Wamendikdasmen: Hampir Semua Anak Akses Medsos-Internet, Literasi Data Rendah

Wait 5 sec.

Wamendikdasmen Fajar Riza dan Sekjen Kemendikdasmen Suharti saat Rapat Koordinasi Data dan Teknologi Informasi Pendidikan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (15/12/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanWakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mendorong penguatan literasi data sejak usia dini. Hal ini penting sebagai fondasi penting dalam membangun kualitas kebijakan pendidikan di Indonesia.Hal tersebut disampaikan Fajar dalam Rapat Koordinasi Data dan Teknologi Informasi Pendidikan di Hotel Grand Sahid Jaya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (15/12).Acara ini bertujuan mengoptimalkan penyelenggaraan Satu Data Pendidikan, penerapan aplikasi Rumah Pendidikan, sekaligus memperkuat koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.Fajar menegaskan literasi data bukan hanya persoalan teknis pengelolaan data. Namun harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini agar mereka terbiasa berpikir berbasis fakta dan data.“Tapi saya ingin menggarisbawahi, bukan soal datanya. Tetapi tadi, literasi data yang harus kita tumbuhkan di dada anak-anak kita. Mereka harus tahu bahwa pengetahuan tanpa data itu adalah rapuh,” jelas Fajar.Ia menekankan pentingnya membiasakan anak-anak untuk mempertanyakan dasar data dalam setiap proses berpikir, bukan sekadar berangkat dari asumsi atau spekulasi.“Anak-anak kita harus diajari ketika mereka berpikir, basis datanya apa. Sehingga dalam konteks hari ini yang pertama kita sajikan, datanya mana. Bukan sekadar asumsi apalagi spekulasi,” tuturnya.Fajar menjelaskan literasi data mencakup tiga level. Level pertama adalah kecakapan teknis dalam menginput data secara benar, level kedua yaitu kemampuan analitis dalam mengkritisi data, dan level ketiga adalah kemampuan etis dalam memperlakukan data.“Setiap kita sebagai individu di sekolah itu punya kesadaran tentang pentingnya mencari data, memverifikasi data, dan menginput data secara benar. Itu yang dimaksud literasi data pada level yang paling dasar,” kata Fajar.Ilustrasi Data Center. Foto: dotshock/Shutterstock“Literasi data level kedua adalah punya kemampuan analitis. Level yang ketiga adalah kemampuan orang untuk mengkritisi satu data dan juga memperlakukan data itu secara etis,” lanjutnya.Menurut Fajar, literasi data yang kuat akan menentukan validitas data pendidikan yang menjadi dasar perumusan kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.Ia juga mengingatkan bahwa rendahnya literasi data di tengah masifnya akses internet dan media sosial menjadi tantangan serius saat ini.“Hari-hari ini kita kehilangan itu. Hampir semua anak akses media sosial, akses internet, tetapi literasi datanya sangat rendah,” kata Fajar.“Mungkin baru opini, baru omong-omong, baru gosip, makin digosok makin sip. Tapi seakan-akan dianggap kebenaran, lalu di-share lah sedemikian masif,” lanjutnya dengan sedikit berseloroh.Fajar berharap penguatan literasi data dapat berjalan seiring dengan penguatan ekosistem Satu Data Pendidikan, sehingga kebijakan yang dihasilkan memiliki dasar argumentasi data yang kuat.“Saya berharap dengan ajang semacam ini bisa terus berlanjut di tahun depan, sehingga dampaknya satu sisi kita akan punya satu sumber data yang valid atau Satu Data,” ungkap Fajar.“Tapi di saat yang bersamaan kita bisa memastikan setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah itu betul-betul punya dasar argumentasi data yang kuat,” tandasnya.