Thailand–Kamboja Sepakati Gencatan Senjata Mulai 27 Desember

Wait 5 sec.

Sejumlah warga beristirahat di pusat evakuasi di Sirkuit Internasional Chang, Buriram, Thailand, Sabtu (13/12/2025). Foto: Lillian Suwanrumpha/AFPThailand dan Kamboja menyepakati gencatan senjata pada Sabtu (27/12). Kesepakatan tersebut tertuang dalam pernyataan bersama yang dirilis Kementerian Pertahanan kedua negara.Dengan adanya gencatan senjata ini, pertempuran berdarah antara kedua negara yang pecah di wilayah perbatasan diharapkan terhenti. Pertempuran tersebut berlangsung selama beberapa pekan.“Kedua belah pihak sepakat untuk segera melakukan gencatan senjata setelah penandatanganan Pernyataan Bersama ini, yang berlaku mulai pukul 12.00 siang (waktu setempat) pada 27 Desember 2025. Gencatan senjata ini mencakup semua jenis senjata, termasuk serangan terhadap warga sipil, objek dan infrastruktur sipil, serta sasaran militer dari kedua belah pihak, dalam semua kasus dan di semua wilayah,” demikian bunyi pernyataan Komite Perbatasan Umum Khusus kedua negara yang dikeluarkan oleh pihak Kamboja, seperti dikutip dari AFP.Presiden AS Donald Trump menyaksikan PM Thailand Anutin Charnvirakul dan PM Kamboja Hun Manet menunjukkan dokumen penandatanganan kesepakatan gencatan senjata di sela-sela KTT ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/10/2025). Foto: Evelyn Hockstein/REUTERSTerakhir kali kedua negara menyepakati gencatan senjata terjadi pada Juli 2025 saat KTT ASEAN digelar di Kuala Lumpur. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi perantara dalam kesepakatan tersebut.Adapun sebelum pengumuman gencatan senjata terbaru, pada pekan ini digelar pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN untuk membahas krisis Kamboja–Thailand. Menteri Luar Negeri RI Sugiono turut hadir dalam pertemuan yang digelar di Kuala Lumpur itu.Total akibat pertikaian Kamboja dan Thailand yang kembali pecah sejak November 2025 lalu telah menewaskan 86 orang dari kedua belah pihak.Kondisi semakin memburuk setelah sekitar 150 ribu warga yang tinggal di wilayah perbatasan terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat meningkatnya intensitas pertempuran antara kedua negara.