Aroma Tubuh Pasangan Bantu Redakan Stres, Benarkah?

Wait 5 sec.

Ilustrasi aroma pasangan. (Pixabay)JAKARTA - Aroma tubuh pasangan disebut dapat membantu meredakan stres. Hal tersebut benar adanya, tetapi tidak semua bau tubuh pasangan, melainkan merujuk pada aroma pasangan tertentu saja.Pada studi psikologi dari University of British Columbia (UBC), bau tubuh pasangan yang dimaksud adalah aroma yang berjalan harmonis dan romantis. Studi ini mengungkapkan bahwa perempuan merasa lebih tenang setelah terpapar aroma pasangan prianya.Temuan studi tersebut menunjukkan spesifikasi aroma pasangan saja. Tanpa kehadiran fisik pasangan, aroma tersebut dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengurangi stres.“Banyak orang mengenakan baju pasangannya atau tidur di sisi tempat tidur pasangannya saat pasangannya pergi, tetapi mungkin tidak menyadari mengapa mereka melakukan perilaku itu,” kata penulis utama studi, Marlise Hofer, dikutip dari laman UBC, pada Rabu, 17 September 2025.Pada studi tersebut, para peneliti merekrut 96 pasangan lawan jenis. Para pria diberi kaos bersih untuk dikenakan selama 24 jam, dan diminta untuk tidak menggunakan deodoran dan produk perawatan tubuh beraroma, merokok, atau mengonsumsi makanan yang bisa mempengaruhi aroma tubuh mereka.Kaos tersebut kemudian dibekukan untuk mengawetkan baunya. Para perempuan secara acak diminta mencium akos yang tidak beraroma (belum dipakai), kaos yang dipakai pasangan mereka, dan kaos yang dipakai oleh orang asing.Para perempuan juga menjalani tes stres yang melibatkan simulasi wawancara kerja dan tugas matematika mental. Mereka juga menjawab pertanyaan terkait tingkat stres, dan memberikan sampel air liur yang digunakan untuk mengukur kadar kortisol.Melalui penelitian itu, ditemukan perempuan yang mencium kaos pasangannya merasa lebih tenang, baik sebelum maupun sesudah tes stres. Mereka mencium kaos pasangannya dan juga mengenal dengan benar kadar kortisol yang lebih rendah, menunjukkan manfaat bau pasangan untuk mengurangi stres.Di sisi lain, wanita yang mencium aroma orang asing memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi sepanjang tes stres. Para peneliti berspekulasi faktor evolusi dapat mempengaruhi mengapa aroma orang asing berpengaruh pada kadar kortisol.“Sejak usia muda, manusia takut pada orang asing, terutama pria yang tidak dikenal, sehingga ada kemungkinan aroma pria yang tidak dikenal memicu respons melawan. Ini menyebabkan peningkatan kortisol, dan bisa terjadi tanpa disadari sepenuhnya,” tambahnya.