Ilustrasi semua orang memiliki hak untuk berubah lebih baik karena semua perubahan ada di tangan kita sendiri. Sumber: pexels.comKehidupan itu sifatnya dinamis, selalu berubah, dan tidak stagnan. Perubahan adalah hal yang akan dan harus terjadi oleh setiap orang. Idealnya, hari esok akan lebih baik dari hari ini.Namun, bagaimana implementasi frasa tersebut? Apakah semudah itu untuk berubah menjadi lebih baik? Apakah setiap orang mampu untuk menjadi lebih baik dari hari ini?Untuk menjawab itu semua, perlu adanya upaya refleksi diri tentang tujuan dan kemampuan secara personal. Setiap tujuan dan harapan perlu mempertimbangkan kemampuan, bukan hanya sebatas kemauan karena tidak semua yang mau itu mampu.Siapa yang hidupnya ingin stagnan? Tentu saja tidak ada! Naluri seorang manusia selalu ingin berkembang menjadi lebih baik. Namun, bagaimana caranya? Apakah dengan mengambil risiko yang besar? Atau dengan mengambil segala kesempatan dan peluang? Sepertinya semua hal itu perlu dipertimbangkan.Setiap orang yang hidup dan memiliki akal tentu memiliki harapan dan tujuan. Jika harapan dan tujuan itu hanya dijadikan angan, harapan dan tujuan tidak ada bedanya dengan khayalan. Lalu, bagaimana untuk mewujudkan harapan dan tujuan menjadi sebuah kenyataan? Tentunya banyak hal yang perlu dilakukan, diantaranya mengasah potensi diri, menciptakan peluang dan mencobanya, serta memanfaatkan segala hal agar menjadi pelajaran.Ilustrasi perubahan setiap orang itu mungkin terjadi. Sumber: pexels.com"Semua orang bisa berubah," tentu saja frasa ini menunjukkan makna perubahan secara positif. Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan perubahan secara positif (lebih baik). Pertama, kemauan sebagai landasan dari setiap pergerakan personal. Kemauan dapat mendorong semangat dan motivasi diri sehingga ada proses sinkronisasi antara pikiran dan jiwa. Sinkronisasi ini diupayakan dengan tingkah laku secara holistik yang menunjang kemauan itu. Kedua, kemampuan sebagai landasan akhir untuk mencapai suatu kemauan. Proses sinkronisasi dan jiwa diaktualisasikan dengan perilaku. Perilaku merupakan bentuk aksi nyata dari kemampuan diri secara maksimal. Apabila potensinya mumpuni, maka kemampuannya dapat lebih maksimal. Namun, apabila potensinya kurang muncul, maka kemampuannya juga akan lebih sulit.Dengan tidak adanya kemampuan, kemauan tidak dapat direalisasikan dengan baik. Maka dari itu, perlu adanya kesiapan diri, baik secara potensi maupun kemampuan untuk mewujudkan kemauan.