Petugas melayani nasabah yang ingin membeli Surat Utang Negara (SUN) ritel Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR008 di Kantor BNI Pusat, Jakarta, Kamis (5/9/2019). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTOObligasi pemerintah atau Surat Utang Negara (SUN) kian dilirik masyarakat sebagai instrumen investasi. Perencana keuangan, Andy Nugroho, menilai produk ini relatif aman karena dijamin langsung oleh negara.“Menurut saya obligasi pemerintah/SUN merupakan instrumen investasi yang cukup aman karena yang menerbitkan dan menjaminnya adalah pemerintah langsung, di mana pemerintah Indonesia belum pernah ada record mengalami gagal bayar dan bahkan penjaminannya pun diatur melalui undang undang,” ujar Andy kepada kumparan, Minggu (21/9).Selain faktor keamanan, SUN juga menawarkan imbal hasil yang cukup menarik. Jika dibandingkan dengan deposito, instrumen seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) maupun sukuk ritel memberikan return yang lebih tinggi. Namun, Andy mengingatkan, potensi keuntungan tersebut tetap berbeda dengan saham.Sebagai perbandingan, Sukuk Negara Ritel seri SR023 yang masa penawarannya berakhir pada 15 September 2025, memiliki imbal hasil 5,8 persen untuk tenor 3 tahun atau SR023T3 dan 5,95 persen untuk tenor 5 tahun atau SR023T5.Sementara untuk bunga deposito, imbal hasil atau bunga berbeda di masing-masing perbankan, juga tergantung dari nilai deposito yang disetorkan. Untuk deposito rupiah dengan nilai kurang dari Rp 100 juta untuk jangka waktu satu tahun, imbal hasilnya hanya sekitar 2,5-3,0 persen.“Dibandingkan dengan deposito, imbal hasil SUN seperti ORI dan sukuk ritel relatif lebih tinggi. Namun bila dibandingkan dengan saham, tentu imbal hasil di saham bisa lebih tinggi karena risikonya yang lebih tinggi juga,” ungkapnya.Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Foto: ANTARA FOTO/Fathul Habib SholehMeski terbilang aman, investor pemula tetap perlu memahami karakteristik produk sebelum menaruh dana. Andy menekankan pentingnya memperhatikan jenis obligasi, apakah memberikan imbal hasil tetap atau fluktuatif, serta jangka waktu kontrak yang berlaku.“Investor perlu memahami spek produk obligasi pemerintah yang akan dibeli. Karena ada yang imbal hasilnya tetap dan ada juga yang fluktuatif. Selain itu lamanya waktu kontrak juga harus,” kata dia.Terkait waktu masuk, Andy menilai SUN masih menjadi opsi menarik meskipun tren suku bunga global dan domestik sedang menurun. Instrumen ini cocok bagi mereka yang cenderung moderat hingga konservatif dalam profil risiko.“Bagi mereka yang memiliki profil risiko moderate-konservatif, meskipun tren suku bunga menurun namun SUN tetap jadi pilihan yang menarik karena suku bunga yang masih lebih kompetitif dibandingkan deposito dan risiko yang lebih rendah dibandingkan saham,” ujarnya.Untuk masyarakat yang ingin mulai berinvestasi, Andy membagikan sejumlah tips praktis. Dana bisa disiapkan mulai Rp 1 juta, dan pembelian dapat dilakukan baik di pasar primer saat masa penawaran awal maupun di pasar sekunder. Investor juga bisa memilih membeli lewat bank yang ditunjuk sebagai agen penjual atau melalui platform fintech yang lebih digital.“Persiapkan dana investasi mulai Rp 1 juta. Bisa beli di pasar primer seperti saat penawaran awal ataupun di pasar sekunder. Bisa beli langsung di bank-bank yang ditunjuk menjadi agen penjual, ataupun melalui agen penjual seperti fintech yang lebih digitalized. Pilih jangka waktu kontrak yang sesuai dengan kesiapan kita,” tutup Andy.***Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.