 19 November.Tigor menjelaskan tiap SPPG atau dapur MBG diberikan aliran dana kurang lebih Rp440 juta dalam satu kali permintaan untuk 10 hari yang melayani 3.000 penerima manfaat, sehingga total uang yang disalurkan menjadi Rp900 juta per bulan dan hanya bisa dicairkan apabila kepala SPPG sudah menyetujui."Yang bisa mengeluarkan uang di situ kita menggunakan virtual account, itu harus wakil yayasan yang menuliskan permintaan uangnya dan kepala SPPG menyetujui. Kalau mereka berselisih pendapat, tidak bisa keluar uangnya. Jadi, kita sudah buat sistem yang mencegah korupsi," ucap Tigor.Ia menambahkan anggaran sebesar Rp71 triliun untuk tahun 2025 langsung turun ke SPPG-SPPG, sehingga tidak ada lagi celah bagi oknum yang menyalahgunakan jabatannya untuk pengadaan fiktif pada Program MBG."Jadi eselon-eselon itu satu pun tidak ada yang mempunyai kekuatan untuk bisa melakukan pengadaan-pengadaan besar secara terpusat, itu tidak bisa, jadi soal korupsi itu sudah terjawab," paparnya.Namun demikian Tigor menegaskan pentingnya pengawasan dari seluruh pihak agar tidak ada praktik-praktik nepotisme, seperti memasukkan pegawai ke SPPG hanya karena unsur kedekatan, bukan karena keterampilan."Tapi, jika ada orang-orang yang bapak/ibu dengar mau memasukkan orang ke SPPG, terus ada orang yang karena kepingin dengan cepat masuk SPPG-nya, didaftarkan, terus karena tidak sabar, dia membayar beberapa oknum, itu lain cerita. Itu ibarat orang yang mau memotong barisan di dalam satu antrean, terus bayar calo, nah itu analoginya seperti itu, tapi di situ tidak ada uang negara," ujar Tigor.Dalam sistem MBG yang diperbarui secara berkala, penerima manfaat MBG paling banyak hingga saat ini yakni siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 1,13 juta pada 37 ribu kelompok, kemudian disusul siswa Raudhatul Athfal (RA) atau setara TK sebanyak 625 ribu pada 14 ribu kelompok di seluruh Indonesia.Tigor menegaskan BGN memastikan seluruh SPPG diawasi secara optimal dalam menjalankan SOP dan petunjuk teknis (juknis) yang telah ditetapkan melalui pengawasan yang berkelanjutan.