Menteri Kebudayaan Dorong Kajian Majapahit Lewat Teknologi LiDAR di Trowulan

Wait 5 sec.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya menghidupkan museum untuk menjaga kelestarian warisan budaya. (IST)MOJOKERTO - Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menegaskan pentingnya riset berbasis teknologi untuk mengungkap jejak peradaban Majapahit. Saat menghadiri uji coba teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR) dan Georadar di Kawasan Cagar Budaya Trowulan,  Menbud Fadli menilai langkah ini dapat membuka narasi baru sejarah Majapahit yang selama ini tersembunyi. “Ini titik awal penggunaan LiDAR dan metode geometri. Hasilnya bisa dikombinasikan dengan penelitian lain, lalu dibaca, diinterpretasi, dan ditindaklanjuti,” kata Menbud Fadli Zon di sela kunjungannya ke Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, Minggu, 21 September. Dalam uji coba ini, LiDAR dipasang pada drone VTOL untuk pemetaan jarak jauh menggunakan pulsa cahaya laser. Teknologi ini memungkinkan pendeteksian struktur yang tertutup tanah. Tim gabungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) ikut berpartisipasi. “Memajukan kebudayaan harus melibatkan semua pemangku kepentingan,” tegas Menbud Fadli, menekankan peran perguruan tinggi dan masyarakat. Menbud Fadli Zon  juga menggarisbawahi empat pilar pelestarian: melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina. Situs-situs baru yang ditemukan akan diteliti dan dilindungi. “Museum menjadi fokus kita. Kami akan bekerja sama dengan swasta, perguruan tinggi, dan desa-desa agar ekosistem Majapahit hidup kembali,” ujarnya.Kepala BPK Wilayah XI Endah Budi Heryani menyebut pekan depan LiDAR dan Georadar mulai dipakai secara luas. Hasil awal menunjukkan anomali yang mengindikasikan struktur atau batu bata terpendam—data penting untuk melengkapi narasi sejarah Majapahit. Menbud Fadli menutup kunjungan dengan menekankan pentingnya museum yang merepresentasikan kebesaran Majapahit. “Kita sudah menggelar sayembara desain museum dan penelitian LiDAR di area 20 km persegi. Temuan anomali ini diharapkan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum terjawab,” tutupnya.