CEO Danantara: Penempatan Dana Rp 25 T di BTN Jadi Vitamin Buat Sektor Perumahan

Wait 5 sec.

CEO Danantara Rosan Roeslani. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanCEO Danantara Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menilai penempatan dana pemerintah di PT Bank Tabungan Negara (BTN) sebesar Rp 25 triliun bisa menjadi vitamin untuk sektor perumahan. Rosan mengatakan, dana pemerintah tersebut bisa disalurkan menjadi kredit untuk pembangunan atau konstruksi perumahan."BTN juga ditaruh dana Rp 25 triliun oleh Kementerian Keuangan, sehingga itu adalah anggaran tambahan lagi yang bisa dipergunakan untuk pembangunan, konstruksi dari perumahan dan yang lain-lainnya," katanya saat Simposium Gotong Royong Perumahan Warisan Bangsa, Selasa (16/9).Ia memastikan, pemerintah mendukung penuh inisiatif pengembangan perumahan rakyat yang akan positif terhadap perkembangan Indonesia. Ditemui usai acara, Rosan menjelaskan penempatan dana Rp 200 triliun sudah masuk ke bank BUMN atau himbara pada Jumat pekan lalu, termasuk ke BTN. Dia berharap dana tersebut menjadi vitamin untuk sektor perumahan."Sehingga itu pun bisa dipergunakan secara baik dan benar, kembali lagi untuk mendukung program-program perumahan yang memang adalah bidang dari BTN. Jadi itu salah satu vitamin," ungkap Rosan.Apalagi, pemerintah punya program prioritas 3 juta rumah, sehingga Rosan meyakini penempatan dana tersebut bisa menjadi stimulus lebih bagi sektor perumahan.Meski begitu, Rosan memastikan bahwa kredit untuk sektor perumahan tidak hanya disalurkan dari penempatan dana pemerintah di BTN, namun di bank pelat merah lainnya."Bank-bank lain pun itu tetap terbuka, yang penting itu dana yang masuk itu dipergunakan untuk pendanaan atau loan-loan baru yang produktif, yang terutama dua kriterianya, satu berorientasi ekspor, kedua yang menciptakan lapangan pekerjaan yang tinggi," jelas Rosan.Kemampuan Penyerapan Bank BerbedaDi sisi lain, Rosan menanggapi soal pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ada bank yang hanya sanggup menyerap dana pemerintah Rp 7 triliun. Menurutnya, kemampuan bank memang berbeda-beda."Setiap bank ini beda kemampuan dalam segi lending-nya, dari segi penyerapannya, tetapi ini kan punya satu hal yang positif, karena ini juga memberikan keleluasaan likuiditas di pihak perbankan, sehingga penyaluran pendanaan dengan suku bunga yang lebih baik, lebih kompetitif," tegas Rosan.Dengan suku bunga yang kompetitif ini, kata dia, akan membantu seluruh sektor usaha, terutama bagi pihak swasta, sehingga jumlah peredaran uang meningkat di masyarakat, membuat roda perekonomian berputar dengan lebih baik.Pasalnya, dia mencatat jumlah uang yang beredar atau velocity of money (M1 dan M2) di Indonesia kurang lebih hanya 41-42 persen, sementara banyak negara yang berada di atas 100 persen."Kalau kita ingin pertumbuhan lebih tinggi itu peredaran uangnya perlu lebih tinggi, di banyak negara itu adalah di atas 100 persen, jadi ini adalah satu cara konkret pemerintah membuat peredaran dana ini makin cepat dalam rangka pertumbuhan perekonomian kita akan makin meningkat," pungkas Rosan.