Musim Hujan Mulai Guyur Gaza, Penduduknya Masih di Tenda Ringkih Digenangi Air

Wait 5 sec.

Genangan air dekat tenda ringkih milik pengungsi Palestina di Gaza yang rumahnya hancur lebur akibat serangan Israel. (X @UNRWA)JAKARTA - Hujan dengan intensitas tinggi untuk pertamakalinya di musim ini menyebabkan air mengalir deras melalui tempat pengungsian warga Pelestina dalam tenda-tenda ringkih di kamp Muwasi, Jalur Gaza.Nasib makin tak mujur langsung berada di depan mata pengungsi ketika mereka keluar kamp Muwazi, di mana sejumlah titik di Jalur Gaza dilanda banjir dan banyaknya puing-puing bangunan hancur lebur imbas serangan militer Israel.Para pengungsi ini berusaha menggali untuk membuat parit untuk mengalirkan air agar tidak menggenang membanjiri tenda mereka. Sementara air hujan terus menetes melalui celah-celah terpal dan tenda penampungan mereka.Hujan pertama di musim ini mengguyur secara berkala, membasahi barang-barang yang masih dianggap berharga pengungsi Muwazi di Gaza. Angin kencang juga sering kali merobohkan tenda dan menghancurkan upaya pengungsi yang kebanyakan keluarga untuk mengumpulkan makanan dan persediaan saat musim dingin kembali datang.Dua minggu lalu, Bassil Naggar, membeli tenda baru dari pasar gelap seharga 712,50 dolar AS, karena terik matahari musim panas telah mengikis lapisan tenda lamanya. Namun, saat digunakan saat ini, air hujan tetap merembes ke dalam tenda baru Naggar."Saya menghabiskan sepanjang hari (Jumat pekan lalu) mendorong air keluar dari tenda saya," kata Naggar, dikutip dari AFP.Ia menambahkan, tenda dan barang-barang tetangganya sesama pengungsi di kamp Muwazi hancur total."Genangan air setinggi beberapa inci, dan tidak ada drainase yang memadai. Anak-anak bertelanjang kaki bermain air di genangan air sementara para perempuan membuat teh di luar di bawah awan gelap," sambungnya.Hujan musim dengan suhu dingin menusuk menambah penderitaan para pengungsi Gaza selain ancaman penyakit, kelaparan serta serangan udara. (X @UNRWA) Menurut PBB, Muwasi, yang sebagian besar merupakan bukit pasir sebelum akhirnya militer Israel menetapkannya sebagai zona kemanusiaan di awal perang telah menampung hingga 425.000 warga Palestina yang mengungsi musim panas lalu. Sebagian besar dari mereka tinggal di tenda-tenda sementara atau portabel.Badan pertahanan Israel yang secara sepihak bertanggungjawab terhadap arus bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza setelah sebelumnya dipegang oleh PBB, mengatakan bahwa pihaknya mengizinkan masuknya bantuan untuk persiapan musim dingin pendududuk Gaza, termasuk selimut dan terpal tebal.Namun, hal itu tidaklah cukup. Organisasi-organisasi bantuan internasional yang tidak terafiliasi Pemerintah Israel memperingatkan bahwa upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tersebut masih jauh dari memadai padahal warga Gaza segera menghadapi pontensi suhu anjlok musim dingin dan angin bertiup kencang dari laut.Saat awan tebal hitam tanda potensi hujan turun, beberapa warga Palestina mencoba berlindung di bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan Israel, dengan lubang-lubang menganga yang ditutupi oleh potongan-potongan terpal.Israel melakukan invasi darat ke Gaza mulai 7 Oktober 2023. Serangan militer Israel tersebut berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza, telah menewaskan 69.100 orang penduduk Palestina, termasuk banyak perempuan dan anak-anak.Kelompok Hamas dan Israel kemudian sepakat gencatan senjata yang berlaku efektif tahap pertama diikuti pemulangan sandera pada 10 Oktober.Tahap selanjutnya menyerukan pembentukan badan pemerintahan untuk Gaza dan pengerahan pasukan stabilisasi internasional. Namun, belum jelas posisi Hamas dan Israel dalam tahap tersebut.