Beli Kendaraan Bermotor Online yang Katanya Bisa COD: Ternyata Modus Penipuan

Wait 5 sec.

ilustrasi penipuan motor dengan COD. sumber : canva.comBeli Kendaraan bermotor online? Sebaiknya pikir-pikir kembali. Modus penipuan bagi para pelaku kejahatan saat ini semakin canggih. Apalagi dengan kemajuan teknologi dan cepatnya penyebaran informasi, mereka semakin menjadi-jadi.Termasuk juga Modus penipuan penjualan kendaraan bermotor (ranmor) secara online, yang bahkan katanya bisa COD. Saya pribadi menemukan modus ini secara tidak sengaja, karena memang saat itu sedang dalam posisi ingin mencari motor bekas untuk pemakaian pribadi.Sebenarnya tulisan ini juga saya publikasikan di platform lain, namun saya berharap juga bisa saya bagikan di sini agar masyarakat dapat terinformasi dengan baik.Berawal Dari Iklan Di Media SosialSeperti pengguna internet kebanyakan, maka untuk jenis jual beli online seperti ini paling banyak bertebaran di platform facebook. Karena memang di facebook banyak sekali grup atau komunitas jual beli yang ada. Mulai dari yang lokalan sampai yang nasional.Kala itu saya ingat mencari sepeda motor vario dengan harga yang pastilah agak murah, namun tetap dengan keinginan bahwa barangnya bagus dan tidak bermasalah. Beberapa iklan yang terpasang sengaja saya filter sesuai dengan Lokasi saya yaitu di Lombok.Setelah memilih, saya pun langsung mengirimkan pesan untuk menanyakan ketersediaan barangnya. Si penjual menjawab bahwa barang bagus, pun ia memberikan nomor chat wa agar komunikasi lebih nyambung.Lanjut via whatsapp chat, si penjual ini mengirimkan sebuah foto real pict yang menunjukkan foto motor, plat di tutup. Dapat dikatakan kondisi motor ini sangat bagus dan pajak masih baru. Yang lebih menarik lagi harga yang ditawarkan termasuk murah.Dari situ saya pun tanya Lokasi motor di mana, nah di sinilah dimulai sandiwaranya. Si penjual ini kemudian bilang bahwa Lokasi motor ada di Surabaya, di salah satu RS besar yang cukup ternama (tidak saya sebutkan). Katanya dia Adalah seorang dokter spesialis bedah di sana, kemarin setelah pindah dari Lombok dan ternyata di sana motornya tidak terpakai sehingga ingin di jual saja.Tentu saja saya pikir ini masih masuk akal. Lanjut lagi saya tanya, lalu bagaimana motor ini bisa dikirikan ke Alamat saya, dan bagaimana metode pembayarannya. Dia bilang bisa COD, artinya motor sampai baru saya transfer bayarnya. Wah, tentu saja ini sangat menarik. Begitu dipercaya oleh orang yang bahkan belum pernah saya temui sebelumnya.Namun setelah itu, si oknum ini melanjutkan penjelasannya. Bahwa dia minta tolong di transfer biaya pengiriman motor saja, nanti di potong dari pembayaran yang ditransfer. Katanya karena ia sedang tidak punya uang. Dari sini saya mulai paham, ini Adalah salah satu modus baru. Secara, dengan profesi seorang dokter bedah tidak mungkin sekadar uang kirim satu motor harus ngebon.Bukan Hanya Oknum, Namun Jaringan SindikatAwalnya saya pikir untuk mencari penjual lain saja, karena setelah saya cek melalui lama website RS yang disebutkan si oknum, nama si oknum yang katanya dokter bedah ini tidak ada. Jadi saya coba lanjut mencari penjual lain di facebook.Tapi ternyata, fakta yang saya temukan tidak kalah bikin kaget. Hampir ada 5 akun penjual yang menawarkan motor bekas dengan spesifikasi yang saya cari dan semuanya bodong. Alias menggunakan modus yang sama.Ada yang mengaku baru pindah dari Mataram ke Denpasar, dan Lokasi motor di Asrama TNI-AD. Ada yang mengaku selesai kuliah di Lombok terus pindah ke Jakarta dan beberapa Lokasi lainnya. Namun modusnya sama, bisa bayar COD tapi minta transfer uang pengiriman dulu.Dari sini, saya tidak yakin bahwa ini oknum yang bergerak sendiri, melainkan jaringan sindikat penipuan penjualan kendaraan bermotor. Bagi orang yang kurang awas, ini akan menjadi umpan menggiurkan, kata “COD” yang hampir seperti jual beri di keranjang oranye (Bahasa keren untuk shopee).Oh iya, ada satu cerita saat beberapa bulan lalu saya sedang memasukkan laporan penipuan ke Polda NTB. Di sana saya bersebelahan dengan seorang bapak-bapak yang melaporkan penipuan juga. Yang saya dengar, dia sudah 2 kali transfer uang, yang pertama untuk biaya pengiriman, dan yang kedua katanya dicegat di Pelabuhan karena uang pengiriman kurang.Bahkan kata si bapak tersebut, dia menerima foto saat motor dinaikkan ke pick up, saat motor akan dinaikkan ke kapal penyebrangan juga. Benar-benar sandiwara yang apik untuk menjebak Masyarakat awam.Dengan wajah lunglai, si bapak menyerahkan bukti transfer dan nomor wa si penipu yang sudah tidak aktif lagi. Saya dengar terakhir si bapak dengan lesu bicara “saya tidak tau pak saya ditipu, karena jelas sekali fotonya dia kirim.”Pentingnya Edukasi Kepada Masyarakat Terkait Berbagai Transaksi OnlineJujur, saya pribadi sangat menyayangkan masih banyak Masyarakat yang kurang hati-hati saat melakukan transaksi jual beli online. Itulah mengapa akhirnya edukasi kepada Masyarakat terkait berbagai bentuk transaksi online ini penting dilakukan.Tidak ada yang salah dengan para pengiklan di media online, namun yang harus dipastikan bahwa sebagai pembeli harus tahu mekanisme jual beli yang aman itu seperti apa. Contohnya untuk aplikasi jual beli yang aman dengan menggunakan rekening Bersama (yang terkenal seperti shopee, Tokopedia atau amazon dll).Namun untuk jenis jual beli tertentu, memang lebih prefer dan fleksibel mencari di media sosial seperti facebook. Perlu diketahui juga, untuk anda yang melakukan tawar menawar barang via medsos ini, ada baiknya melakukan pembayaran secara tatap muka langsung. Bisa janjian ketemu di tempat yang disepakati.Artinya, barang diterima di tempat baru bayar di tempat. Hal ini untuk mengantisipasi potensi terjadinya penipuan semacam ini. Karena tidak semua orang paham bahwa di media sosial ini berseliweran oknum penipu dan penjahat yang bertopeng sebagai penjual.Pun dengan peran penting pemerintah dan berbagai institusi terkait juga sangat dibutuhkan dalam rangka menekan kejadian penipuan online seperti ini. Kita tidak bisa menutup mata bahwa Masyarakat belum teredukasi dengan baik, apalagi golongan menengah ke bawah.Maka sudah seharusnya edukasi, sosialisasi dan kampanye lebih digencarkan hingga mampu menjangkau Masyarakat level bawah sekalipun. Namanya juga kejahatan, pastinya terjadi karena ada niat pelaku dan kesempatan.