Tercekik Debu Batu Bara di Kaliabang

Wait 5 sec.

Warga di Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, mengeluhkan hujan debu hitam yang sudah tiga minggu terakhir menyelimuti lingkungan tempat tinggal mereka. Foto: Dok. IstimewaDebu hitam turun perlahan, menempel di rambut anak-anak, menyelip di sela jendela rumah, dan mengendap di paru-paru warga Kaliabang, Bekasi. Setiap embusan angin yang membawa debu menjadi ancaman tak terlihat bagi kesehatan warga.Sudah sekitar satu bulan terakhir, warga Kaliabang, hidup berdampingan dengan debu hitam. Debu yang diduga berasal dari aktivitas pembakaran batu bara di sebuah pabrik di sekitar kawasan itu hilang–timbul, mengikuti arah angin dan kondisi cuaca.Marfuah (bukan nama sebenarnya), salah satu warga yang rumahnya berada tidak jauh dari sumber dugaan polusi, memperlihatkan ubin ruang tamunya yang menghitam. Kondisi yang sudah menjadi rutinitas setiap harinya.“Sudah ada sebulan kali ya,” ujar Marfuah Minggu (16/11). Debu itu kerap terbawa angin lalu hilang ketika hujan turun. Namun, begitu cuaca kembali kering, debu kembali datang.“Iya, entar kalau keujanan ilang. Kalau ada angin dateng lagi,” ucapnya.Warga di Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, mengeluhkan hujan debu hitam yang sudah tiga minggu terakhir menyelimuti lingkungan tempat tinggal mereka. Foto: Dok. IstimewaMenurut Marfuah, hampir seluruh bagian rumahnya ikut menghitam: lantai, perabot, hingga dinding. Kondisi itu, katanya, bukan sekadar soal kebersihan rumah.“Ya pada item semua. Rumah iya, ubin-ubin iya,” tutur Marfuah.Ia mengaku mengalami keluhan pada kulit. “Ya begitu mah penyakit ya. Saya mah kakinya pada item,” ujarnya.Keluhan serupa disampaikan Cahya (nama samaran), 52 tahun, yang tinggal di kawasan yang sama. Baginya, debu hitam itu sudah menjadi tamu tak diundang yang muncul bergiliran dari bulan ke bulan.Cahya menyayangkan hingga kini belum ada perusahaan yang datang menjelaskan kondisi ini kepada warga. “Kalau kita ini belum ada ya,” katanya.Ketua RT 001/04 Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Bekasi, Saepudin saat ditemui di rumahnya, Minggu (16/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanKetua RT 001/04 Kaliabang Bahagia, Saepudin, menerima banyak keluhan dari warga soal debu tersebut. Ia berharap pemerintah maupun perusahaan segera menindaklanjutinya, demi kenyamanan dan kesehatan warga, terutama anak-anak."Harapannya sih ya bisa cepet ditindaklanjuti lah. Biar warga juga enak gitu. Jangan cuma dia buang debunya doang, tapi warga gak dipikirin gitu. Kan kasihan anak-anak di sini kan banyak juga tuh," ujar Saepudin saat ditemui di rumahnya.Menurutnya, kemunculan debu hitam itu baru disadarinya sekitar sepekan terakhir."Ya, hampir seminggu lah, seminggu ini. Seminggu ini, seminggu ini saya baru sadar, baru lihat itu. Asal masuk, kok kaki hitam? Kok kaki hitam? Dicuci kok naik lagi ke kasur hitam lagi?" katanya.Suasana di RT 1-3/04, Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (16/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanIa mengetahui debu itu diduga sisa batu bara setelah melihat laporan serupa dari warga di grup RT."Oh berarti udah debu batu bara. Kata saya gini, ini pasti batu bara, ini nggak mungkin yang lain," lanjutnyaMenurutnya, karakter debu tersebut berbeda dari debu biasa. Warna debunya hitam pekat. Debu itu, katanya, juga tampak jelas menempel di lantai."Kelihatan, ada," katanya.Suasana pemukiman Kaliabang Bahagian yang terdampak debu batubara pabrik. Foto: Dok. IstimewaIa meyakini sumber debu tersebut berasal dari aktivitas batu bara. Meski begitu, ia enggan menyimpulkan perusahaan mana yang menjadi sumbernya."Perusahaan di sini banyak sih, perusahaan ada di Pejuang, ada sih. Maksudnya nggak menghujat ya,” katanya.Lebih lanjut, Saepudin menyebut inspektur dari instansi terkait perlu melakukan pengecekan. Hingga saat ini belum ada dari pihak pemerintah maupun perusahaan yang mendatangi warga untuk meninjau kondisi secara langsung."Dari Pemprov kayaknya belum, belum. Cuma masuk berita aja sih," kata dia. Santri TerdampakWarga Kaliabang Bahagia resahkan debu batubara pabrik. Foto: Dok. IstimewaDampak debu juga dirasakan Pondok Pesantren Fathul Baari Indonesia yang dipimpin Kiai Jamalullail. Pengurus ponpes, Sodik Gunawan, menyebut kebersihan ponpes jadi kacau.“Alat-alat penuh debu, kotor, hitam semua. Santri di sini ada 72 orang. Alhamdulillah belum ada yang sesak napas, tapi batuk dan pilek banyak,” ujar Sodik.Ponpes yang berada tepat di belakang pabrik merasa semakin khawatir, namun mereka pun belum tahu pasti pabrik mana yang menjadi sumber, karena area industri di wilayah tersebut cukup padat.Dinas Lingkungan Hidup Bekasi BergerakSuasana pemukiman Kaliabang Bahagian yang terdampak debu batubara pabrik. Foto: Dok. IstimewaDinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi belum bisa memberikan penjelasan komperhensif mengenai asal debu hitam. Pihaknya masih menunggu hasil uji tim di lapangan.“Saya sedang menunggu update hasil pengujian oleh tim,” ujar Kepala DLH Kota Bekasi Kiswatiningsih saat dihubungi kumparan.Kiswati mengatakan, Dinas LH telah melakukan pengujian emisi selama 24 jam sesuai regulasi PP 22 Tahun 2021. Uji emisi dilakukan pada 13-14 november 2025 di 3 titik lokasi sesuai yang diadukan warga.Selain pengujian emisi di tanggal tersebut, DLH juga melakukan pengecekan fisik ke industri yang lokasinya tidak jauh dari laporan warga."Hasil pengujian baru dapat diketahui 14 hari sesuai SOP laboratorium uji," tambah dia.Anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi PDI Perjuangan, Arif Rahman Hakim, turut turun langsung ke lokasi. Ia menyebut ada perusahaan yang diduga menjadi sumber debu, dan ternyata sudah berkali-kali bermasalah.“Sebut saja BKP. Sudah sering kita ambil videonya, sering juga buang limbah ke kali. Udaranya juga jengat. Tapi DLH selalu lemah. Datang cuma foto-foto, pulang, nggak ada penindakan,” kata Arif.