Surat Utang SMF Jadi Instrumen Korporasi Pertama dalam Underlying Repo Bank Indonesia

Wait 5 sec.

Obligasi (Foto: dok. Antara)JAKARTA - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau (SMF) sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, bersama Bank Indonesia (BI) menyelenggarakan kegiatan Pengenalan Surat Utang SMF sebagai underlying transaksi Repurchase Agreement (Repo) Bank Indonesia.Seperti diketahui, Bank Indonesia telah melakukan perluasan aset dasar repo berupa surat berharga korporasi berkualitas tinggi, di mana surat utang yang diterbitkan oleh SMF menjadi surat berharga pertama yang diterima oleh BI."Memperkenalkan bahwa surat utang yang diterbitkan oleh SMF merupakan surat utang korporasi pertama yang dapat direpokan kepada Bank Indonesia. Hal ini tentu bukan hanya menjadinya momen bersejarah bagi SMF tetapi juga merupakan salah satu bentuk sinergi nyata dari kebijakan moneter dan fiskal dalam mendukung pertunjukan ekonomi berkelanjutan," ujar Direktur Utama PT SMF Ananta Wiyogo di Gedung AA Maramis pada Kamis, 20 November.Ananta menambahkan bahwa agenda nasional yang membutuhkan dukungan pendanaan besar, seperti Program Tiga Juta Rumah, membutuhkan sinergi dan kolaborasi berbagai pihak.Ia menyampaikan melalui perluasan underlying repo ini, diharapkan tercipta langkah strategis dalam memperdalam pasar keuangan melalui peningkatan likuiditas dan digitalisasi instrumen SMF sehingga kapasitas pembiayaan jangka panjang untuk sektor perumahan dapat semakin diperkuat."Perluasan underlying repo Bank Indonesia telah dilaksanakan sejak tanggal 10 November 2025 dan diharapkan dapat menimbulkan opsi likuiditas yang lebih luas kepada pihak perbankan yang ingin mendorong penyaluran pembiayaan perumahan yang nantinya juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," jelasnya.Ananta menyampaikan dari sisi dampak ekonomi, sektor perumahan merupakan sektor strategis yang memiliki multiplier effect besar.Ia mengatakan berdasarkan kajian SMF Research Institute bersama BPS dimana sektor perumahan dapat mempengaruhi 185 sektor lainnya yaitu setiap investasi Rp1 triliun pada sektor perumahan diperkirakan menghasilkan peningkatan PDB sekitar Rp1,9 triliun.Ananta menjelaskan hingga 31 Oktober 2025, total outstanding surat berharga korporasi nasional mencapai Rp413 triliun. Dari jumlah tersebut, outstanding surat berharga SMF mencapai Rp25,3 triliun atau sekitar 6 persena dari total nasional."Dengan rating IdAAA secara nasional dan BBB secara global surat utang SMF merupakan surat utang terbesar yang saat ini yang di pegang oleh pihak perbankan," ucapnya.Ia menyampaikan penetapan surat utang SMF sebagai underlying repo melalui proses penilaian yang tidak dilakukan secara instan."Dalam beberapa bulan kebelakang, kita telah lakukan assessment terhadap surat utang SMF dimana beberapa kriteria diuji diantaranya likuiditas pasar, kisaran outstanding, credit rating, status entitas dan masuk ke dalam kategori High Quality Liquid Asset atau HQLA," ujarnya.Ia berharap pencapaian ini dapat mendorong pendalaman pasar keuangan yang lebih inklusif dan meningkatkan keyakinan investor terhadap surat utang yang diterbitkan SMF."Sehingga SMF dapat menyediakan likuiditas jangka panjang yang terjangkau bagi sektor perumahan dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," jelasnya.