Resistensi Antimikroba: Mengapa Kita Harus Bertindak Sekarang?

Wait 5 sec.

Ilustrasi mikroba Foto: Pixabay/mmmcccDi sebuah ruang rawat inap rumah sakit, seorang ibu muda menatap cemas ketika dokter menjelaskan bahwa infeksi yang diderita anaknya tidak merespons antibiotik yang biasanya ampuh. “Kumannya sudah kebal,” kata sang dokter pelan. Istilah itu mungkin terdengar teknis bagi sebagian orang, tetapi bagi keluarga tersebut, artinya sangat jelas: pengobatan menjadi lebih sulit. Kekhawatiran seperti ini tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi mulai dirasakan di berbagai daerah. Sebuah studi pada tahun 2022 yang dilakukan di sepuluh rumah sakit umum di sepuluh provinsi Indonesia menunjukkan bahwa pasien dengan infeksi bakteri resisten membutuhkan waktu rawat yang lebih panjang dan biaya perawatan yang jauh lebih tinggi.Situasi inilah yang melatarbelakangi peringatan World Antimicrobial Awareness Week (WAAW), sebuah kampanye global yang diperingati setiap 18–24 November untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman kuman kebal obat. Tema WAAW tahun 2025, “Act Now: Protect Our Present, Secure Our Future,” menjadi pengingat bahwa ancaman resistensi antimikroba bukan lagi isu masa depan, kita sedang mengalaminya sekarang.Resistensi antimikroba adalah kondisi ketika kuman seperti bakteri, virus, atau jamur tidak lagi mempan terhadap obat yang dirancang untuk membunuh atau menghambat pertumbuhannya. Dalam kehidupan sehari-hari, bentuk resistensi yang paling sering kita temui adalah bakteri yang kebal terhadap antibiotik, karena antibiotik merupakan obat antimikroba yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Pada prinsipnya, bakteri diobati dengan antibiotik, virus dengan obat antivirus, dan jamur dengan obat antijamur. Ketika antibiotik tidak lagi efektif melawan bakteri yang dulu sensitif, infeksi ringan dapat berubah menjadi penyakit serius yang mengancam jiwa.Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, seperti membeli tanpa resep, menghentikan obat sebelum waktunya, berbagi antibiotik dengan anggota keluarga lain, atau menggunakan antibiotik untuk penyakit akibat virus seperti flu, akan mempercepat kemampuan kuman untuk beradaptasi dan menjadi kebal.Dampaknya terlihat nyata dalam data nasional. Pada tahun 2021 terdapat sekitar 36.500 kematian di Indonesia yang dikaitkan langsung dengan resistensi antimikroba, serta 147.000 kematian yang berhubungan secara tidak langsung. Angka ini menunjukkan bahwa resistensi bukan sekadar istilah medis, tetapi krisis kesehatan masyarakat yang sudah menelan puluhan ribu nyawa. Untuk menjawab situasi ini, Strategi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba 2025–2029 menetapkan prioritas utama pada pencegahan infeksi, penguatan surveilans, peningkatan kualitas layanan laboratorium, dan penggunaan antibiotik secara rasional. Jika strategi ini dijalankan Bersama oleh fasilitas kesehatan, pemerintah daerah, profesi medis, hingga Masyarakat, Indonesia dapat menekan laju resistensi dalam lima tahun mendatang.Pesan “Act Now” adalah seruan untuk bertindak sekarang, sebelum keadaan memburuk. Setiap orang memiliki peran. Tenaga kesehatan harus meresepkan antibiotik sesuai indikasi, dengan dosis dan durasi yang tepat. Petugas apotek harus menolak pembelian antibiotik tanpa resep. Masyarakat perlu mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter dan tidak meminta dokter memberikan antibiotik untuk penyakit akibat virus. Di sektor peternakan, penggunaan antibiotik pada hewan harus dilakukan secara bijak dan berada di bawah pengawasan dokter hewan. Sementara itu, pesan “Protect Our Present, Secure Our Future” mengingatkan bahwa keputusan kecil hari ini menentukan masa depan kesehatan keluarga kita.Pada akhirnya, perjuangan melawan kuman kebal obat bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan. Ini tentang kehidupan sehari-hari. Bayangkan beberapa tahun ke depan, seorang ayah mengalami luka di kaki setelah bekerja, namun infeksinya sulit sembuh karena antibiotik tidak lagi mempan. Atau seorang anak menjalani khitan, prosedur yang selama ini dianggap rutin, tetapi kemudian mengalami infeksi yang sulit diatasi karena antibiotik yang biasanya efektif sudah tidak bekerja. Masa depan seperti itu bukanlah ancaman jauh, ia bisa terjadi lebih cepat dari yang kita bayangkan jika kita tidak berubah mulai sekarang.Melindungi efektivitas antibiotik berarti melindungi masa depan kesehatan keluarga kita. Dan itu dimulai dengan satu langkah sederhana: bertindak sekarang.