Usai Ledakan, SMAN 72 Jakarta Mulai Belajar Hybrid, 70% Siswa Sudah Tatap Muka

Wait 5 sec.

Suasana SMAN 72 Jakarta Utara beberapa hari setelah ledakan bom dalam sekolah. Foto: Rinddy Seftyan/kumparanSMA Negeri 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara mulai menerapkan pembelajaran hybrid pada Senin (17/11), dengan mayoritas siswa kembali belajar secara luring.Kepala Sekolah SMAN 72, Tetty Helena Tampubolon, mengatakan sebagian besar siswa sudah hadir langsung di sekolah.“70% lebih itu anak-anak tatap muka langsung, offline. Nah, sekian persennya itu mereka ikutnya daring. Jadi mereka hadir,” ujar Tetty saat dihubungi kumparan, Senin (17/11).Tetty menjelaskan sistem hybrid diterapkan atas arahan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung agar pembelajaran tatap muka segera dimulai kembali. Meski begitu, sekolah tetap menyediakan opsi daring bagi siswa yang belum bisa hadir karena kondisi kesehatan.“Artinya, iya (luring) tapi sifatnya itu masih hybrid. Artinya untuk anak-anak yang di rumah, kita layaninya secara online, seperti itu,” tutur Tetty.“Ternyata Pak Gubernur menyatakan agar segera dilakukan tatap muka seperti biasanya, supaya anak-anak kembali normal belajar dan tidak ketinggalan pelajaran,” sambungnya.Suasana SMAN 72 Jakarta Utara beberapa hari setelah ledakan bom dalam sekolah. Foto: Rinddy Seftyan/kumparanSuasana SMAN 72 Jakarta Utara beberapa hari setelah ledakan bom dalam sekolah. Foto: Rinddy Seftyan/kumparanMeski pembelajaran sudah berjalan, pihak sekolah belum menetapkan kapan kegiatan belajar akan sepenuhnya kembali luring. Menurut Tetty, sebagian siswa masih dalam masa pemulihan setelah insiden ledakan yang terjadi.“Kondisinya anak-anak kan memang masih sebagian besar itu masih kontrol. Terus secara fisik masih banyak yang pascakejadian itu kan masih terbaring sakit lemah di rumah. Nah, jadi kami harus banyak pahamnya dengan kondisi anak-anak kami,” kata Tetty.Selain pembelajaran akademik, sekolah juga masih membuka layanan pendampingan psikososial bagi siswa yang membutuhkan.“Masih (berjalan). Jadi kita membuka ruang gitu di aula, mana tahu ada anak-anak kita yang masih butuh pendampingan psikologis ya. Nah, itu ada. Dan kami tetap dibantu, dilayani dari Dinas Kesehatan, Angkatan Laut, HIMPSI. Pokoknya mereka itu memberikan waktu ya untuk kita,” jelas Tetty.“Sudah, (pembelajaran) sudah berjalan. Anak-anak kelihatannya lebih gembira sekarang,” tandasnya.Sebelumnya, pihak sekolah dan orang tua menggelar pertemuan pada Senin (17/11) untuk menentukan apakah pembelajaran tetap daring atau kembali tatap muka.“Hari Senin besok mereka akan mengundang para murid dan juga guru, untuk diberikan pilihan. Apakah mereka akan sekolah langsung atau melalui daring,” ujar Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Gedung Kemendikdasmen, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (16/11).Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung saat meresmikan renovasi Gedung Gereja HKI Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (16/11/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanPramono mengatakan, dirinya sempat bertemu langsung dengan Kepala SMAN 72, Sabtu (15/11). Ia meminta agar keputusan pembelajaran disusun dengan matang mengingat situasi psikologis sebagian siswa masih belum pulih.“Saya sampaikan kepada Ibu Kepala Sekolah, batas waktu untuk pembelajaran yang pakai daring, itu kan sampai dengan hari Senin,” kata Pramono.Pramono menyinggung maraknya penggunaan gawai di kalangan pelajar serta minimnya swasensor yang membuat kasus seperti di SMAN 72 dapat terjadi.“Kejadian di SMA 72 itu membuka mata kita semua bahwa swasensornya enggak ada dan itu memang kebetulan ketika kejadian kan saya termasuk yang pertama datang,” ucap Pramono.“Dan ketika di rumah sakit, saya ketemu dengan suspect (terduga) yang melakukan, waktu itu masih setengah sadar. Jadi menurut saya hal-hal seperti ini enggak boleh terjadi,” sambungnya.