Proses produksi dan pengecekan di Pabrik YAVA, Desa Ban, Karangasem, Bali. Foto: kumparan/Faiz ZulfikarMengawinkan misi sosial, bisnis yang berkelanjutan, dan komitmen terhadap keamanan sebuah produk bukanlah perkara sederhana. Inilah yang dialami YAVA, produsen camilan sehat yang berbasis di Bali. YAVA merupakan social enterprise. Mereka berbisnis untuk mendukung misi sosialnya, yaitu meningkatkan perekonomian petani dan memberikan lapangan pekerjaan bagi warga desa. Setelah lebih dari satu dekade berdiri, dengan pabrik seluas hampir satu hektar di Desa Ban dan fasilitas produksi buah-buahan kering di Desa Oka, Flores Timur, YAVA mengklaim sudah menyediakan lapangan pekerjaan kepada lebih dari 500 warga sekitar pabrik melalui produksi camilan yang enak sekaligus sehat. Produk mereka bervariasi, mulai dari snack bar hingga granola, dan sudah diekspor ke lebih dari 15 negara. Pabrik YAVA di Desa Ban, Karangasem, Bali. Foto: kumparan/Faiz ZulfikarSebagai social enterprise makanan olahan, tantangan YAVA bukan hanya soal membuat bisnisnya bertahan untuk menyejahterakan warga desa, tapi juga bagaimana membuat pembeli merasa aman dan tenteram saat mengonsumsi produk mereka. Tantangan ini dijawab, salah satunya, dengan menerapkan sistem penjaminan halal di seluruh lini produksinya. Di Level Hulu: Pendampingan dan PelatihanBerdasarkan data di situs resmi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), semua produk YAVA telah bersertifikat halal."Sejak awal berdiri, YAVA memang sudah memperlakukan halal sebagai cerminan janji kami kepada konsumen untuk menghasilkan camilan yang tidak hanya sehat dan enak, tapi juga aman," kata CEO YAVA Christopher Lawrence Bailey kepada kumparan beberapa waktu lalu. CEO YAVA Christopher Lawrence Bailey di kantor pusat YAVA, Denpasar, Bali. Foto: kumparan/Faiz ZulfikarUntuk itu, menurut Bailey, YAVA memiliki tim manajemen halal. Tim ini bekerja sesuai manual mutu halal yang berisi panduan, pedoman tentang struktur, cara, dan juga tanggung jawab dalam sistem penjaminan produk halal. Namun, natur YAVA sebagai social enterprise memberikan tantangan tersendiri dalam menerapkan sistem penjaminan produk halal. Di bagian hulu, misalnya, proses penyediaan bahan baku terbilang cukup kompleks. Sebab, mereka membeli berbagai macam bahan baku, mulai dari kacang mete hingga nektar lontar, dari petani-petani kecil di Desa Ban yang jumlahnya ratusan. Kacang mete yang menjadi salah satu bahan baku produk camilan YAVA. Foto: kumparan/Faiz ZulfikarTantangan ini dijawab dengan pendampingan yang intensif. "Kami melakukan edukasi praktis dan pendampingan langsung yang intensif terhadap petani lokal sejak pertama mereka melakukan panen," ujar Product Development & Quality Director YAVA Leonardo Manatap A.R. Menurut Leo, panggilan akrab Leonardo, saat panen, petani didampingi agar hasil panennya higienis dan bebas dari kontaminasi dari bahan non-halal. Selain itu, Leo melanjutkan, YAVA memberikan edukasi yang praktis supaya bahan baku yang disuplai ke YAVA juga bebas dari kontaminasi hal-hal yang najis. Standar Keamanan Tinggi dalam ProduksiDi level produksi, Factory Director YAVA Albert Siahaan mengatakan, pihaknya memberikan pelatihan sesuai dengan manual mutu halal kepada setiap orang yang terlibat dalam proses produksi, mulai dari tim procurement, gudang, hingga tim penelitian dan pengembangan. Pekerja di pabrik YAVA melakukan pengemasan produk. Foto: kumparan/Gadi Kurniawan MakitanSekalipun risiko kontaminasi bahan non-halal relatif kecil karena YAVA tidak memproduksi makanan non-halal, Albert tetap memastikan bahwa area karyawan, area kerja, dan juga mesin bebas dari kontaminasi. "Sanitasi menjadi bagian penting," ujar Albert. "Kami membentuk tim khusus untuk menjaga sanitasi di area produksi. Mereka secara reguler, pada jam-jam tertentu, melakukan proses pembersihan." Pekerja di pabrik YAVA sedang membersihkan salah satu area produksi. Foto: kumparan/Faiz ZulfikarSetiap karyawan yang masuk ke pabrik juga harus melalui proses sanitasi yang ketat. Tim kumparan yang berkunjung ke pabrik YAVA beberapa waktu lalu melihat dan mengalami secara langsung proses tersebut. Pertama, kumparan harus melalui proses screening kesehatan yang dilakukan oleh dokter yang secara khusus dipekerjakan oleh YAVA di pabriknya. Screening bertujuan memastikan siapa pun yang berkunjung ke pabrik tidak membawa kontaminasi virus atau penyakit yang menular. Factory Director YAVA, Albert Siahaan, menjalani proses pemeriksaan kuku sebelum memasuki are produksi YAVA. Foto: kumparan/Faiz ZulfikarLalu, setiap orang yang masuk ke area produksi diwajibkan mencuci tangan menggunakan sabun, berganti ke seragam khusus yang sebelumnya sudah dicuci bersih, menggunakan penutup rambut, dan mengenakan sepatu khusus yang hanya digunakan dalam pabrik. Kuku karyawan dan pengunjung juga diperiksa. Jika ada yang panjang dan berpotensi kotor, atau memakai kuku buatan atau cat kuku, mereka diwajibkan menggunakan sarung tangan selama berada di area produksi. Penyimpanan dan distribusi juga tak lepas dari penjaminan halal. "Caranya adalah dengan memastikan setiap produk terlabel. Artinya, sudah terverifikasi oleh quality control, layak diterima, barulah masuk ke dalam penyimpanan. Ini pentingnya administrasi," ujar Albert. Dari Indonesia untuk DuniaMenurut CEO YAVA Christopher Lawrence Bailey, sertifikat halal yang sudah dimiliki YAVA, bersama dengan sertifikat BRC (British Retail Consortium) Grade A, semakin menegaskan keyakinan YAVA: Makanan yang diolah di desa-desa Indonesia mampu memenuhi standar global yang tinggi. Sertifikasi halal, menurut Bailey, juga akan memperkuat relasi YAVA dengan konsumen di seluruh dunia. Sebab, ia menyadari tumbuhnya gaya hidup halal di masyarakat. Produk camilan dan sarapan YAVA yang dihasilkan dari pabrik YAVA di Desa Ban, Karangasem, Bali. Foto: kumparan/Faiz Zulfikar"Khususnya untuk konsumen Muslim, halal lebih dari sekadar menghindari konsumsi bahan yang haram, tapi juga gaya hidup," ujarnya. Menurut Bailey, gaya hidup sehat dan halal bukanlah sebuah tren yang musiman, tapi merupakan pergeseran yang mendasar soal pilihan konsumen. "YAVA merasa terhormat dan senang untuk bisa membantu konsumen Muslim muda memiliki lebih banyak lagi pilihan untuk makanan yang nyaman dikonsumsi, enak, sehat, sekaligus halal," kata Bailey.