Kim Jong-un Terbuka untuk Berunding Asal AS Batalkan Tuntutan Denuklirisasi

Wait 5 sec.

Kim Jong-un dan Donald Trump dalam pertemuan di Hanoi, Vietnam. (Wikimedia Commons/The White House)JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan tidak ada alasan untuk menghindari perundingan dengan Amerika Serikat, jika Washington berhenti mendesak negaranya untuk menyerahkan senjata nuklir, tetapi ia tidak akan pernah meninggalkan persenjataan nuklir untuk mengakhiri sanksi, lapor media pemerintah pada Hari Senin."Secara pribadi, saya masih memiliki kenangan indah tentang Presiden AS (Donald) Trump," KCNA melaporkan pernyataan pemimpin Korea Utara tersebut dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada Hari Minggu, melansir Reuters 22 September.Diketahui, Pemimpin Kim dan Presiden Trump bertemu tiga kali dalam periode pertama pemerintahan politisi Partai Republik itu.Komentar Pemimpin Kim muncul ketika pemerintahan baru di Korea Selatan mendesak Presiden Trump untuk memimpin pembukaan kembali dialog dengan Pemimpin Kim, enam tahun setelah semua perundingan damai dengan Pyongyang gagal akibat sanksi dan pembongkaran nuklir."Jika Amerika Serikat melepaskan obsesi absurd untuk denuklirisasi kami dan menerima kenyataan, serta menginginkan koeksistensi damai yang sejati, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak duduk bersama Amerika Serikat," ujar Pemimpin Kim.Ini adalah pertama kalinya Pemimpin Kim menyebut nama Presiden Trump sejak pelantikan Presiden AS pada Bulan Januari, kata Rachel Minyoung Lee, pakar Korea Utara dari Stimson Center yang berbasis di AS."Ini adalah sebuah pendekatan," katanya."Ini adalah ajakan Kim kepada Trump untuk memikirkan kembali kebijakan AS tentang denuklirisasi, yang implikasinya adalah jika AS menghentikan denuklirisasi, ia dapat duduk berhadapan dengan Trump," lanjutnya.Kata-kata hangat Pemimpin Kim kepada Presiden Trump sangat kontras dengan pernyataan kerasnya, Ia tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir atau berdialog dengan Korea Selatan, yang telah ia tetapkan sebagai musuh utama.Membangun senjata nuklir demi menjaga keamanan Korea Utara dari ancaman serius Amerika Serikat dan Korea Selatan adalah masalah kelangsungan hidup, kata Pemimpin Kim, seraya menyebutkan serangkaian latihan militer rutin yang dilakukan oleh sekutu-sekutunya yang menurutnya telah berkembang menjadi latihan perang nuklir.Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Pyongyang sedang membangun 15 hingga 20 bom nuklir per tahun dan kesepakatan apa pun yang membekukan produksi tersebut akan menjadi langkah yang berguna untuk akhirnya membongkar program tersebut sepenuhnya."Berdasarkan hal itu, kita dapat melanjutkan negosiasi jangka menengah untuk pengurangan senjata nuklir, dan dalam jangka panjang, setelah rasa saling percaya dipulihkan dan kekhawatiran rezim Korea Utara terhadap keamanan berkurang, kita dapat mengejar denuklirisasi," ujarnya.Pemimpin Kim secara blak-blakan menolak rencana bertahap apa pun, dengan mengatakan ajakan dialog baru-baru ini dari Washington dan Seoul tidak jujur ​​karena niat mendasar mereka untuk melemahkan Korea Utara dan menghancurkan rezimnya tetap tidak berubah, dan bahwa rencana bertahap Presiden Lee adalah buktinya."Dunia sudah tahu betul apa yang dilakukan Amerika Serikat setelah memaksa suatu negara menyerahkan senjata nuklirnya dan melucuti senjatanya," kata Pemimpin Kim."Kami tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir kami," tandasnya.Pemimpin Kim mengatakan sanksi telah menjadi "pengalaman belajar" dan membuat negaranya lebih kuat dan lebih tangguh.Diketahui, Korut berada di bawah sanksi dan embargo senjata PBB sejak uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006. Namun, meskipun sanksi tersebut telah menekan pendanaan untuk pengembangan militer, Pyongyang terus membuat kemajuan dalam membangun senjata nuklir dan rudal balistik yang kuat."Kenyataannya adalah, pendekatan sanksi dan tekanan sebelumnya tidak menyelesaikan masalah; malah memperburuknya," kata Presiden Lee kepada Reuters.Presiden Lee telah mendesak Presiden Trump untuk mencoba bertemu Pemimpin Kim ketika Presiden AS mengunjungi Negeri Ginseng bulan depan untuk menghadiri KTT Asia-Pasifik, tetapi Rachel mengatakan pernyataan Pemimpin Kim tampaknya ditujukan untuk menghalangi keterlibatan Korea Selatan."Mungkin dia ingin mendahului pemerintahan Lee dan mencegah pemerintahan Trump bekerja sama dengan Korea Selatan dengan menegaskan kembali bahwa Korea Selatan adalah negara yang terpisah dan, oleh karena itu, tidak dapat menjadi pihak dalam isu nuklir Korea Utara," ujarnya.Presiden Korea Selatan mengatakan Pyongyang menolak untuk berdialog dengan Seoul dan tidak yakin Korea Utara-Amerika Serikat sedang melakukan diskusi konkret, tetapi ia yakin pendekatan bertahap tetap menjadi pilihan yang realistis."Tugas utama kami sekarang adalah menciptakan kondisi untuk dialog," kata Presiden Lee.