Tak Boleh Diabaikan! Ini 5 Dampak Negatif Mobilitas Sosial dan Cara Menyikapinya

Wait 5 sec.

Ilustrasi mobilitas sosial (Pinterest/Behance)YOGYAKARTA - Mobilitas sosial merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat modern. Istilah ini merujuk pada perpindahan posisi atau status sosial seseorang maupun kelompok dalam struktur sosial, baik ke arah yang lebih tinggi maupun lebih rendah.Di satu sisi, mobilitas sosial sering dianggap sebagai bentuk kemajuan karena membuka peluang baru bagi individu. Namun, di sisi lain, fenomena ini juga memiliki dampak negatif yang jarang dibicarakan.Kenaikan status sosial misalnya, sering dipandang sebagai sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Akan tetapi, proses menuju perubahan posisi tersebut tidak jarang menimbulkan masalah baru, baik bagi individu maupun lingkungannya.Mobilitas sosial yang tidak seimbang bisa menimbulkan kesenjangan, kecemburuan sosial, hingga melemahnya nilai kebersamaan di masyarakat. Karena itu, penting untuk memahami dampak negatif mobilitas sosial agar kita bisa lebih bijak menyikapinya.Dampak Negatif Mobilitas SosialDengan mengatahui dampak negatif mobilitas sosial, kita tidak hanya fokus pada keuntungan yang terlihat dari luar, tetapi juga mewaspadai risiko-risiko yang menyertainya. Berikut beberapa dampak negatif mobilitas sosial yang perlu diwaspadai.Kesenjangan SosialSalah satu dampak negatif dari mobilitas sosial adalah terciptanya kesenjangan sosial yang lebih besar. Ketika sebagian orang berhasil naik kelas sosial melalui pendidikan, karier, atau bisnis, ada kelompok lain yang tetap tertinggal karena keterbatasan akses. Perbedaan ini pada akhirnya menciptakan jurang yang semakin sulit dijembatani.Kesenjangan sosial yang tajam tidak hanya menimbulkan rasa ketidakadilan, tetapi juga berpotensi memicu masalah sosial lainnya seperti diskriminasi dan konflik horizontal. Masyarakat yang terbelah berdasarkan status ekonomi akan sulit membangun solidaritas, karena masing-masing kelompok merasa memiliki kepentingan yang berbeda.Kecemburuan SosialMobilitas sosial juga kerap menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat. Ketika seseorang berhasil meraih posisi lebih tinggi, hal ini bisa memicu rasa iri dari orang-orang di sekitarnya yang merasa tidak mendapatkan kesempatan serupa. Situasi ini diperburuk apabila keberhasilan tersebut dianggap tidak adil, misalnya karena faktor koneksi atau warisan keluarga.Kecemburuan sosial yang tidak dikelola dengan baik dapat berubah menjadi konflik terbuka. Hubungan antarindividu maupun kelompok bisa renggang, bahkan menimbulkan perseteruan yang panjang. Alih-alih meningkatkan kualitas hidup bersama, mobilitas sosial justru menimbulkan ketegangan sosial yang menghambat kerukunan.Tergerusnya Nilai KebersamaanDampak lain dari mobilitas sosial adalah melemahnya nilai kebersamaan dalam masyarakat. Ketika individu berpindah ke kelas sosial yang lebih tinggi, seringkali muncul perubahan pola pikir dan gaya hidup yang membuatnya merasa berbeda dengan kelompok asal. Hal ini dapat menciptakan jarak emosional yang memutus ikatan solidaritas.Nilai gotong royong yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia bisa tergerus jika mobilitas sosial berlangsung tanpa diimbangi kesadaran kolektif. Orang-orang yang berhasil naik kelas sosial cenderung lebih individualistis, sementara mereka yang tertinggal merasa diabaikan. Akibatnya, kohesi sosial semakin rapuh.Tekanan Psikologis pada IndividuTidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan cepat setelah mengalami mobilitas sosial. Perubahan status yang drastis, baik naik maupun turun, sering kali menimbulkan tekanan psikologis. Misalnya, seseorang yang tiba-tiba naik status sosial mungkin merasa tertekan untuk mempertahankan pencapaiannya agar tidak kembali ke posisi semula.Sebaliknya, mereka yang mengalami penurunan status sosial kerap menghadapi rasa malu, minder, dan kehilangan harga diri. Kondisi ini bisa berujung pada stres, depresi, bahkan konflik internal dalam keluarga. Dengan kata lain, mobilitas sosial tidak selalu membawa kebahagiaan, melainkan bisa menjadi beban mental yang berat.Disintegrasi SosialJika mobilitas sosial terjadi secara masif tanpa pemerataan, masyarakat berisiko mengalami disintegrasi sosial. Perubahan struktur kelas yang terlalu cepat bisa menciptakan ketidakstabilan karena banyak kelompok merasa posisinya terancam. Akibatnya, muncul perpecahan antar lapisan masyarakat.Disintegrasi sosial yang berkepanjangan akan merusak fondasi kebangsaan. Rasa kebersamaan dan identitas kolektif melemah, digantikan oleh kepentingan kelompok yang sempit. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menghambat pembangunan nasional dan menciptakan konflik berkepanjangan.Menyikapi dampak negatif di atas, solusi terbaik adalah memperkuat kesadaran kolektif dan memastikan kesempatan yang lebih merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan begitu, mobilitas sosial bisa menjadi sarana kemajuan tanpa harus mengorbankan nilai kebersamaan dan stabilitas sosial.