Truk Shacman X3000. Foto: Alvian Yoga Yulianto/kumparanSejumlah distributor resmi kendaraan niaga atau komersial di Indonesia menyayangkan kehadiran truk impor dengan mesin yang masih menggunakan sertifikasi emisi gas buang Euro 2 atau 3. Padahal, spesifikasi ini sudah tak lagi bisa dipasarkan di dalam negeri."Regulasi pemerintah padahal telah menetapkan kendaraan bermesin diesel harus standar Euro 4, kami selalu ikuti itu. Persaingan dalam bisnis biasa, hanya saja selama itu dilakukan fair," buka Sales and Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), Aji Jayan ditemui di Jakarta pekan ini.Regulasi kewajiban kendaraan bermesin diesel mengantongi sertifikasi emisi gas buang berstandar Euro 4 sudah berjalan sejak tahun 2022 lalu. Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No. S 786/MENLHK-PPKL/SET/PKL.3/5/2020.Kebijakan tersebut sejatinya telah digagas pada tahun 2017 dan awalnya direncanakan terealisasi pada 7 Oktober 2018. Namun, ketentuan yang berlaku untuk kendaraan penumpang dan niaga bermesin diesel itu mundur ke 7 April 2021, sebelum akhirnya terwujud 12 April 2022.Truk HOWO-TX. Foto: Alvian Yoga Yulianto/kumparanBeberapa Agen Pemegang Merek (APM) menyoroti beberapa merek kendaraan komersial yang masih menjajakan produk Euro 2 dan Euro 3. Utamanya pada gelaran pameran alat berat untuk pertambangan di Jakarta belum lama ini."Itu juga, sektor mining kendalanya tidak hanya soal permintaan tetapi juga saingannya saya bilang mungkin tidak sehat. Tadi itu, ada brand-brand yang datang tak sesuai prosedur," tambah Aji.Salah satunya distributor truk spek tambang di pameran Mining Indonesia 2025 kemarin, sempat memajang produk dengan standar baku emisi Euro 2.“Rekomendasi kami di tambang pakainya Euro 2 atau Euro 3. Solar kita bisa dikategorikan kan enggak selalu bagus. Apalagi untuk mesin-mesin China kayak gini pasti ada kendala. Bisa enggak (Euro 4) di tambang? Bisa, cuma kan sayang,” kata Product Manager PT United Equipment Indonesia (UniQuip), Riki Ardiansyah kepada kumparan.Mitsubishi Fuso Fighter X dapat penyegaran. Foto: dok. Mitsubishi Riki menambahkan, sejatinya Sachman punya banyak portofolio produk dengan spesifikasi Euro 4, bahkan ada yang sudah Euro 5. Namun kasus di lingkungan pertambangan di Indonesia lagi-lagi menjadi alasan kenapa pihaknya masih menawarkan Euro 2 dan 3.“Kami delivery (solar) ke tambang pasti ada namanya kondensasi. Ada air masuk, ada kontaminasi disimpan di satu fuel station, banyak faktor lah gitu. Pengiriman ke tambang sudah termasuk tempat penyimpanannya, cuma enggak sebagus pom bensin. Makanya disarankan Euro 2 dan Euro 3 aja,” paparnya.Dirinya mengeklaim, produk-produk bermesin diesel Euro 2 dan Euro 3 itu dipakai atau mobilitasnya hanya di area pertambangan. Adapun, diakuinya semua truk tersebut masih berstatus impor utuh atau Completely Built Up (CBU).Harapan penyesuaian regulasi Lini truk Mercedes-Benz yang dibawa PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) di pameran Indonesia Energy & Engineering (IEE) 2025, Kemayoran Jakarta. Foto: Sena Pratama/kumparanSenada dengan Aji, Head of Business Strategy Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Rian Erlangga turut berkomentar perihal truk impor yang masih berstandar Euro 2 atau Euro 3 itu. Namun, ia berharap ada penyesuaian kebijakan dan implementasi yang jelas."Ini sebenarnya truk impor itu tidak menjadi masalah, sepanjang sesuai dengan prosedur. Misalnya dari kuota impor atau truk tersebut sudah memiliki spesifikasi yang disesuaikan dengan ketentuan, paling penting harus memiliki standar Euro 4 dan uji tipe yang memang dilakukan," ucap Rian ditemui di Jakarta belum lama ini.Anggota dan juga pengurus Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Sommy Lumajeng turut mengutarakan rasa herannya perihal truk-truk tersebut. Selain tidak memenuhi ketentuan regulasi, keberadaannya mengancam industri karoseri lokal."Itu truk Euro 2 dan Euro 3 kok ukurannya besar banget. Mau itu digunakan on road atau off road harusnya kebijakannya sama, kan langitnya sama. Kalau sampai bisa dijual di Indonesia berarti ada yang tidak sinkronisasi dengan aturan," urainya kepada kumparan.Ia menampik ada sentimen khusus yang ditujukan pada produk impor atau merek China. Sommy memberi contoh salah satu pemain asal Tiongkok, FAW sudah terdaftar sebagai anggota Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia)."Intinya kebijakan tersebut perlu dikaji ulang karena seperti APM hingga karoseri ini kan di bawah payung Kementerian Perindustrian yang mana sebenarnya kami ini meminta perlindungan soal ini," pungkas Sommy.