Ilustrasi perempuan memilih antara shaving atau waxing. Foto: Kmpzzz/ShutterstockMencukur rambut tubuh baik itu rambut ketiak, rambut tangan, sampai kaki adalah hal umum yang dilakukan perempuan era modern. Produk-produk untuk menghilangkan rambut pun bertebaran di mana-mana dan mudah diakses oleh siapa pun. Kini, menghilangkan rambut tubuh tidak terbatas menggunakan alat pencukur dan krim pencukur saja, ada juga inovasi seperti gel waxing yang dianggap lebih efektif.Namun, bagaimana standar kecantikan ini bisa muncul, ya, Ladies? Ternyata, sejarah panjang di baliknya tidak lepas dari pengaruh iklan kecantikan, tren fashion, serta dorongan kapitalisme yang membentuk norma bahwa tubuh perempuan harus bebas dari rambut.Dari Mesir Kuno sampai Eropa Abad PertengahanTradisi menghilangkan rambut tubuh sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Para arkeolog menemukan bahwa konsep mencukur telah ada sejak 30.000–10.000 sebelum masehi. Di Mesir Kuno, kulit mulus tanpa rambut dianggap bersih dan terhormat. Perempuan menggunakan lilin alami atau ramuan alkali untuk mencabut rambut.Hal serupa terjadi di Yunani dan Romawi. Kulit halus dipandang sebagai simbol kemurnian dan status sosial, bahkan patung-patung perempuan pun digambarkan tanpa rambut tubuh.Tradisi ini juga muncul di Timur Tengah, seperti Turki, Palestina, dan Lebanon. Calon pengantin diwajibkan menghilangkan rambut tubuh sebelum menikah. Beberapa suku di Afrika pun melakukan praktik serupa.Meski demikian, praktik mencukur rambut perempuan di berbagai negara dan budaya memiliki cara dan alasan yang berbeda-beda, mulai dari kebersihan, simbol kelas, hingga alasan budaya.Lahirnya Industri Pencukur Khusus PerempuanGillette Pink. Foto: Mita As/ShutterstockGillette, perusahaan raksasa di bidang pencukur rambut, yang pertama kali mengenalkan pisau cukur khusus perempuan. Pada tahun 1915, ketika busana tanpa lengan mulai populer di Amerika Serikat, Gillette meluncurkan Milady Décolleté, pisau cukur pertama khusus untuk perempuan.Namun, kala itu konsep mencukur rambut tubuh bukan gagasan yang umum di kalangan perempuan dan identik dengan maskulinitas. Oleh karena itu, ketika Gillette pertama kali meluncurkan produk ini, hal pertama yang harus mereka lakukan adalah memastikan ada demand dari pasar mereka.Ketika kulit mulus tanpa rambut menjadi standar kecantikanIlustrasi mencukur rambut kaki. Foto: New Africa/ShutterstockDemi menciptakan demand dari pasar untuk produk pisau cukur khusus perempuan dari Gillette, perusahaan itu tidak bertindak sendiri. Gillette secara tidak sengaja dibantu oleh industri kecantikan dan industri fesyen. Ketiga industri ini saling "bahu-membahu" untuk mendorong perempuan mencukur rambut demi kulit yang mulus sebagai bagian dari standar kecantikan perempuan.Industri fashion berperan dalam menciptakan tren perubahan busana perempuan menjadi gaun tanpa lengan, bahan tipis, hingga rok yang semakin pendek. Pada 1910–1920-an, pakaian-pakaian model ini dianggap “membutuhkan” tubuh yang bebas rambut. Iklan-iklan produk hair removal menjadikan tren mode ini sebagai dalih agar perempuan merasa perlu mencukur.Lalu, industri media lewat majalah perempuan menjadi pintu utama penyebaran konsep “bebas rambut” ini. Melalui kerja sama dengan industri iklan, mereka mendorong terbentuknya pola konsumsi baru.Iklan pertama yang memperkenalkan pencukuran ketiak bagi perempuan muncul pada 1915 lewat Milady Décolleté Gillette di Harper’s Bazaar Amerika. Menariknya, pemilihan kata yang digunakan kala itu bukan “shaving” (mencukur), melainkan “smoothing” (menghaluskan) yang dianggap lebih feminin.Pada awalnya produk-produk hair removal dipasarkan kepada perempuan kaya dan elite yang kemudian diikuti oleh kelas menengah.Proses ini mengikuti pola trickle-down consumption yang mengatakan kalau kebiasaan dimulai dari kalangan atas, lalu ditiru oleh yang lain. Dengan begitu, industri berhasil menggeser definisi cantik menjadi tubuh perempuan yang halus tanpa rambutSemenjak saat itu, tubuh bebas rambut menjadi bagian dari standar kecantikan perempuan. Ketika perempuan tidak mengikuti standar ini, publik memberikan reaksi beragam.Misalnya, momen ketika Julia Roberts pernah menjadi sorotan ketika tampil di karpet merah tahun 1999 dengan rambut ketiak. Reaksi publik yang keras terhadap tampilan Julia Roberts tersebut menunjukkan betapa kuatnya stigma rambut tubuh pada perempuan.Baru-baru ini, Rachel Zegler juga mendapatkan reaksi yang sama dari publik ketika ia tampil di red carpet promosi film live-action terbarunya, Snow White. Rachel yang mengenakan backless dress dikomentari punggungnya karena berambut.Akibat standar kecantikan ini, muncullah gerakan body hair positivity di media sosial ketika para perempuan dengan bangga menunjukkan bagian tubuh mereka yang tidak dicukur. Gerakan ini mendorong perempuan untuk bebas memilih ingin mencukur atau tidak sama sekali.Bagi sebagian, menunjukkan rambut tubuh adalah simbol kebebasan dan penolakan terhadap standar kecantikan lama. Bagi sebagian yang lain, mencukur rambut tubuh tetap dilakukan, tapi atas dasar pilihan pribadi, bukan memenuhi ekspektasi sosial terhadap perempuan.Kalau menurutmu bagaimana, Ladies?Penulis: Zulfa SalmanBACA JUGA: Standar Kecantikan Suku Kayan dari Myanmar, Pakai Gelang Leher Seberat 20 Kg