Warga Bekasi Keluhkan Polusi Batu Bara, Legislator DPR: Sanksi Tegas Pabrik yang Melanggar!

Wait 5 sec.

Warga protes pada perusahaan di Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang Kota, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, karena debu serbuk dari aktvitas perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, Rabu (4/10/2023). (ANTARA/HO-warga)JAKARTA- Anggota Komisi IX DPR Nurhadi, menyoroti kondisi warga Kaliabang, Bekasi, Jawa Barat yang setiap hari hidup di tengah debu batu bara dari pabrik sekitar. Ia pun mendesak agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melakukan pemantauan kualitas udara secara rutin, memberi sanksi tegas kepada pabrik yang melanggar. "Saya sangat prihatin mendengar keluhan warga Kaliabang yang terus-menerus hidup di tengah debu batu bara dari pabrik sekitar. Saya mendesak agar pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), segera bertindak lebih tegas," ujar Nurhadi kepada wartawan, Kamis, 20 November. "Termasuk melakukan pemantauan kualitas udara secara rutin, memberi sanksi kepada pabrik atau pihak-pihak yang melanggar, serta memastikan ada mekanisme perlindungan kesehatan bagi warga terdampak," sambungnya.  Anggota Komisi yang membidangi kesehatan itu menegaskan, debu akibat batu bara ini perlu segera diatasi karena dapat berdampak terhadap kesehatan masyarakat. "Ini bukan sekadar masalah kotoran, tetapi bisa berdampak serius pada kesehatan masyarakat," tegas Nurhadi. Nurhadi pun mengingatkan, bahwa debu batu bara mengandung partikel halus dan zat toksik yang bisa mengiritasi saluran pernapasan, memicu batuk, sesak nafas, bahkan infeksi. “Banyak penelitian memang mengaitkan pajanan debu batu bara dengan gangguan pernapasan dan risiko penyakit paru kronis," katanya. Sementara dari sisi lingkungan, menurut Nurhadi, polusi ini juga merusak kualitas udara hingga tana yang dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat sekitar. "Polusi debu ini merusak kualitas udara, tanah, dan lingkungan pemukiman warga. Keberlanjutan hidup di daerah seperti Kaliabang harus dilihat dari sudut kesehatan warga bukan hanya dari sisi ekonomi pabrik," ungkap Nurhadi. Apabila terus dibiarkan, ia menilai, polusi akibat debu batu bara di Bekasi ini bisa menekan kualitas hidup masyarakat dan membebani sistem kesehatan di masa depan. “Belum lagi masalah sosial dan psikologi yang bisa mempengaruhi kehidupan warga setempat. Maka pemerintah, khususnya Pemda, harus segera mengatasi persoalan ini,” pungkas Nurhadi. Seperti diketahui, warga Kaliabang, Bekasi, sudah sekitar satu bulan terakhir hidup berdampingan dengan debu hitam yang mengendap di lantai rumah, menempel di dinding, dan bahkan mengotori kulit mereka.  Debu ini diduga berasal dari aktivitas pembakaran batu bara di pabrik sekitar, yang muncul hilang-timbul mengikuti arah angin dan kondisi cuaca. Saat hujan turun, debu menghilang sementara, namun kembali datang ketika cuaca kering dan angin bertiup. Beberapa warga melaporkan bahwa hampir seluruh bagian rumah mereka terkena debu, dari ubin, perabot, hingga dinding. Keluhan ini juga menimbulkan masalah pada kesehatan, termasuk iritasi kulit.