Ilustrasi parfum dan musik membangkitkan kenangan. Foto: ShutterstockLagu di zaman sekarang sudah menjadi bagian yang wajar dalam kehidupan siapa pun. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, semua memiliki kebiasaan mendengarkan musik. Hal ini karena lagu dapat memengaruhi kondisi emosional seseorang.Saat ini, banyak orang mendengarkan lagu yang menurut mereka memiliki keterkaitan dengan perasaan yang sedang dialami. Ketika sedang sedih, patah hati, atau justru merasa bahagia, pilihan lagu yang diputar biasanya menyesuaikan mood. Lagu mellow atau lagu dengan lirik yang bermakna dalam sering menjadi pelarian ketika seseorang sedang tidak baik-baik saja.Dalam beberapa aktivitas, musik juga bisa memberikan dorongan energi. Misalnya, banyak orang merasa lebih semangat belajar ketika ditemani musik tertentu. Begitu pula saat bekerja atau dalam perjalanan, mendengarkan lagu dapat membuat aktivitas terasa lebih ringan dan menyenangkan.Pengaruh lagu terhadap emosi ini berkaitan dengan aktivitas pada sistem limbik, termasuk amigdala, serta sistem reward yang melibatkan dopamin. Mendengarkan musik berenergi tinggi dapat meningkatkan adrenalin dan dopamin, sehingga membuat seseorang merasa lebih bersemangat. Sebaliknya, lagu bernuansa sedih dapat memunculkan empati atau refleksi diri yang kadang justru membantu meredam emosi.Di era digital, perubahan emosi masyarakat juga semakin mudah terjadi. Paparan berlebih terhadap media sosial seperti TikTok atau Instagram membuat seseorang lebih cepat merasakan naik turunnya emosi. Banyak konten di media sosial yang menampilkan pernyataan atau cuplikan lagu yang terasa relevan dengan perasaan audiens. Hal inilah yang membuat anak muda kerap mengunggah ulang konten tersebut karena merasa “relate” atau merasa terwakili oleh maknanya.Musik, pada akhirnya, bukan hanya hiburan. Ia dapat menjadi cara seseorang memahami perasaannya, mengekspresikan diri, atau sekadar menemukan pelarian sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.