Kepala Perwakilan BKKBN Kepulauan Babel Fazar Supriadi Sentosa (tengah berbaju putih) saat penyerahan bantuan makanan bergizi dari orang tua asuh keluarga beresiko stunting di Pangkalpinang (ANTARA)JAKARTA - Stunting masih menjadi tantangan serius bagi pembangunan sumber daya manusia di Indonesia, termasuk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Kondisi yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun ini berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, sehingga membutuhkan penanganan lintas sektor.Dalam upaya menekan kasus tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meluncurkan program orang tua asuh bagi 1.100 Keluarga Risiko Stunting (KRS) di Kota Pangkalpinang."Alhamdulillah, ini adalah komitmen bersama untuk mengentaskan anak stunting di daerah ini," kata Kepala Perwakilan BKKBN Kepulauan Babel, Fazar Supriadi Sentosa, di Pangkalpinang, seperti dikutip ANTARA.Menurut Fazar, dukungan orang tua asuh yang berasal dari jajaran Pemerintah Kota Pangkalpinang, PLN, PT Timah, serta berbagai instansi terkait akan memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup anak-anak berisiko stunting. Tujuan utamanya adalah mendukung tumbuh kembang anak agar dapat berkontribusi dalam membangun Indonesia Emas 2045."Kami berharap gerakan ini dapat menekan angka stunting di Kota Pangkalpinang di bawah target nasional, bahkan menuju kondisi zero stunting di ibukota provinsi ini," ujarnya.Ia menambahkan, kolaborasi antara pemerintah daerah mulai dari provinsi hingga kelurahan, BUMN, sektor swasta, serta masyarakat, menjadi kunci kesuksesan percepatan penurunan kasus stunting, serta bisa menjadi contoh bagi wilayah lain di Babel."Kami mendorong kabupaten lainnya mencontoh Kota Pangkalpinang dalam menekan angka kasus stunting ini," kata Fazar.Berdasarkan data terbaru, angka stunting di Indonesia masih berada di kisaran 19,8 persen atau sekitar 4,4 juta anak berisiko mengalami stunting. Sementara di Provinsi Babel, angka ini mencapai 20,1 persen pada 2024, dan di Kota Pangkalpinang telah turun menjadi 17,3 persen dari sebelumnya 20,1 persen."Saat ini gerakan orang tua asuh ini dilakukan secara lintas sektor, lintas level pemerintahan, dunia usaha, dan masyarakat, untuk menekan stunting ini," pungkasnya.