Ilustrasi perempuan lansia makan sendiri. Foto: Shutter StockSarapan merupakan rutinitas penting untuk memulai hari. Namun, seiring bertambahnya usia, terutama pada orang lanjut usia (lansia), waktu sarapan cenderung bergeser menjadi lebih siang. Studi terbaru menunjukkan, kebiasaan sarapan terlambat ini berhubungan dengan depresi, penuaan biologis, hingga masalah kesehatan mulut.Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal Communications Medicine. Dilansir MedicalNewsToday, penelitian ini menggunakan data hampir 3 ribu orang dewasa di Inggris berusia 42–94 tahun yang menjadi bagian dari University of Manchester Longitudinal Study of Cognition in Normal Healthy Old Age.Para peserta dipantau lebih dari 20 tahun terkait waktu makan dan perilaku kesehatan. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa seiring bertambahnya usia, waktu sarapan dan makan malam cenderung mundur, dengan rentang waktu makan harian yang semakin pendek.Mengutip The Harvard Gazette, sarapan terlambat secara konsisten dikaitkan dengan adanya depresi, kelelahan, gangguan kesehatan mulut, hingga kualitas tidur yang buruk. Kesulitan menyiapkan makanan juga turut memengaruhi keterlambatan waktu makan.Ilustrasi sarapan di hotel. Foto: monticello/Shutterstock“Depresi, kecemasan, kelelahan, atau masalah kesehatan mulut dapat membuat lansia lebih sulit sarapan lebih awal, sehingga memengaruhi pola waktu makan secara keseluruhan,” jelas Hassan Dashti, ilmuwan nutrisi klinis sekaligus salah satu penulis studi tersebut, dikutip dari Medical News Today.Dashti menambahkan, sarapan lebih siang juga terkait dengan peningkatan risiko kematian. Hal ini dikarenakan kebiasaan sarapan terlambat bisa menjadi adanya tanda penurunan kesehatan pada lansia.“Sarapan yang lebih siang dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Meski efeknya kecil, pergeseran waktu makan bisa memberi gambaran risiko kesehatan lebih luas seiring bertambahnya usia,” tambahnya.Dengan demikian, menurut Dashti, kebiasaan sarapan terlambat bisa menjadi penanda adanya masalah kesehatan pada lansia yang bisa dipantau dengan mudah. Perubahan ini dapat membantu pasien, dokter, maupun keluarga mengenali kondisi lansia sejak dini.“Pasien dan dokter mungkin dapat menggunakan perubahan rutinitas makan sebagai tanda peringatan dini untuk memeriksa kondisi kesehatan fisik dan mental yang mendasarinya. Selain itu, mendorong lansia untuk memiliki jadwal makan yang konsisten dapat menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk mendukung penuaan sehat dan umur panjang,” tambahnya, dikutip dari The Harvard Gazette.Sayangnya, penelitian yang dilakukan oleh Dashti tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat secara langsung antara sarapan terlambat dan risiko kesehatan.Akan tetapi, ahli gizi Monique Richard yang tidak terlibat dalam penelitian menekankan kalau temuan ini bisa menjadi pengingat penting bahwa waktu makan dan komposisi makanan perlu berjalan beriringan untuk menjaga kesehatan.Richard juga memberikan tips praktis untuk mengatur sarapan yang baik, yakni sarapan dalam 1–2 jam setelah bangun tidur atau sekitar pukul 7–8 pagi, serta mengutamakan asupan protein 25–30 gram di waktu sarapan.“Waktu makan dan komposisi makanan adalah pasangan yang saling melengkapi dalam perjalanan kita menuju kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan,” pungkasnya.Reporter Salsha Okta Fairuz