Redaktur Berhati Baja dan Keseimbangan Hidup

Wait 5 sec.

Fitrah kini memimpin timnya sendiri untuk melakukan investigasi. (Ilustrasi)Berbulan-bulan berlalu. Di bawah bimbingan Bos Top dan Bu Cynthia (sang pengacara supermom), serta dukungan tak henti dari Arine, kondisi mental dan rumah tangga Fitrah kembali normal. Jeda dari hiruk pikuk lapangan memberinya ruang untuk merefleksikan kembali makna integritas yang sesungguhnya. Kebahagiaan di rumah, tawa Arjuna dan Kinara, jauh lebih manis daripada adrenalin yang sempat mencanduinya, mirip candu kopi Polresta.Namun, jiwa dan bakat Fitrah sebagai jurnalis investigasi sejati tidak bisa diam. Saat kondisi sudah pulih sepenuhnya, Bos Top Kembali memanggilnya ke ruangannya."Fit, kami rasa kamu sudah siap kembali ke 'arena' yang sebenarnya," ujar Bos Top dengan senyum penuh arti."Kami mempromosikan kamu menjadi Redaktur," lanjut Bos Top, tatapannya penuh kepercayaan, seolah-olah dia majelis hakim yang baru saja menjatuhkan vonis 'promosi permanen'. "Kami tahu kamu punya bakat luar biasa dalam mencium aroma busuk skandal dan mengungkap kebenaran. Kami butuh itu di level redaksi, di command center Kabar Kilat."Fitrah tertegun. Jabatan Redaktur adalah puncak karir jurnalistik di Kabar Kilat. Ia akan memimpin timnya sendiri, merancang investigasi besar, dan mengendalikan arah berita. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa ia telah belajar dari kesalahan masa lalu, kali ini dengan kebijaksanaan ekstra dan asas 'prioritas keluarga'.Bos Top memberinya tim inti, termasuk beberapa wartawan muda berbakat yang siap diasah oleh Fitrah (dan mungkin diajari cara menghindari kabel laptop yang konspiratif). Aroma tinta kini terasa berbeda; bukan lagi rutinitas administratif Asred yang membosankan, melainkan aroma strategi, perencanaan, dan perburuan fakta yang sesungguhnya.Di jabatan barunya, Fitrah dan timnya dengan cepat mengguncang perpolitikan dan bisnis nasional.Kasus pertama yang mereka ungkap adalah dugaan korupsi besar dalam proyek infrastruktur fiktif yang melibatkan beberapa kementerian (semacam reinkarnasi dana bansos, tapi lebih fancy). Dengan metode investigasi yang rapi dan bukti yang incontestable (tak terbantahkan)—jurus andalannya—tim Fitrah berhasil membongkar jaringan yang rapi dan licin.Laporan mereka menjadi headline selama berminggu-minggu, memaksa KPK bergerak cepat dan menangkap para pelaku utama. Skakmat jilid sekian!Skandal kedua yang mereka sasar adalah jejaring narkoba internasional yang beroperasi melalui pelabuhan-pelabuhan kecil. Fitrah, dengan keahliannya berinteraksi dengan narasumber dari berbagai kalangan, berhasil meluluhkan hati seorang informan kunci yang membuka kotak pandora jaringan tersebut.Hasilnya, ratusan kilogram narkoba disita dan beberapa bandar besar ditangkap. Jackpot berita besar lagi, kali ini level internasional.Kabar Kilat kembali meledak dengan berita-berita eksklusif. Reputasi Fitrah sebagai jurnalis investigasi yang handal semakin kokoh, kali ini tanpa mengorbankan integritas pribadinya.Setiap langkahnya kini penuh perhitungan, mempertimbangkan konsekuensi pada keluarga dan profesionalismenya, menjalankan due process of law (proses hukum yang adil) dan due process of love (proses cinta yang adil) secara bersamaan.Di rumah, Arine adalah pendukung terbesarnya. Fitrah selalu menyempatkan waktu, menjelaskan garis besar liputannya pada Arine, mencari masukan dari sudut pandang Arine yang tenang dan logis. Arine bukan lagi sekadar perawat, tapi juga rekan diskusi strategis Fitrah di balik layar, semacam partner diskusi strategi redaksi.Fitrah Nusantara, kini Redaktur Kabar Kilat, telah menemukan jati dirinya seutuhnya. Ia adalah jurnalis yang berani membongkar kebusukan, namun juga ayah dan suami yang bertanggung jawab.Integritas, baginya, adalah mata uang paling berharga, di redaksi, di lapangan, dan terutama di rumahnya sendiri, di mana aroma kebahagiaan jauh lebih manis daripada aroma tinta termahal sekalipun. (Bersambung – Black Gold dan Kompas Moral Sang Redaktur)