Ilustrasi bebersih di toilet. (Freepik)JAKARTA - Pernah bertanya-tanya mengapa orang Barat alias bule cenderung menggunakan tisu toilet setelah buang air besar, sementara di banyak negara Asia terutama Asia Tenggara, orang lebih memilih air? Ternyata jawabannya bukan sekadar kebiasaan modern, tapi ada sejarah panjang dan faktor budaya yang memengaruhinya.Penggunaan tisu toilet pertama kali tercatat di China pada abad ke-6 hingga ke-8. Di beberapa negara lain, orang kaya menggunakan wol, renda, atau rami untuk membersihkannya. Sementara orang biasa memakai daun kering, tongkol jagung, kayu, batu, hingga tangan mereka sendiri.Di Romawi kuno, orang menggunakan gompf stick, spons yang diikat di ujung tongkat untuk membersihkan diri. Setelah digunakan, spons itu dimasukkan ke dalam toples berisi cuka. Cara ini tentu saja berisiko menimbulkan penyakit.Tisu toilet baru diproduksi secara komersial di Amerika Serikat pada tahun 1857. Sebelumnya orang Amerika memanfaatkan halaman dari katalog Sears atau Farmers’ Almanac yang mulai beredar sejak 1818.Bahkan Almanac menambahkan lubang di sudut setiap edisi agar mudah dirobek, dibaca, dan digunakan untuk membersihkan. Baru pada tahun 1935, produsen bisa menjamin kertas toilet tanpa serpihan. Jadi kenyamanan ini sebenarnya baru dinikmati kurang dari seratus tahun.Menurut Harvey Molotoch, profesor dari New York University, kebiasaan orang Amerika ini banyak dipengaruhi oleh Inggris."Banyak kebiasaan dalam kehidupan Amerika berasal dari Inggris," kata Molotoch, dikutip dari laman Buzz Feeds.Orang Inggris pada abad ke-18 dan ke-19 pertama kali bertemu bidet di Paris, yang mereka hubungkan dengan gaya hidup bebas dan rumah bordil.Konsep itu kemudian terbawa ke Amerika Serikat. Jadi sejarah dan budaya punya peran besar dalam preferensi orang Barat terhadap kertas toilet.Sementara itu, di negara-negara yang menggunakan air, masyarakat percaya cara itu lebih higienis."Saya cukup bingung melihat jutaan orang berjalan dengan anus kotor tapi merasa bersih. Kamu tidak mandi menggunakan handuk kering, jadi kenapa kamu pikir kertas toilet kering bisa membersihkanmu?" tegas Rose George, penulis buku The Big Necessity: The Unmentionable World of Human Waste and Why It Matters.Berbagai alat yang menggunakan air, mulai dari lota yang sudah dikenal lebih dari 2.000 tahun, bidet yang populer di Eropa Selatan, hingga handheld bidet yang baru-baru ini semakin banyak digunakan. Sekali terbiasa, metode berbasis air ini dianggap jauh lebih bersih dan nyaman dibanding kertas toilet.Namun menurut banyak pakar budaya, alasan utama tetap sederhana yaitu kebiasaan turun-temurun. Orang Barat sudah terbiasa menggunakan kertas toilet selama ratusan tahun, sedangkan di banyak negara lain, air selalu menjadi metode standar. Jadi perbedaan ini sebenarnya mencerminkan sejarah, budaya, dan kebiasaan sehari-hari, bukan sekadar preferensi pribadi.