Terobosan Baru, Diet Khusus Dapat Membantu Lawan Kanker Otak Paling Mematikan

Wait 5 sec.

Ilustrasi diet (Foto: Freepik/rawpixel.com)JAKARTA - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 3 September menemukan bahwa perubahan pola makan tertentu dapat membuat kanker otak mematikan yaitu glioblastoma, menjadi lebih mudah diobati. Penelitian ini menunjukkan bahwa diet rendah serin dapat meningkatkan efektivitas kemoradiasi (kombinasi kemoterapi dan radioterapi) serta memperpanjang harapan hidup pada tikus percobaan.Glioblastoma adalah jenis kanker otak paling agresif dengan tingkat kekambuhan tinggi dan respons terapi yang terbatas. Salah satu tantangan utama adalah kemampuan sel kanker untuk mengubah metabolisme mereka agar terus berkembang biak.“Seni nyata dari terapi adalah bagaimana membuatnya membunuh sel kanker jauh lebih banyak dibanding sel normal,” kata Costas Lyssiotis, profesor onkologi dari University of Michigan, dikutip dari laman Live Science.Dalam penelitian ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Dan Wahl dari University of Michigan mempelajari bagaimana glioblastoma memanfaatkan glukosa secara berbeda dari sel sehat.Sel otak normal menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi melalui respirasi serta memproduksi serin, asam amino penting untuk fungsi otak.Sel tumor justru mengarahkan glukosa untuk menghasilkan nukleotida, bahan dasar DNA yang memungkinkan mereka memperbaiki kerusakan dan membelah tanpa henti.Selain itu, sel kanker juga mengambil serin dari jaringan sekitar untuk semakin memperkuat pertumbuhannya.Melihat celah ini, peneliti mencoba memberi tikus percobaan diet rendah serin. Hasilnya, sel kanker terpaksa mengalihkan kembali glukosa untuk produksi serin, sehingga mengurangi kemampuan mereka menghasilkan nukleotida. Akibatnya, sel kanker menjadi lebih rentan terhadap kemoradiasi.“Mereka yang diberi kombinasi diet rendah serin dan kemoradiasi hidup lebih lama dibanding yang hanya mendapat kemoradiasi,” tulis para peneliti.Meski hasil awal menjanjikan, para ahli menekankan sel glioblastoma sangat adaptif. Ada kemungkinan kanker akan menemukan cara baru untuk bertahan hidup.“Jika Anda bisa menemukan titik lemah itu, mengurangi serin, lalu menyerang dengan terapi, Anda bisa menghantam mereka sebelum menemukan jalan keluar,” ujar Lyssiotis.Dr. Wahl menambahkan uji klinis lanjutan pada manusia sedang dipersiapkan. Namun, ia mengakui tantangan dalam meminta pasien menjalani kemoterapi, radioterapi sekaligus diet khusus.“Kami berharap dapat membawa temuan ini ke pasien akhir tahun ini atau awal tahun depan." kata Wahl.