Model dari produk Blue Energy yang pernah dipamerkan. (djunaedird.wordpress.com)JAKARTA - Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kerap dipusingkan urusan naiknya harga minyak dunia. Pemerintah sampai terpaksa mengeluarkan kebijakan tak populer: naikkan harga BBM. Imbasnya ke mana-mana. Rakyat marah besar. Kondisi itu membuat pemerintah melirik hadirnya energi terbarukan.Joko Suprapto seraya datang jadi juru selamat. Warga Nganjuk itu menawaran pemerintah Blue Energy dan diterima. Istimewanya Blue Energy ala Joko diklaim bisa mengubah air jadi bensin. Suatu ide yang diragukan segenap rakyat Indonesia.Harga minyak dunia yang meningkat jadi petaka bagi seisi Nusantara. Hal itu terjadi dalam era pemerintahan SBY. Harga minyak dunia meningkat, sedang ekonomi bangsa sedang tak stabil. Kondisi itu membuat SBY ambil tindakan cepat.Ia menaikkan BBM dua kali pada Maret dan Oktober 2005. Yang paling terasa kenaikannya adalah premium pada bulan Maret dari Rp1.810 jadi Rp2.400 per liter. Sedang bulan Oktober, premium dari 2.400 menjadi Rp4.500 per liter.Kebijakan itu ditentang banyak pihak. Aksi demonstrasi terjadi di mana-mana. Kondisi itu membuat pemerintahan SBY pusing. SBY sendiri merasa saat itu tak ada opsi lain selain menaikkan harga BBM. Sekalipun stabilitas nasional jadi taruhannya.Presiden SBY sedang melihat demonstrasi penerapan Blue Energy. (kaorinusantara.or.id) Alhasil, SBY tak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Ia mendorong anak bangsa untuk terus berinovasi menghasilkan gagasan energi terbarukan. Keinginan itu hadir supaya rakyat Indonesia tak melulu bergantung dengan bahan bakar fosil.Pucuk dicinta ulam tiba. Joko Suprapto yang dekat dengan staf khusus kepresidenan, Heru Lelono menyatakan niatannya membantu negara sedari 2007. Ia punya gagasan baru terkait energi terbarukan. Blue Energy, namanya.Gagasan Joko terdengar revolusioner. Warga Nganjuk itu dianggap punya teknologi mengubah air jadi bensin. Alias, Joko mampu membuat base fuel (minyak dasar) dari bahan baku hidrogen. Sesuatu hal menarik perhatian SBY.Heru Lelono turun membantu Joko menghembuskan kabar Blue Energy sebagai solusi masa depan. Apalagi, pengembangan bahan bakar terbarukan digadang-gadang sudah bekerja sama dengan banyak ahli. Namun, tak semua percaya Blue Energy bisa tercipta dan diproduksi massal.“Nama Joko semakin ‘mengkilap’ setelah Presiden melepas konvoi menuju Konferensi Internasional Perubahan Iklim di Bali, Desember lalu. Ketika itu Heru Lelono mengatakan, kendaraan rombongan menggunakan bahan bakar temuan Joko. Pada pertengahan bulan lalu, tatkala hendak mempresentasikan mesin temuannya kepada Presiden, Joko mendadak hilang.”“Ia kemudian ditemukan tergolek di Rumah Sakit Soedono, Madiun, Jawa Timur-konon terserang penyakit jantung. Sebagian akademisi mempercayai ilmu mengubah air jadi bahan bakar itu, meski biaya prosesnya justru lebih mahal daripada mengolah minyak mentah. Lainnya menuding teknologi temuan itu bohong belaka, dan meminta Joko membukanya untuk diuji secara ilmiah,” ungkap Budi Riza dan kawan-kawan dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Mundur Maju Energi Biru (2008).Tipuan Blue EnergyKehadiran Blue Energy diragukan banyak pihak. Cara Joko membuat energinya jadi bensin terasa janggal. Joko menyediakan air, dikelola sedemikian rupa, lalu berubah bak sulap jadi bensin. Konsep Joko dianggap terlalu mengada-ngada.Pasalnya Joko bukan peneliti. Bukan pula ahli energi. Joko dianggap hanya memanfaatkan saja kedekatannya dengan Heru Lelono sebagai pintu masuk Blue Energy diakui pihak istana. Joko dianggap hanya membual saja soal energi terbarukan.Pasalnya Jepang saja dengan iklim riset lebih unggul belum bisa memanfaatkan benar energi hidrogen. Andai pun bisa, Joko minimal harus melakukan riset bertahun-tahun. Joko pun diminta oleh segenap ilmuwan Indonesia untuk uji ilmiah.Belakangan Joko gagal membuktikan gagasannya. Kegagalan itu membuat kritik dan kecaman terarah ke pemerintah. Mereka menganggap pemerintah terlalu cepat ambil kesimpulan bahwa Blue Energy adalah energi massa depan Indonesia.Pemerintah pun diminta sering berdiskusi dengan banyak perguruan tinggi Indonesia. SBY juga didorong untuk menghadirkan dan mendukung iklim riset nasional. Narasi itu yang akan membawa Indonesia bisa memunculkan energi terbarukan, dibanding cuma sekedar klaim tipu-tipu ala Joko dan Blue Energy."Kalau kita lihat misalnya Jepang yang sudah maju IPTEK-nya saja belum bisa mengubah air jadi sumber energi. Apalagi para pakar di sana perlu puluhan tahun lagi untuk bisa ubah air jadi BBM. Setiap hasil penelitian yang bersifat ilmiah harusnya dibuktikan secara ilmiah juga kan.”“Ini hal yang memalukan, karena presiden kita lebih mempercayai hal-hal seperti ini dan tidak pernah memanfaatkan lembaga keilmuan seperti LIPI, BPPT dan Perguruan Tinggi yang bisa diadu pengetahuannya," imbuh Ketua Jurusan Teknik Elektro di UGM, Tumiran sebagaimana dikutip laman okezone, 27 Mei 2008.