Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho menunjukkan e-BPKB dan aplikasi SINAR. Foto: Korlantas PolriKakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho menegaskan, pelaksanaan Operasi Zebra 2025 yang digelar pada 17–30 November, Korlantas Polri akan fokus pada keselamatan pejalan kaki.Disitat dari laman resmi Korlantas Polri, langkah tersebut menjadi sinyal bahwa isu keselamatan pengguna jalan yang paling rentan mulai diberi ruang lebih luas dalam kebijakan nasional lalu lintas.Agus menyampaikan, perlindungan terhadap pejalan kaki kini menjadi salah satu indikator penting dalam evaluasi kinerja jajaran lalu lintas di seluruh daerah. Ia menyebut, kehadiran negara di ruang jalan harus meyakinkan bahwa keselamatan adalah hak setiap warga negara.Sejumlah pengendara sepeda motor melintas di atas trotoar kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat. Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto“Pejalan kaki adalah simbol kemanusiaan di jalan raya. Mereka yang paling lemah harus dilindungi, bukan disingkirkan,” ujar Agus dikutip dari laman resmi Korlantas Polri.Korlantas menilai bahwa keselamatan pejalan kaki harus ditempatkan pada prioritas tertinggi dalam setiap kebijakan penataan ruang jalan. Posisi mereka yang bergerak tanpa perlindungan fisik membuat risiko fatalitas meningkat jika terjadi potensi benturan dengan kendaraan yang melintas.Lebih lanjut, pendekatan ini menurut Kakorlantas sejalan dengan prinsip Vision Zero, sebuah konsep keselamatan global yang menolak toleransi terhadap korban jiwa di jalan raya. Selain itu, Hierarchy of Road Users juga digunakan sebagai landasan, di mana pejalan kaki berada pada posisi paling atas sebagai pihak yang keselamatannya harus dijamin.Petugas kepolisian Sat Lantas Polresta Bandar Lampung melakukan Operasi Zebra Krakatau 2019. Foto: ANTARA FOTO/ Ardiasyah“Korlantas Polri berkomitmen menghadirkan ruang jalan yang aman, tertib, dan manusiawi bagi seluruh pengguna jalan,” tegasnya.Kakorlantas meminta seluruh Polda hingga Polres menjadikan perlindungan pejalan kaki sebagai parameter evaluasi kinerja. Ia menilai, pendekatan ini akan mengubah cara pandang aparat di lapangan dalam melihat interaksi pengguna jalan secara lebih inklusif.Agus juga mengingatkan bahwa keberhasilan operasi tidak lagi diukur dari banyaknya tilang atau jumlah pelanggar yang ditindak. Indikator baru yang lebih strategis adalah meningkatnya kedisiplinan masyarakat serta menurunnya risiko kecelakaan, terutama yang melibatkan pejalan kaki.