Ilustrasi blackmail atau scam (foto: Kaspersky) JAKARTA - Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky memperingatkan bahwa pelanggaran data pribadi telah membuat penipuan pemerasan email semakin terarah.Menurut Kaspersky, pelaku kejahatan siber kini menggunakan berbagai penyamaran, mulai dari peretas yang mengaku memiliki akses ke perangkat korban, lembaga penegak hukum palsu yang mengedarkan surat panggilan fiktif, hingga pembunuh bayaran yang menuntut tebusan untuk keselamatan nyawa korban. Seluruh skema ini memanfaatkan teknik penghindaran filter keamanan, sehingga email berbahaya kerap lolos dari perlindungan dasar.Dalam skema paling umum, penipu menyamar sebagai peretas yang mengaku memiliki akses ke kamera, mikrofon, riwayat penelusuran, dan berkas sensitif. Mereka biasanya mengancam akan merilis konten eksplisit yang diduga diambil saat korban sedang menonton konten dewasa. Tuntutan tebusan umumnya mencapai ratusan dolar AS dan harus dibayar melalui aset kripto, disertai janji untuk “menghapus data” setelah pembayaran.Penipuan lain melibatkan skema penyerang yang menyamar sebagai pembunuh bayaran (hitmen). Dalam skema ini, pengirim mengklaim telah membuat kontrak yang mengikat korban, tetapi menawarkan untuk mengampuni mereka jika mereka menawar lebih tinggi dari pembayar awal.Email tersebut menyertakan dompet aset kripto untuk tebusan, membingkai penipu tersebut sebagai perantara yang "baik hati". Skenario ini mengandalkan rasa takut, alih-alih rasa malu, dengan menjanjikan nyawa korban sebagai imbalan pembayaran.Taktik umum lainnya adalah penipu menyamar sebagai lembaga penegak hukum, seperti Europol. Korban menerima email dengan lampiran berkas PDF atau DOC berisi surat panggilan palsu yang menuduh mereka melakukan kejahatan serius seperti eksploitasi anak, eksibisionisme, atau perdagangan manusia. Dokumen-dokumen ini mengutip pasal-pasal hukum yang direkayasa, menampilkan tanda tangan dan stempel palsu, dan mendesak kontak segera melalui email yang diberikan untuk "menyelesaikan" masalah tersebut. Setelah ditanggapi, "pihak berwenang" menuntut pembayaran denda untuk menghindari tuntutan hukum, yang seringkali berujung pada transfer kripto. Skema ini sangat umum di Eropa, dengan pesan dalam bahasa seperti Prancis, Spanyol, dan Portugis.