CEO Hugging Face, Clem Delangue (foto: x @HashedTech)JAKARTA - Co-founder sekaligus CEO Hugging Face, Clem Delangue, menyatakan bahwa dunia saat ini bukan sedang berada dalam “gelembung AI”, melainkan “gelembung LLM” — dan gelembung itu mungkin akan segera pecah.Berbicara dalam acara Axios pada Selasa, 18 November, Delangue menyebut bahwa perdebatan soal gelembung teknologi kini menjadi “pertanyaan triliunan dolar”. Namun, ia meyakini masa depan AI secara keseluruhan tidak akan terancam meskipun gelembung LLM benar-benar pecah.Menurut Delangue, model bahasa besar (LLMs) seperti ChatGPT, Gemini, dan berbagai chatbot lainnya mendapat perhatian terlalu besar dan tidak seimbang, sehingga hype-nya kemungkinan tidak akan bertahan lama.“Saya pikir kita sedang berada dalam gelembung LLM, dan gelembung itu mungkin akan pecah tahun depan,” ujar Delangue. “Tapi LLM hanyalah subset dari AI — ketika AI diterapkan pada biologi, kimia, gambar, audio, video — itu semua baru saja dimulai, dan kita akan melihat lebih banyak inovasi dalam beberapa tahun ke depan.”LLM Bukan Solusi SegalanyaDelangue berpendapat bahwa LLM sering dipaksakan sebagai solusi universal, padahal itu keliru. Ia memprediksi model-model kecil yang lebih khusus akan semakin banyak digunakan karena lebih efisien.“Semua perhatian, fokus, dan uang sekarang terkonsentrasi pada ide bahwa satu model besar bisa menyelesaikan semua masalah. Kenyataannya, dalam beberapa bulan atau tahun ke depan, akan muncul banyak model yang lebih khusus untuk menyelesaikan kebutuhan berbeda,” jelasnya.Sebagai contoh, ia menyebut chatbot bank. “Chatbot bank tidak butuh menjawab makna hidup. Anda hanya perlu model kecil yang lebih murah, cepat, dan bisa dijalankan sendiri oleh perusahaan. Itulah masa depan AI,” ujarnya.Dampak ke Hugging FaceDelangue mengakui bahwa pecahnya gelembung LLM mungkin berdampak pada perusahaannya, namun menilai bahwa industri AI sudah sangat terdiversifikasi. Artinya, jika sebagian sektor — seperti LLM — dinilai terlalu tinggi dan akhirnya jatuh, dampaknya ke keseluruhan industri AI tidak akan besar.Selain itu, Hugging Face masih menyimpan setengah dari dana investasi total 400 juta dolar AS (Rp6,6 triliun) yang pernah mereka kumpulkan. “Dalam standar AI, itu namanya profitabilitas,” katanya sambil menyinggung bahwa perusahaan AI lain menghabiskan dana bukan ratusan juta, tapi miliaran dolar.Strategi Lebih EfisienHugging Face memilih pendekatan modal yang lebih efisien dibanding banyak pemain lain di ruang LLM.“Banyak orang sekarang terlihat terburu-buru — bahkan panik — dan mengambil pendekatan yang sangat jangka pendek. Saya sudah 15 tahun di AI dan telah melihat siklus-siklusnya,” kata Delangue.Ia menambahkan bahwa Hugging Face berusaha membangun perusahaan yang berkelanjutan dan berdampak jangka panjang, bukan sekadar mengikuti hype LLM.