Ironi Korban Bullying di Tangerang: Mata Rabun, Dirawat di RS, Meninggal Dunia

Wait 5 sec.

Suasana pemakaman MH (13) siswa SMPN 19 Tangsel yang diduga menjadi korban bullying, di pemakaman keluarga di Ciater, Serpong, Minggu (16/11/2025). Foto: kumparanDi umurnya yang baru 13 tahun, MH, berpulang. Siswa SMPN 19 Tangerang Selatan (Tangsel) itu diduga merupakan korban perundungan alias bullying oleh teman kelasnya. Kabar perundungan ini mulanya disampaikan oleh kakak sepupu korban, Rizky. Dia menyebut, adiknya kerap dirundung bahkan sejak masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).Puncak dugaan aksi perundungan terjadi pada Senin (20/10). Saat itu korban dikabarkan dipukul oleh teman sekelasnya menggunakan bangku.“Sejak masa MPLS, yang paling parah kemarin 20 Oktober yang dipukul kepalanya pakai kursi,” kata Rizki Senin (10/11).Setelah kejadian itu, korban mulai mengeluhkan rasa sakit di bagian kepala. Saat pihak keluarga melakukan pendalaman, ternyata korban mengaku sudah sering menerima bullying, mulai dari dipukul hingga ditendang.Rabun dan Susah JalanSuasana rumah duka almarhum siswa SMPN 19 Tangsel yang mengalami bullying. Foto: Dok. IstimewaRizki menerangkan bahwa pihak keluarga terduga pelaku pernah menanggung biaya scanning dan satu kali terapi adiknya. "Pihak keluarga pelaku kemarin bertanggung jawab untuk scanning dan terapi satu kali. Untuk pengobatan sekarang di RS katanya nggak ada uang," ucapnya.Rizki menyebut, adiknya sempat dirawat di salah satu rumah sakit swasta yang ada di Kota Tangsel.Karena kondisinya semakin parah, adiknya kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Badannya lemas hingga tak mampu berjalan."(Kondisi) sangat memprihatinkan badan udah nggak bisa dibawa jalan, pada lemas semua seluruh tubuhnya, mata sedikit rabun, sering pingsan dan ga mau makan,” jata Rizki pada 10 November lalu.Sepekan Dirawat, MH Meninggal DuniaSuasana rumah duka almarhum siswa SMPN 19 Tangsel yang mengalami bullying. Foto: Dok. IstimewaSetelah sepekan dirawat di RS Fatmawati Jakarta Selatan akibat luka serius yang dialaminya dari penganiayaan, MH meninggal dunia. Kabar duka tersebut dibenarkan kuasa hukum keluarga, Alvian. Ia menyampaikan bahwa pihak keluarga menerima informasi langsung dari kerabat yang mendampingi korban di rumah sakit.“Pukul enam pagi, keluarga di rumah mendapat kabar dari paman korban yang menjaga di rumah sakit,” ujar Alvian, saat dihubungi, Minggu (16/11).Mendapatkan kabar tersebut, keluarga segera menuju RS Fatmawati untuk menjemput jenazah korban.Pihak keluarga pun memohon doa dari masyarakat agar almarhum mendapat tempat terbaik serta keluarga diberi kekuatan.Tangis Iringi PemakamanSuasana pemakaman MH (13) siswa SMPN 19 Tangsel yang diduga menjadi korban bullying, di pemakaman keluarga di Ciater, Serpong, Minggu (16/11/2025). Foto: kumparanIsak tangis mengiringi prosesi pemakaman MH di pemakaman keluarga di Ciater, Serpong, Minggu (16/11). Sejumlah kerabat dekat serta teman sekolah almarhum turut mengiringi hingga ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tampak juga Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan ditemani Kadisdik Tangsel, Deden Deni."Kami dari Pemkot Tangsel mengucapkan turut berduka cita, mudah-mudahan almarhum diberi terang kubur, segala ibadah Hisyam diterima Allah. Kami mengucapkan turut berduka kepada keluarga yang ditinggalkan," ujar Pilar.Pilar menuturkan, saat ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tangsel tengah berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), serta Polres Tangsel untuk mendalami kasus ini."Polres Tangsel sedang melakukan pendalaman lebih lanjut permasalahan ini," kata Pilar.Pilar menjelaskan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan sosialisasi dengan tiap kepala sekolah, komite, hingga dewan pendidikan untuk membahas satuan tugas (satgas) anti bullying di sekolah."Terkait bagaimana sekolah tidak ada lagi terjadinya perlakuan bullying terhadap siswa siswi di sekolah, kami sedang jalani," jelasnya.Polisi Periksa 6 SaksiKapolres Tangsel, AKBP Victor Inkiriwang. Foto: Dok. IstimewaKapolres Tangsel, AKBP Victor Inkiriwang, mengatakan pihaknya telah memeriksa enam orang terkait kasus dugaan perundungan terhadap MH. Namun belum disebut siapa saja yang diperiksa tersebut."Sudah ada enam orang saksi yang telah kami periksa. Keenamnya termasuk dari pihak sekolah atau guru. Kami juga masih menunggu kesiapan dari keluarga untuk dilakukan penyelidikan," ujar Victor.Victor memastikan kasus itu akan ditangani secara profesional. Proses hukum akan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku."Kami akan melihat apakah memang ada terjadinya tindak pidana di dalamnya, kemudian juga kami akan menyelidiki apakah sakit yang diderita oleh korban, diduga ini berkaitan dengan tindak pidana," jelasnya.Polisi juga memintai keterangan saksi ahli dari rumah sakit yang sempat menangani perawatan terhadap korban siswa kelas VII tersebut. "Karena ada rentetanya. Sebelum di dokter [rumah sakit] Fatmawati juga, ada rumah sakit juga yang menangani secara awal," kata Victor.Orang tua korban juga akan dimintai keterangan. Namun, Victor belum memastikan kapan waktu pemeriksaan tersebut."Nanti akan dijadwalkan dari pihak orang tua korban akan memberikan keterangan kepada penyelidik," ujar Victor.KPAI Minta Penyebab Kematian DiungkapKomisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Diyah Puspitarini di RSI Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanKomisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Diyah Puspitarini mengatakan proses hukum harus berjalan. Penyebab kematian MH juga diungkap.“Kami berharap proses hukum berjalan. Hak anak yang meninggal dunia, yaitu mendapat kejelasan penyebab kematian dan tidak mendapatkan stigma negatif, tetap harus ditegakkan,” tuturnya saat dikonfirmasi, Minggu (16/11).KPAI, lanjut Diyah, menyerahkan proses penyelidikan kepada pihak kepolisian yang lebih berwenang mengusut kasus tersebut.“Kami menyerahkan pada pihak kepolisian yang lebih berwenang,” tambahnya.Lebih lanjut Diyah juga turut mendoakan almarhum. "Kami turut prihatin dengan kejadian ini, semoga ananda husnul khatimah,” ucapnya.