Kementerian Kebudayaan Dukung Sineas Muda Indonesia Tampil di BIFF 2025

Wait 5 sec.

Para Sineas Muda dalam BIFF Jakarta – “Film adalah media rekognisi  internasional, penggerak ekonomi, dan jembatan yang menghubungkan masyarakat,” tegas Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu, 20 September.Ia menilai keikutsertaan Indonesia di Busan International Film Festival (BIFF) 2025 sebagai pengakuan dunia atas kualitas sinema nasional sekaligus penguat posisi Indonesia di kancah perfilman global.Indonesia hadir bukan sekadar peserta, tapi kekuatan kreatif yang berkontribusi di program utama festival, forum industri, dan kerja sama internasional. Dukungan Kementerian Kebudayaan, termasuk melalui program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya, memberi ruang talenta muda meraih rekognisi internasional. “Kami ingin sineas mendapat dukungan berkelanjutan, dari pengembangan kapasitas hingga akses jejaring global,” kata Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra.Enam film Indonesia tampil di BIFF 2025: Esok Tanpa Ibu (Mothernet) karya Ho Wi Dong, Pangku (On Your Lap) karya Reza Rahadian, Rangga & Cinta karya Riri Riza, Sekat-Sekat (Throughout These Cages) karya Aaron Pratama, The Fox King kolaborasi Indonesia–Malaysia karya Woo Ming Jin, dan Badarawuhi di Desa Penari. Empat di antaranya melakukan world premiere, menandai pengakuan global pada karya sineas Indonesia.Kepercayaan dunia makin terlihat lewat peran sineas di forum internasional. Produser Yulia Evina Bhara terpilih sebagai juri kompetisi resmi BIFF 2025 dan menjadi pembicara panel Cinematic Connections: Secrets of Successful Asia-Europe Co-Productions. Profesional Indonesia lain mengisi diskusi di Asian Contents & Film Market (ACFM), seperti Mia Santosa (Visinema), Sigit Prabowo (Cinepoint), FX Iwan (Jagartha), Linda Gozali (JAFF Market), dan Gugi Gumilang (Hot Docs).Regenerasi perfilman kian nyata lewat tiga talenta muda—Vincent Avelio Sentosa, Nona Ica, dan Bela Nabila—yang terpilih di program Platform Busan. Di lini dokumenter, dua proyek Indonesia, Oma karya Armin Septiexan dan Sandan Love Garden karya Luthfi Muhammad, tampil di Documentary WIP Showcase.Momentum diperkuat dengan penandatanganan kerja sama Cinepoint dan JAFF Market untuk memperluas jaringan distribusi film Asia Tenggara. Aktor-sutradara Reza Rahadian mengapresiasi dukungan Kementerian Kebudayaan dan BIFF. “Senang bisa kembali ke BIFF sebagai sutradara. Dukungan pemerintah memberi energi baru agar kami tak sekadar membuat film, tapi membawa nama Indonesia dengan bangga,” ujarnya.Aktor Vandy Woo menambahkan, “Dukungan MTN Seni Budaya bukan hanya tiket ke festival, tapi pengakuan bahwa cerita kita punya tempat di hati penonton global.”Partisipasi Indonesia di BIFF 2025 diharapkan memperluas kerja sama internasional dan memperkuat ekosistem perfilman nasional yang kian tumbuh, sejalan misi Kementerian Kebudayaan menghadirkan budaya sebagai kekuatan bangsa.