QRIS TAP Sudah Diterapkan di 14 Provinsi, Transaksi Tembus Rp 13,8 Miliar

Wait 5 sec.

Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendrata di Kompleks Parlemen, Rabu (15/11). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanBank Indonesia (BI) terus memperluas implementasi QRIS TAP sebagai sistem pembayaran digital nirsentuh di sektor transportasi dan ritel. Sejak diluncurkan pada Maret 2025, antusiasme masyarakat terhadap fitur baru QRIS ini disebut kian meningkat.Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendrata menjelaskan, hingga kini QRIS TAP sudah berjalan di 14 provinsi. Dalam tujuh bulan pelaksanaan, QRIS TAP telah memproses sekitar 252 ribu transaksi dengan nilai mencapai Rp 13,8 miliar.“Jumlah merchant yang bisa QRIS TAP itu juga sudah meningkat menjadi 1,1 juta,” ujar Filianingsih dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (19/11).Provinsi yang Sudah Menggunakan QRIS TAP:Sumatera UtaraSumatera SelatanRiauBantenJakartaJawa BaratYogyakartaJawa TengahJawa TimurKalimantan BaratKalimantan SelatanSulawesi TengahSulawesi SelatanBaliFilianingsih menambahkan, BI akan terus mendorong perluasan implementasi QRIS TAP di berbagai daerah dan sektor. Animo masyarakat yang tinggi, kata dia, menjadi alasan kuat untuk mempercepat integrasi QRIS TAP dengan berbagai moda transportasi publik.Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menunjukkan ponselnya sebelum ditempelkan ke mesin pemindai untuk membayar kereta Moda Raya Terpadu (MRT) di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Jumat (14/3/2025). Foto: Sulthony Hasanuddin/ANTARA FOTO Selain transportasi, BI juga tengah menyiapkan ekspansi QRIS TAP ke sektor ritel seperti mal dan pasar tradisional. Langkah ini diharapkan mempercepat adopsi pembayaran digital di level masyarakat yang lebih luas.“Jadi perluasan di mal, di pasar, siap QRIS TAP gitu ya, jadi di berbagai daerah,” kata Filianingsih.QRIS Cross-Border Meningkat, Bisa Dipakai di Jepang hingga KoreaSelain pengembangan dalam negeri, BI juga terus memperluas kerja sama pembayaran lintas negara (cross-border). QRIS kini sudah bisa digunakan di Malaysia, Singapura, Thailand, hingga Jepang.“Nah, yang untuk Jepang juga sudah bisa dicoba, kalau mau beli sushi di Tokyo juga sudah bisa,” tutur Filianingsih.Ia menambahkan, perluasan berikutnya akan mencakup Tiongkok dan Korea Selatan pada awal tahun depan. “Mudah-mudahan tahun depan, awal tahun depan, mau beli dimsum di Beijing juga bisa. Lalu berikutnya mungkin kalau mau beli tteokbokki di Seoul juga bisa,” ujarnya.Filianingsih juga menyebut, BI sedang menjajaki kerja sama dengan otoritas keuangan Arab Saudi agar uang elektronik Indonesia dapat digunakan oleh jamaah umrah dan haji.“Kita mudah-mudahan dalam waktu dekat kita sudah bisa berkolaborasi masuk, uang elektronik kita masuk di Nusuk Apps-nya, sehingga nanti Bapak Ibu kalau pergi umroh ini, mudahkan pembayaran waktu dekat ini bisa berhasil,” kata dia.Transaksi Digital Tumbuh 31,20 PersenSementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap tumbuh positif. Pada Oktober 2025, volume transaksi pembayaran digital mencapai 4,45 miliar transaksi, naik 31,20 persen (yoy).Perry menyebut, pertumbuhan itu didorong oleh perluasan akseptasi pembayaran digital, termasuk lonjakan transaksi QRIS yang tumbuh 139,45 persen (yoy).“Kinerja positif tersebut didukung oleh peningkatan jumlah pengguna dan merchant,” ujar Perry.Volume transaksi aplikasi mobile dan internet masing-masing tumbuh sebesar 2,91 persen (yoy) dan 12,03 persen (yoy), termasuk transaksi QRIS yang tumbuh 139,45 persen (yoy). Kinerja positif tersebut didukung oleh peningkatan jumlah pengguna dan merchant.Dari sisi infrastruktur, volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-FAST mencapai 446,77 juta transaksi atau tumbuh 31,96 persen (yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp 1.115,09 triliun pada Oktober 2025. Volume transaksi nilai besar yang diproses melalui Sistem BI-RTGS tercatat sebanyak 0,99 juta transaksi, dengan nilai sebesar Rp 22.524,61 triliun pada Oktober 2025.Sementara dari sisi pengelolaan uang Rupiah, Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 13,37 persen (yoy) menjadi Rp 1.213,76 triliun pada Oktober 2025.