Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza saat membuka Rapat Koordinasi Data dan Teknologi Informasi Pendidikan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Senin (15/12/2025). Foto: Nasywa Athifah/kumparanWakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq menegaskan pemanfaatan Interactive Flat Panel (IFP) menjadi bagian dari upaya memastikan pemerataan akses pembelajaran berkualitas. Termasuk di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).Fajar mencontohkan pengalamannya saat berkunjung ke Tarakan, Kalimantan Utara, di mana IFP dimanfaatkan secara aktif dalam proses belajar-mengajar, bahkan untuk pembelajaran bahasa asing.“Kemarin waktu saya berkunjung ke Tarakan, saya mampir ke satu kelas, kelas PAUD. Gurunya lagi ngajar pakai IFP gitu kan. Terus kami duduk di ruang kelas itu, ada bangkunya,” kata Fajar saat membuka Rapat Koordinasi Data dan Teknologi Informasi Pendidikan di Hotel Grand Sahid Jaya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (15/12).“Terus saya dengerin mereka lagi belajar Bahasa Mandarin. Karena sekolah itu mengajarkan Bahasa Mandarin,” lanjutnya.Menurut Fajar, pemanfaatan perangkat tersebut menunjukkan teknologi pendidikan dapat menghadirkan kualitas pembelajaran yang setara di berbagai daerah.“Saya pernah ke Tarakan juga, namanya SD Indo Tionghoa, mereka juga penerima Interactive Flat Panel. Di manapun anak-anak kita sekolah, termasuk di daerah 3T, dia akan mendapatkan akses yang sama terhadap konten pembelajaran yang sama baiknya, sama mutunya,” imbuh Fajar.“Terus saya tanya kepada gurunya, sumber belajarnya apa. ‘Sumber belajarnya adalah dari Rumah Pendidikan’,” sambung dia.Namun demikian, Fajar mengakui masih terdapat tantangan dalam penyediaan konten pembelajaran digital yang memadai dan beragam.“Mereka buka-buka. Tapi memang mereka mengatakan tidak semua materi yang mereka butuhkan tersedia. Nah ini adalah tantangan kita semua,” ungkap Fajar.Potret belajar menggunakan papan interaktif atau Interactive Flat Panel (IFP) di SMPN 1 Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (25/11/2025). Foto: SMPN 1 SamarindaFajar menilai, setelah pemerintah mendistribusikan Interactive Flat Panel ke sekolah-sekolah, pekerjaan berikutnya adalah memperkaya konten pembelajaran digital yang kreatif dan menarik bagi siswa.“Setelah pemerintah membagikan Interactive Flat Panel, tantangannya adalah bagaimana kita bisa menyiapkan konten-konten yang kreatif, yang menarik, dengan jumlah yang memang banyak, besar,” tuturnya.Ia menambahkan, konten pembelajaran berbasis visual dan gamifikasi kini lebih efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa dibandingkan buku teks konvensional.“Anak-anak hari ini bosan baca buku, apalagi nggak ada gambarnya,” kata Fajar.Untuk menjawab tantangan tersebut, Fajar mendorong para guru agar aktif memproduksi dan berbagi konten pembelajaran digital melalui IFP.“Bapak Ibu guru boleh membikin konten, diusulkan masuk ke dalam IFP nanti akan dikurasi. Sehingga konten Bapak Ibu bukan hanya dipelajari oleh anak-anak di sekolah sendiri, tapi juga di sekolah yang lain,” ujarnya.Ia menekankan pertukaran pengetahuan antarguru menjadi kunci dalam membangun ekosistem pembelajaran digital yang inklusif dan berkelanjutan.“Pengetahuan itu kan dibagi, bukan dikuasai. Semakin pengetahuan dibagi, maka dia akan memberikan dampak yang lebih luas,” tandasnya.