Ilustrasi gim online (Antara)JAKARTA - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menilai bahwa pembatasan gim online harus dibarengi dengan penyediaan alternatif aktivitas bagi anak.Untuk itu, pemerintah daerah diminta memperbanyak ruang terbuka ramah anak yang dapat mendorong kegiatan fisik, interaksi sosial, dan aktualisasi diri.Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kementerian PPPA Ciput Eka Purwianti menyebut, langkah ini penting untuk menyeimbangkan waktu layar anak.“Substitusi untuk menggantikan screen time itu harus berupa kegiatan-kegiatan aktualisasi sesuai usia anak dan kegiatan positif di ruang untuk anak,” jelasnya Senin 17 November.Ciput mengatakan, pihaknya mendorong pemerintah daerah untuk memperluas ruang publik yang aman bagi anak.“Kami mendorong pemerintah daerah untuk memperbanyak ruang-ruang terbuka yang ramah bagi anak sebagai bagian dari komitmen mereka mewujudkan kota atau kabupaten layak anak,” tuturnya.Selain ruang publik, kegiatan berbasis komunitas juga dinilai efektif. Ia mencontohkan keberadaan relawan dan aktivitas olahraga di lingkungan warga.“Ada relawan-relawan sahabat perempuan dan anak dan ada yang mengelola lapangan futsal sehingga anak-anak menjadi termotivasi untuk berlatih,” katanya.Upaya ini juga sejalan dengan meningkatnya kebutuhan anak untuk beraktivitas di luar ruang, bukan hanya bergantung pada layar.“Untuk persoalan digital, kita tidak hanya selalu berpikir upaya secara teknologi, tetapi ada juga yang nonteknologi,” tutup Ciput.