"); // });]]> '); });]]> Pelaku ledakan dikenal sebagai pribadi yang kurang bergaul dan penyendiri. Dugaan sementara, pemicu ledakan karena dia menjadi korban bullying.OlehAdyaksa VidiDiterbitkan 19 November 2025, 15:25 WIBCopy LinkBatalkanPerbesarPersonel militer berjaga di gerbang sebuah sekolah setelah ledakan di Jakarta, Indonesia, Minggu, 9 November 2025. Hingga Minggu (9/11/2025), SMAN 72 Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, masih dijaga ketat Polisi Militer TNI Angkatan Laut (POMAL). (AP Photo/Achmad Ibrahim)... SelengkapnyaJadi intinya...Pelaku ledakan SMAN 72 diduga meniru aksi ekstrem dari grup True Crime Community (TCC).Paparan konten ekstrem memicu aksi tanpa berpikir risiko, didorong kebanggaan psikologis.BNPT gandeng kementerian dan ahli untuk memetakan kondisi psikologis pelajar terpapar.Liputan6.com, Jakarta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara diduga kuat meniru aksi ekstrem dari grup True Crime Community (TCC) yang pernah dia akses. Akibat terpapar konten ekstrem secara terus menerus, dia mencoba tanpa berpikir panjang risiko dari aksi tersebut."Jadi dia bisa meniru ide perilaku apa yang terjadi, sehingga dia meniru supaya bisa dibilang hebat ya, supaya ada kebanggaan. Nah itu dari segi psikologis," kata Kepala BNPT, Komjen Eddy Hartono, dalam keterangannya dikutip, Rabu (19/11/2025).BNPT menggandeng Kementerian PPPA, KPAI, Kemensos, hingga para ahli psikologi untuk menganalisis lebih jauh temuan itu. Tim ini sedang memetakan kondisi psikologis para pelajar yang terpapar.Advertisement"Nah itulah yang kami sekarang dengan Kementerian PPA, dengan KPAI, kemudian Kemensos, melibatkan ahli-ahli psikologis untuk tadi itu, memetakan. Sehingga ketika diketahui secara psikologis apa yang terjadi, baru kita melakukan rehabilitasi," ucap dia.Hasil kajian itu nantinya akan menentukan rehabilitasi yang paling tepat untuk ABH itu."Kira-kira rehab apa yang pas ketika orang atau anak-anak ini mengalami tekanan secara psikologis. Nah itu yang sekarang kita kembangkan," katanya.2 dari 2 halamanDalam kesempatan yang sama, Eddy mengakui pola perekrutan terorisme ada pergeseran. Kini, perekrutan dilakukan secara online, bukan lagi lewat jalur ideologis klasik. Melainkan, lewat proses yang dalam kajian psikologis disebut memetic radicalization atau memetic violence."Bahwa rekrutmen secara online ini memang sedang tren ya. Bahwa di dalam kajian psikologis itu ada istilahnya namanya memetic radicalization atau memetic violence ya. Jadi dia lebih kepada meniru ide atau perilaku," kata Eddy.AdvertisementAdyaksa Vidi, Lia HarahapTim RedaksiCopy LinkBatalkanLagi Diskon Harbolnas 11.11Rekomendasi 6 Alat Cukur Kumis dan Jenggot, Elektrik sampai Berukuran Mini13 jam yang lalu4 Rekomendasi Tas Kantor Pria Stylish, Nyaman Dipakai dan Bikin Penampilan Makin Profesional1 hari yang lalu6 Model Blazer Pria yang Stylish dan Serbaguna untuk Berbagai Acara4 hari yang lalu4 Model Koko Kurta Pria, Pilihan Busana Muslim Berlengan Pendek hingga Tiga Perempat6 hari yang laluPromo Harbolnas 11.11, Vietjet Rilis Diskon Tiket Pesawat hingga 100 Persen1 minggu yang laluFujifilm Instax Mini LiPlay+ Meluncur di Indonesia, Cek Fitur dan Harganya1 minggu yang laluHarbolnas 11.11, Belanja 6 Model Celana Chino Pria yang Bikin Tampilan Simpe tapi Stylish1 minggu yang lalu6 Model Sandal Jepit Pria untuk Diborong Saat Harbolnas 11.111 minggu yang laluHarbolnas 11.11, Jangan Lewatkan Rekomendasi 6 Tas Ransel Pria Ini2 minggu yang lalu6 Model Celana Jeans Pria untuk Rekomendasi Belanja Harbolnas 11.112 minggu yang laluLihat SelengkapnyaEnamPluspowered by