Cuaca Buruk Mengintai Akhir Tahun, Kemenhub Perintahkan Syahbandar Ketatkan Pengawasan

Wait 5 sec.

Pelabuhan (Foto: dok. Antara)JAKARTA - Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengingatkan seluruh unsur pelayaran untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi yang diperkirakan terjadi di berbagai perairan Indonesia pada akhir November 2025.Peringatan ini disampaikan setelah BMKG melaporkan adanya bibit siklon tropis 97S di Laut Cina Selatan yang memicu peningkatan kecepatan angin dan ketinggian gelombang. Kondisi paling signifikan terpantau di Samudra Hindia barat Aceh dan Laut Arafuru bagian tengah.Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud mengatakan pihaknya telah menerbitkan Surat Peringatan Kesiapsiagaan Menghadapi Cuaca Ekstrem kepada seluruh Kantor KSOP Utama, Kantor KSOP, Kantor UPP, Kantor KSOP Khusus Batam, Pangkalan PLP, serta Distrik Navigasi di seluruh Indonesia.“Imbauan ini diterbitkan dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran serta meminimalisir risiko kecelakaan kapal yang diakibatkan oleh cuaca buruk,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 18 November.Dalam instruksinya, Masyhud meminta para Syahbandar untuk mengeluarkan Maklumat Pelayaran kepada nakhoda kapal tentang kondisi cuaca buruk atau ekstrem serta menyebarkan informasi cuaca dari BMKG maritim kepada seluruh kapal yang berada di wilayahnya.“Apabila kondisi cuaca membahayakan keselamatan pelayaran maka Syahbandar diminta untuk tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) dan menunda keberangkatan kapal sampai kondisi cuaca benar-benar aman untuk berlayar,” ucapnya.Ia menekankan bahwa kapal yang tetap melanjutkan pelayaran wajib memenuhi seluruh persyaratan keselamatan.“Selain itu, Syahbandar harus memastikan kapal-kapal yang melanjutkan pelayarannya sudah memenuhi semua persyaratan keselamatan,” tegasnya.Masyhud juga meminta para nakhoda dan operator kapal untuk rutin memperbarui informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG serta memastikan keselamatan awak, penumpang, dan muatan. Serta menggunakan perangkat navigasi kapal untuk mendeteksi perubahan kondisi cuaca di sekitar.“Jika ada situasi darurat segera melapor ke Syahbandar terdekat atau pihak berwenang menggunakan sistem komunikasi GMDSS (Global Maritime Distress and Safety System) jika diperlukan,” ujar Masyhud.Untuk kapal berukuran di bawah 35 GT, termasuk tugboat, LCT, dan Ro-Ro penumpang, ia mengimbau agar menunda keberangkatan hingga cuaca dinyatakan aman, serta memastikan kapal terikat dan diawasi dengan baik saat bersandar.“Syahbandar akan menunda kapal melakukan pelayaran apabila kondisi cuaca berpotensi membahayakan keselamatan penumpang, kru, maupun kapal. Nakhoda pun wajib melakukan pengecekan ulang peralatan keselamatan kapal selama masa penundaan,” imbuhnya.Sementara itu, kapal di atas 35 GT termasuk kapal asing dan kapal niaga wajib memastikan kesiapan penuh sistem navigasi, permesinan dan alat keselamatan sepanjang pelayaran.“Dengan adanya instruksi ini diharapkan seluruh jajaran Ditjen Perhubungan Laut khususnya Syahbandar dan para petugas di lapangan dapat lebih meningkatkan pengawasan terhadap keselamatan pelayaran serta mampu mengantisipasi kecelakaan akibat cuaca esktrem yang terjadi di perairan Indonesia,” kata Masyhud.Berdasarkan informasi BMKG mulai tanggal 18 sampai dengan 21 November 2025, tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia barat Lampung, Samudra Hindia barat Bengkulu, Samudra Hindia barat Kep. Mentawai, Samudra Hindia barat Aceh, Selat Malaka bagian utara, Samudra Hindia barat Kep. Nias.Lalu, Samudra Hindia selatan Banten, Samudra Hindia selatan Jawa Barat, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia selatan DI Yogyakarta, Samudra Hindia selatan Jawa Timur, Samudra Hindia selatan NTT, Selat Makassar bagian tengah, Selat Makassar bagian utara, dan Laut Maluku.Kemudian, Samudra Pasifik utara Maluku, Laut Banda, Laut Seram, Laut Arafuru bagian utara, dan Laut Arafuru bagian tengah. Sementara tinggi gelombang 2,5 hingga 4,0 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna dan Laut Arafuru bagian barat.