Penyelidikan Dugaan Korupsi Whoosh, KPK Fokus Cari Peristiwa Pidana Saat Pengadaan Lahan

Wait 5 sec.

Juru Bicara KPK Budi Prasetyo/FOTO: Wardhany Tsa Tsia-VOIJAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih fokus menyelidiki dugaan korupsi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh. Pencarian peristiwa pidana dalam proses pengadaan lahan terus dilakukan setelah memanggil sejumlah pihak.“Terkait dengan kereta cepat, perkaranya masih di penyelidikan dan ini tim juga masih terus melakukan permintaan pendalaman dan permintaan keterangan kepada sejumlah pihak terkait dengan peristiwa pidananya,” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo di gedung Merah Putih KPK, Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin, 17 November.“Jadi KPK mendalami bagaimana proses-proses pengadaan salah satunya terkait dengan pengadaan lahannya,” sambung dia.Dari informasi yang dihimpun, penyelidik sudah meminta keterangan sejumlah pihak termasuk PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) pada pekan lalu. Sementara Budi menutup rapat informasi itu karena proses penyelidikan dilakukan secara tertutup. Dia hanya memastikan pemanggilan dilakukan kepada pihak yang mengetahui proses pengadaan.“Sudah lumayan, ya, yang diminta keterangan sudah cukup banyak dan ini masih terus dilakukan,” tegasnya.“Tim juga melakukan pendalaman, analisis terkait dengan informasi-informasi lainnya sehingga nanti bisa saling mendukung dan melengkapi dalam proses atau tahapan di penyelidikan ini.”   Diberitakan sebelumnya, KPK sedang melaksanakan penyelidikan dugaan korupsi proyek kereta cepat Jakarta–Bandung, Whoosh. Proses ini disebut berlangsung sejak awal tahun.Adapun Whoosh melayani rute Jakarta-Bandung dengan panjang rute 142,3 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30–45 menit dan beroperasi sejak Oktober 2023 setelah diresmikan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Proyek ini merupakan kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan China.Nilai proyeknya saat itu hanya ditargetkan 5,13 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp82,08 triliun. Namun, angka ini membengkak sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat menjadi 7,27 miliar dolar Amerika atau setara Rp115 triliun dengan asumsi kurs dolar Amerika Serikat Rp16 ribu.