Menurut Koordinator Pusat BEM SI Muzammil Ihsan ada pihak yang tak ingin gerakan mahasiswa bersatu. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)Bukan hanya organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, dan partai politik yang terpecah di negeri ini, organisasi kemahasiswaan pun mengalami hal serupa. Hal ini diakui sendiri oleh Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia 2025–2026, Muzammil Ihsan. Siapa pelakunya? Ia tak berani terbuka. Yang jelas, kata dia, ada pihak yang tak ingin gerakan mahasiswa tak bersatu dan menjadi kekuatan perubahan.***Salah satu warisan pemerintah kolonial Belanda yang ratusan tahun menjajah Indonesia ternyata masih terasa hingga sekarang, yaitu politik divide et impera alias politik pecah belah. Organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, hingga partai politik jamak terbelah. Biasanya usai kongres atau musyawarah, salah satu pihak yang tak meraih kemenangan akan membentuk kepengurusan baru. Jadilah kepengurusan ganda di sebuah organisasi.Lalu siapa pelaku politik divide et impera ini? Menurut Muzammil Ihsan, organisasi kemahasiswaan yang menjadi tempatnya bernaung, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia, juga mengalami perpecahan. Ia menduga keadaan ini memang dikondisikan agar gerakan mahasiswa tidak memiliki kekuatan.“Terus terang saya tidak bisa memastikan siapa pelakunya. Kalau dugaan ada, ini karena adanya pertarungan elite politik di negeri ini dan keterlibatan aparat. Tapi apakah info ini benar saya tidak tahu,” katanya.Sementra itu dalam aksi demo yang terjadi pada akhir Agustus lalu, Muzammil Ihsan menegaskan bahwa BEM Seluruh Indonesia tidak mengusung isu pembubaran DPR RI. “Untuk isu ‘bubarkan DPR’ bukan agenda BEM SI, yang kami suarakan adalah reformasi DPR. Soalnya yang menarasikan bubarkan DPR pun tak memberikan solusi apa pun kalau DPR dibubarkan. Ada konsekuensi panjang kalau DPR dibubarkan, itu yang harus dipikirkan juga,” ujarnya.Karena itu, lanjut dia, pihaknya menyuarakan perlunya reformasi DPR dan pemberhentian anggota DPR yang problematik. “Sebenarnya kalau narasinya bubarkan DPR juga cerminan aspirasi masyarakat pada lembaga legislatif kita. Karena banyak anggota DPR tidak merepresentasikan rakyat,” katanya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Dandi Juniar saat bertandang ke kantor VOI, di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 25 September 2025.Koordinator Pusat BEM SI Muzammil Ihsan mendesak Presiden Prabowo mengungkap pelaku kerusuhan Agustus 2025. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)Menurut pengamatan Anda, apa perbedaan demonstrasi mahasiswa sekarang dengan gerakan mahasiswa pada tahun 1966 dan 1998?Saya melihat ada perbedaan konsep antara demo mahasiswa yang dilakukan sekarang dengan tahun 1966 dan 1998. Gerakan mahasiswa sekarang lebih intens berperang dengan media, khususnya media sosial. Ini sangat berpengaruh pada gerakan mahasiswa hari ini. Aksi demonstrasi akhir Agustus itu benar-benar dipengaruhi oleh media dan media sosial. Apa yang kita sampaikan kadang mudah terprovokasi oleh media sosial. Sebagai mahasiswa, kita harus bisa memilah informasi yang kita terima sebelum disebarkan ke orang lain.Kalau dari sisi semangat, apakah berbeda dengan mahasiswa era sebelumnya?Jujur, semangat perlawanan mahasiswa sekarang sedikit menurun. Mungkin mahasiswa hari ini terpengaruh oleh media sosial. Sebenarnya media sosial itu ada sisi baik dan sisi buruknya. Sebagai mahasiswa, kita harus bisa menggunakan media sosial ini dengan bijak. Soalnya kalau tidak hati-hati, kita bisa terprovokasi.Era sebelumnya, menurut cerita dari senior kami, sebelum melakukan aksi mahasiswa berkumpul dulu, baru melakukan aksi. Jadi mereka lebih sulit terprovokasi. Mahasiswa sekarang tak perlu berkumpul secara fisik, sehingga lebih rentan terprovokasi. Dengan semakin canggihnya teknologi informasi dan artificial intelligence, sebaran informasi itu amat pesat. Kita amat mudah menerima informasi dari satu pihak saja tanpa mendengar pihak lain. Ada juga yang langsung reaktif saat menerima informasi, padahal belum tentu informasi itu benar.Kalau begitu, literasi amat diperlukan?Ya, harus itu. Agar kita tak terjebak menyebarkan informasi yang salah. Sebagai mahasiswa, kita juga bisa membantu masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak cepat menyebarkan informasi sebelum dilakukan verifikasi. Media sosial bisa bermanfaat, namun bisa juga menjadi bumerang kalau tidak bijak menggunakannya.Ternyata perpecahan tak hanya terjadi di ormas dan parpol, di BEM juga. BEM UNDIP dan UGM keluar. Bagaimana kronologinya dan apa solusi dari Anda untuk hal ini?Sejak Munas 2021 di Padang, aliansi BEM Seluruh Indonesia sudah pecah dua. Saat itu, karena tidak ada kata sepakat, sejumlah BEM membuat Munas tandingan. Rencana mereka amat rapi. Saya tak tahu siapa yang ada di belakang mereka, apakah pemerintah atau aparat. Tujuannya agar aliansi BEM terpecah, dan itu menjadi kenyataan.Pada akhir Juli 2025, BEM SI Kerakyatan menggelar Munas yang juga dilaksanakan di Padang, dan terjadi perpecahan lagi. Saat itulah BEM UGM, UNDIP, dan kampus lainnya yang jumlahnya 17 keluar dari BEM SI Kerakyatan.Jadi ada berapa organisasi akibat perpecahan ini?Kami BEM SI, pecah dua. Aliansi BEM SI Kerakyatan juga pecah dua. Ada juga BEM Nusantara yang pecah dua. Pokoknya gerakan mahasiswa sudah dipecah sedemikian rupa.Jadi ada politik divide et impera juga. Siapa pelakunya?Terus terang saya tidak bisa memastikan siapa pelakunya. Dugaan ada, ini karena adanya pertarungan elite politik di negeri ini dan keterlibatan aparat. Tapi apakah info ini benar, saya tidak tahu.Soal demonstrasi yang dilakukan mahasiswa, seperti apa arahan yang dilakukan BEM SI untuk mahasiswa yang turun?Kami di BEM SI sebelum aksi demo melakukan kajian. Kami membagi isu dalam 13 bagian, seperti isu kesehatan, lingkungan, agraria, dan lain-lain. Sebelum aksi atau turun demo, teman-teman kami minta membuat kajian dulu: apa saja yang menjadi persoalan di masyarakat, lalu kita rumuskan dalam bentuk tuntutan.Aksi pertama dalam kepengurusan saya sebagai Koordinator BEM SI adalah aksi Indonesia Cemas pada 28 Juli 2025. Selain itu, ada juga isu lokal yang kami bawa ke lingkup nasional. Contoh di Riau soal rencana pembentukan peradilan militer, di Aceh soal pembangunan batalyon. Ini kami kritisi dan sampai saat ini rencana itu tak diwujudkan. Artinya, kami akan terus berusaha sampai aspirasi dibahas pemerintah. Saat menyampaikan aspirasi, kami menunggu jawaban dari pemerintah misalnya dalam kurun waktu 3 x 24 jam.Demo yang terjadi di akhir Agustus lalu berujung anarki. Apakah ini dilakukan teman-teman BEM dan mahasiswa atau ada pihak yang menunggangi?Aksi 25 Agustus 2025 menurut saya diprovokasi oleh media sosial. Beberapa hari sebelum itu di media sosial gencar sekali ada ajakan untuk turun dengan satu narasi: “Bubarkan DPR.” Saya lihat ada elite politik yang menggunakan aksi demo kami untuk menyalurkan kepentingannya. Untuk demo 25 Agustus, kita tak tahu siapa yang mengomandoi. Yang terjadi, gerakan massa cair. Dari pagi sampai petang ada demo, setelah mereka mundur, masuklah tim yang berbuat anarki. Saya tak tahu apakah mereka ada yang mengomandoi untuk berbuat anarki atau tidak. Itu perlu penyelidikan lebih jauh.Jadi, untuk demo 25–29 Agustus di berbagai kota di Indonesia terlihat bagaimana masyarakat marah pada apa yang terjadi belakangan ini. Seperti wakil rakyat yang tidak merepresentasikan rakyat, pemerintah yang mengeluarkan kebijakan semena-mena. Masyarakat sadar bahwa bangsa kita sedang tidak baik-baik saja.Soal demo yang berujung anarki menurut Koordinator Pusat BEM SI Muzammil Ihsan ada pihak yang menunggangi. Selama ini mereka tidak mengedukasi teman-teman untuk demo dengan kekerasan. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)Soal isu ‘bubarkan DPR’, apakah ini dibahas oleh teman-teman BEM sebelum terjadi demo 25 Agustus?Terus terang, isu ‘bubarkan DPR’ bukan agenda BEM. Yang kami suarakan adalah reformasi DPR. Soalnya, pihak yang menarasikan bubarkan DPR pun tidak memberikan solusi apa pun jika DPR benar-benar dibubarkan. Karena konsekuensinya panjang kalau DPR dibubarkan. Maka kami menyuarakan perlunya reformasi DPR, termasuk memberhentikan anggota DPR yang problematik.Sebenarnya, narasi bubarkan DPR juga merupakan cerminan aspirasi masyarakat pada lembaga legislatif kita. Karena banyak anggota DPR yang tidak merepresentasikan rakyat.Ada beberapa anggota DPR yang dianggap problematik dan sudah dinonaktifkan oleh partainya masing-masing. Bagaimana menurut Anda?Saat sebagian anggota DPR merespons isu bubarkan DPR dengan berlebihan, justru makin membuat rakyat tidak simpatik. Ahmad Sahroni bahkan berkomentar bahwa orang yang meminta DPR dibubarkan adalah orang yang paling goblok di dunia. Akibatnya, kemarahan masyarakat makin menjadi-jadi. Reaksi anggota DPR yang arogan itu menjadi salah satu alasan mengapa kami mendesak agar DPR direformasi, supaya mereka yang duduk di parlemen benar-benar menjadi wakil rakyat.Hal lain yang mencuat adalah naiknya tunjangan rumah dan berbagai tunjangan lain yang diterima wakil rakyat. Semua itu terakumulasi, menjadi pemantik demo yang terjadi di akhir Agustus.Demo pada 25, 26, dan 27 Agustus masih cair. Baru pada 28 Agustus demo memuncak hingga menyebabkan driver Affan Kurniawan meninggal dunia. Amarah masyarakat tetap tak terbendung, meski sejumlah pejabat mendatangi kediaman Affan. Penanganan aparat yang tidak profesional membuat ada korban jiwa.Apakah ada rambu-rambu atau saran kepada mahasiswa yang akan ikut demo untuk tidak berbuat anarki?Saya bisa memahami kenapa aksi demo kadang berujung pada anarki. Kadang kami sudah berorasi, namun pejabat yang berwenang tidak berani menemui kami. Inilah yang memicu kemarahan di lapangan. Terjadi dorong-dorongan, sementara aparat kadang represif, akhirnya terjadi kekerasan. Lalu kami dicap anarkis.Ada arahan tidak kalau mahasiswa harus tertib saat demo dan tak bertindak anarki?Arahan itu ada. Menyampaikan aspirasi dijamin undang-undang. Namun melakukan kekerasan dan kerusuhan adalah hal yang tidak boleh dilakukan.Jadi apakah juga tindakan kekerasan itu juga dilakukan oleh mahasiswa?Itu akibat dari yang saya sebutkan tadi: aspirasi kami tidak direspons dengan baik, ditambah akumulasi situasi di lapangan.Bagaimana dengan asumsi bahwa demo mahasiswa ada yang ditunggangi?Demo kemarin memang ada yang menunggangi. Tapi demo ini juga menjadi pemantik masyarakat sadar bahwa apa yang terjadi selama ini tidak benar dan harus diperbaiki.Dalang di balik demo ini harus ditelisik dan ditindak. Kalau Presiden Prabowo Subianto bilang ada percobaan makar dalam aksi demo kemarin, kami mendesak presiden membuktikan sinyalemen itu. Kalau perlu, buat tim investigasi untuk menyelidikinya.Apakah ada korelasi antara aksi demo dengan penjarahan rumah Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, Nafa Urbach, dan Sri Mulyani?Kami sangat menyayangkan aksi anarki dan penjarahan itu. Itu bukan gerakan mahasiswa. Kami tidak pernah mengedukasi teman-teman untuk menjarah. Walau kita marah dengan wakil rakyat, tetap tidak boleh melakukan penjarahan. Semua pihak harus introspeksi dari kasus ini: elite politik, politisi, maupun masyarakat. Saya pastikan tidak ada mahasiswa yang ikut dalam penjarahan rumah wakil rakyat dan pejabat itu.Yang menjadi perhatian kami adalah mahasiswa yang masih ditahan di Polda Metro. Mereka harus segera dibebaskan. Ada yang ditangkap karena ikut merusak, ada yang ditangkap karena seruan di media sosial. Saya rasa ini upaya meredam gerakan mahasiswa. Untuk meredam semua ini, presiden harus mengungkap siapa dalang di balik kerusuhan, jangan justru menargetkan mahasiswa atau masyarakat sipil.Soal tuntutan 17+8, apakah teman-teman BEM juga terlibat merumuskan?Tuntutan itu awalnya dari berbagai kelompok yang menyampaikan aspirasi, lalu dikristalisasi oleh para influencer. Ini membantu agar sejumlah tuntutan bisa disusun dengan jelas.Kami juga punya tuntutan di luar 17+8. Saat audiensi dengan DPR RI, kami menyampaikan isu tambahan, termasuk isu lokal yang kami bawa ke level nasional. Misalnya soal pertambangan di Papua, kesehatan, hingga program Makan Bergizi Gratis. Nanti saat rapat kerja, kami akan mengerucutkan isu-isu yang akan dikawal selama masa kepengurusan saya sebagai Koordinator BEM SI 2025–2026. Jadi tidak hanya mengusung isu yang populis dan viral saja.Menurut Anda tuntutan 17+8 dan juga isu lokal yang Anda suarakan itu realistis untuk dilaksanakan?Ya, itu sangat realistis dan menjadi keresahan kita semua. Soalnya sebelum kami melakukan aksi demo, sudah dilakukan kajian terlebih dahulu. Sebagian tuntutan yang disuarakan lewat 17+8 juga sudah direalisasikan, seperti soal tunjangan rumah anggota DPR RI yang sudah diturunkan, RUU Perampasan Aset masuk dalam prolegnas, dan lain-lain. Sekarang sudah agak reda setelah pemerintah dan anggota dewan mendengar aspirasi rakyat. Tugas berikutnya adalah mengawal realisasi tuntutan itu.Menurut Anda, apakah menjadi seorang aktivis itu hanya saat masih menjadi mahasiswa saja?Memang yang namanya aktivis itu menyuarakan aspirasi tanpa hambatan. Idealismenya tetap ada meski dia sudah bekerja atau menjadi birokrat. Sejatinya, aktivis itu ada pada mahasiswa yang masih lurus idealismenya. Namun soal batas waktunya relatif, karena masih ada juga yang dulunya aktivis setelah bekerja tetap berani menyuarakan aspirasinya secara lantang.Banyak aktivis mahasiswa yang setelah lulus terjun ke politik atau justru dianggap pragmatis dan berdamai dengan penguasa. Bagaimana Anda memandang fenomena ini?Saat masih mahasiswa memang kita bisa secara leluasa menyampaikan aspirasi masyarakat. Namun setelah bekerja atau masuk partai politik, kondisinya berbeda. Dia harus menyuarakan aspirasi parpol dan pemerintah sebagai abdi negara.Ada yang menilai gerakan mahasiswa sekarang lebih reaktif ketimbang visioner. Bagaimana Anda merespons kritik ini?Khusus yang kami lakukan melalui BEM SI, sebelum mengangkat sebuah isu kami siapkan lewat kajian mendalam. Bukan reaktif atas apa yang terjadi. Di era sekarang kadang kita terganggu dengan sesuatu yang sifatnya viral. Saat kita mengusung isu penting namun tidak viral, itu tidak didengarkan, dianggap tidak memperjuangkan masyarakat. Yang dilihat adalah saat kita merespons isu nasional yang memang viral. Maka dari itu muncul persepsi masyarakat bahwa gerakan mahasiswa sekarang reaksioner.Bagaimana BEM SI menjaga independensi gerakan dari polarisasi politik maupun kepentingan elite?Saat merencanakan aksi kami sangat tertutup, jangan sampai bocor. Kalau sudah bocor akan ada orang-orang yang ingin menyusup dan memanfaatkan gerakan, ini yang kami hindarkan. Untuk mencegah penyusupan, sebelum aksi biasanya kami melakukan hal-hal yang manipulatif. Soalnya banyak yang meminta informasi, bisa jadi intel atau wartawan. Informasi yang sebenarnya baru disampaikan saat aksi berlangsung.Apa yang bisa dilakukan saat informasi bocor dari internal BEM?Di kepengurusan BEM USU saja saya mencurigai ada kabinet saya yang saya duga intel. Soalnya gerakan terlihat jelas: ketika kami melakukan konsolidasi dia tidak datang, tapi saat menggelar diskusi publik justru hadir. Yang sangat kami sayangkan, dia menjual informasi ke pihak luar untuk kepentingan pribadi.Jika gerakan mahasiswa ingin relevan untuk masa depan, apa strategi BEM SI agar tidak hanya jadi "mesin demo" tapi juga pusat gagasan dan solusi?Isu yang kita suarakan harus benar-benar yang diinginkan publik. Dan agar isu yang kita suarakan didengar, skalanya harus besar.Apa seruan Anda untuk mahasiswa baik yang satu koalisi maupun di organisasi lain dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat?Demonstrasi mahasiswa akhir Agustus lalu benar-benar membuat kami bersatu. Solidaritas untuk almarhum Affan Kurniawan di Polda Metro Jaya adalah contoh konkret. Ada BEM SI, BEM SI Kerakyatan, BEM Nusantara yang semua berbaur. Memang tidak mudah menyatukan semua gerakan mahasiswa karena kondisinya sudah dipecah-belah dengan berbagai faksi. Ayo semua gerakan mahasiswa sama-sama menyuarakan aspirasi masyarakat, lupakan perbedaan dan latar belakang politik masing-masing. Kita satukan gerakan, kristalisasi isu yang ada, lalu sampaikan kepada pemerintah, legislatif, dan pihak-pihak yang berkepentingan.Jangan pernah lelah menyampaikan aspirasi rakyat. Harus saling percaya satu sama lain, tidak menusuk dari belakang, dan tidak mengambil keuntungan pribadi. Soal ada oknum yang menyusup dalam gerakan itu mungkin akan terjadi, tinggal merapatkan barisan saja agar bisa diminimalisir.Jadi gerakan yang menyusup dan memecah belah itu ada?Ya, begitulah kenyataannya. Keberadaannya ada, tapi sulit untuk diindera. Ada juga yang menuduh kami melakukan sesuatu yang akhirnya membuat mahasiswa yang bergabung berkurang karena kepercayaan menurun.Ada fenomena demo bayaran, apakah di kalangan mahasiswa ini terjadi?Sampai saat ini belum. Demo yang kami lakukan tidak ada yang berbayar. Demo bayaran memang kerap digunakan untuk menyerang sesuatu. Biasanya aksinya sepi, setelah selesai hanya untuk laporan. Aksinya cuma formalitas untuk dokumentasi dan masuk ke media. Jadi bisa dibedakan mana aksi bayaran dan mana yang murni menyampaikan aspirasi masyarakat. Muzammil Ihsan, Antara Kesibukan Aktivis dan Target KuliahMeski berorganisasi dan menjadi pimpinan BEM Seluruh Indonesia Muzammil Ihsan tetap punya target kuliah dengan baik. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)Meski sibuk berorganisasi dan beragam aktivitas memperjuangkan nasib masyarakat, Muzammil Ihsan yang menjabat sebagai Koordinator BEM Seluruh Indonesia tetap ingat dengan targetnya sebagai mahasiswa. Ia harus menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan, Universitas Sumatera Utara (USU), sesuai pesan bapak dan ibunya.“Saya mulai aktif berorganisasi di kampus sejak semester empat. Saya masuk kuliah tahun 2021 saat COVID-19 masih melanda. Saat itu kuliah dilakukan secara daring. Setelah pandemi selesai, barulah saya ke kampus dan ikut berorganisasi,” ungkap pria kelahiran Tembung, Kabupaten Deli Serdang, 3 April 2003 ini.Bagi Muzammil, kuliah dan organisasi sama pentingnya. Tinggal menyesuaikan skala prioritas mana yang harus didahulukan. “Bagi saya kuliah itu yang utama, tapi organisasi itu yang pertama. Jadi saya tetap mahasiswa yang tugasnya kuliah. Untuk aktivitas organisasi dilakukan usai jam kuliah,” terang Ketua BEM USU (2024–sekarang).Muzammil bersyukur karena aktivitas organisasinya didukung orang tua. “Alhamdulillah orang tua mendukung. Karena saya memang menjelaskan ke mereka sebelum aktif di organisasi, tujuannya untuk mengasah diri di luar tugas kuliah. Karena perilaku, sikap, kepemimpinan bisa didapat dari organisasi,” urainya, yang juga menjabat Ketua BEM Fakultas Pertanian USU (2023–sekarang).Namun saat akan maju menjadi calon Ketua BEM USU, ia sempat dilanda dilema. “Soalnya saat itu orang tua kasih ultimatum, boleh telat kuliah tapi jangan lebih dari satu semester. Setelah itu, kiprah saya berlanjut ke tingkat nasional terpilih sebagai Koordinator BEM SI,” ujarnya.Yang paling dijaga oleh Muzammil adalah jangan sampai dikeluarkan dari kampus. Saat ini, toleransi dari orang tuanya bisa sampai dua semester. “Pokoknya yang harus saya jaga jangan sampai DO dari kampus. Soalnya itu amanah dan kepercayaan orang tua,” tegasnya. Tugas AkhirSebagai pembuktian komitmen yang disampai kepada orangtua untuk kuliah dengan benar, sebelum menjadi Koordinator BEM Seluruh Indonesia Muzammil Ihsan sudah melewati seminar proposal untuk tugas akhir. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)Meski sibuk dengan organisasi, Muzammil Ihsan masih bisa membagi waktu. Bahkan ia tidak mengambil cuti kuliah meski aktif di BEM Fakultas, BEM USU, hingga kini BEM SI. “Sekarang saya sudah semester 9. Alhamdulillah saya sudah selesai seminar proposal untuk tugas akhir. Setelah itu akan melakoni seminar hasil dan sidang skripsi. Doakan semuanya lancar,” pintanya.Sebelum berkiprah di tingkat nasional sebagai Koordinator BEM SI, Muzammil sudah menyelesaikan satu tahap penting. “Ini adalah bentuk komitmen saya pada orang tua. Jadi saat ini saya tinggal menyelesaikan tugas akhir saja,” kata peraih Juara 1 Lomba Debat Rakerwil ISMAPETI 2024 ini.Targetnya selama memimpin BEM SI adalah menuntaskan penelitian tugas akhirnya, lalu mempertahankan hasilnya di depan dosen penguji. “Tugas akhir saya meneliti telur asin dengan larutan andaliman. Itu saya uji kadar protein, lemak, air, dan antioksidan. Larutan andaliman berfungsi mencegah potensi kanker,” ungkapnya.Durasi penelitian yang akan dilakukan Muzammil sekitar dua pekan. “Yang lama itu menyusun hasil penelitian setelah pengujian dilakukan selama dua pekan itu,” jelasnya. Kiat BerorganisasiBanyak manfaat yang didapat dari aktif berorganisasi, mulai dari melatih kepercayaan diri, kepemimpinan, komunikasi dengan orang yang lebih tua. Semua itu didapat Muzammil Ihsan dari organisasi. (Foto: Bambang Eros VOI, DI: Raga Granada VOI)Bagi Muzammil Ihsan, kuliah dan organisasi harus berjalan seimbang. “Tips dari saya, ya menjaga keseimbangan antara keduanya. Pokoknya kuliah yang utama, organisasi yang pertama,” tegas peraih Harapan II Lomba Inovasi Feed Supplement Fakultas Peternakan Universitas Udayana 2023.Meski keduanya penting, pada saat tertentu tetap ada yang perlu diprioritaskan. Namun itu tidak berarti yang lain diabaikan, hanya soal pengaturan waktu.Sebagai contoh, ketika ia akan melakukan penelitian untuk tugas akhir, tiba-tiba ada aksi demo besar di akhir Agustus. “Saya tunda dulu penelitiannya sampai semuanya landai. Setelah itu baru melakukan penelitian,” katanya.Yang ia syukuri, berorganisasi justru memberi semangat lebih untuk menyelesaikan kuliah. “Organisasi itu bisa melemahkan kuliah, tapi bisa juga sebaliknya. Alhamdulillah, bagi saya malah membuat makin semangat menyelesaikan kuliah. Soalnya ada target dari orang tua,” ujar Muzammil yang tidak pernah mengulang mata kuliah ini.Kepada mahasiswa, ia menyerukan jangan takut berorganisasi asal tahu cara dan triknya. “Karena dengan berorganisasi bisa melatih kepercayaan diri, kepemimpinan, komunikasi dengan orang yang lebih tua. Semua itu didapat dari organisasi. Kegiatan ekstra kampus bisa mengasah diri,” tandas Muzammil Ihsan.