Di Balik Kualitas Produk Susu, Ada Ibu-ibu Tangguh yang Menjaga Prosesnya. Foto: Nestle IndonesiaHampir tiga dekade lalu, Sianah (55) harus memutar otak untuk mencari tambahan penghasilan. Sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak, tentunya ia ingin pemasukan lebih teratur dan lebih berdaya meski tidak bekerja kantoran.Suatu saat, ia melihat tetangganya yang sudah lebih dulu beternak. Dan hasil yang dicapainya pun tidak main-main, membuat Sianah tertarik untuk menekuni pekerjaan yang serupa.Tetapi, kala itu di tahun 1997, ia harus memulainya serba sendiri dan dari nol. Tanpa lahan, tanpa pengetahuan tentang beternak, dan bahkan tidak ada dukungan, tetapi ia tetap nekat melakukannya. Setiap hari, Sianah merumput sendiri sambil membagi waktunya untuk tetap mengurus keluarga.Perjalanannya sempat terhambat saat terjadi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kehilangan sapi dan penurunan produksi susu sempat mengancam ekonomi keluarga.Namun, melalui pendampingan tim Milk Procurement & Dairy Development (MPDD) Nestlé Indonesia lewat KUD Sumber Makmur, Sianah mendapatkan dukungan berupa obat, edukasi nutrisi, serta pendampingan manajemen kesehatan ternak hingga mampu bangkit kembali. Produksi susunya meningkat, dan sapi-sapinya tumbuh lebih sehat daripada sebelumnya.Dari hanya satu ekor saja, kini Sianah mengelola 24 sapi perah dan enam sapi dara. Pendampingan yang ia terima tak hanya meningkatkan kualitas ternaknya, tetapi juga mendorong kedua anaknya terlibat sebagai peternak muda (youth farmers).Bagi Sianah, beternak bukan sekadar pekerjaan, melainkan sumber kebanggaan karena hasil jerih payahnya dapat dinikmati masyarakat Indonesia.“Kami bekerja karena sayang sama sapinya,” kata Sianah.Peternak Wanita Jangan Mau Kalah dengan PriaYuni Purwanti (42), peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur. Foto: Nestle IndonesiaYuni Purwanti (42) juga memiliki pemikiran yang sama, “Bagaimana ya mencari penghasilan tambahan untuk keluarga setelah menikah?”Suami Yuni sebelum menikah sebenarnya telah bekerja sebagai mblantik atau agen penjual sapi. Namun, penghasilan yang tidak menentu membuat Yuni tergerak. Meski tak mengerti apa pun soal sapi, ia bertekad untuk bisa mencari tambahan penghasilan dari sapi-sapi yang dijual suaminya.Dimulai tahun 2002, ia perlahan belajar mengelola usaha peternakan dengan bermodalkan dua ekor sapi. Tidak mudah rupanya bagi Yuni karena harus melakukannya sambil membagi waktu dengan keluarga, dan bahkan ia sempat ingin menyerah, Moms.Tantangan terberat datang saat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melanda. Penyakit PMK menyebar satu per satu ke seluruh sapi Yuni. Demi merawat ternaknya, ia dan sang suami rela bermalam di kandang karena harus fokus pada pengobatan dari pagi hingga malam. Tekanan mental yang dihadapinya pun juga tidak kalah berat.Yuni Purwanti (42), peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur. Foto: Nestle IndonesiaBeruntung, ia tidak sendirian menghadapi masalah ini. Pendampingan intensif dari tim Milk Procurement & Dairy Development (MPDD) Nestlé Indonesia menjadi titik balik, mulai dari bantuan teknis hingga dukungan langsung di lapangan. Seiring waktu, Yuni juga memperoleh berbagai dukungan, seperti mesin pemerahan, sistem pengairan kandang, hingga penerapan sistem kandang tertutup pada 2015. Hasilnya, produktivitas dan kesehatan ternaknya meningkat signifikan.Kini, dengan 10 ekor sapi, Yuni mampu menghasilkan susu setara peternak lain yang memiliki jumlah ternak lebih banyak. Baginya, beternak adalah pekerjaan bermakna karena hasilnya dinikmati masyarakat luas. Dan kepada sesama peternak perempuan, Yuni berpesan untuk tetap tangguh dan tidak kalah dengan peternak laki-laki.Kontribusi Nestlé Indonesia dalam Pengembangan Produksi Susu Sapi Segar yang BerkelanjutanNestle Indonesia telah berkontribusi signifikan dalam pengembangan produksi susu sapi segar yang berkelanjutan. Foto: Dok. Nestle IndonesiaKisah-kisah inspiratif di atas adalah satu dari banyak cerita perjalanan para peternak sapi perah rakyat yang telah menjadi mitra Nestlé Indonesia selama beberapa tahun ke belakang. Tidak hanya mereka, tetapi masih ada ribuan peternak lainnya yang telah diberdayakan untuk bisa menghasilkan produk susu berkualitas, yang produknya kemudian dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.Ya, selama 50 tahun, Nestlé Indonesia telah menjalin kemitraan dengan peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur. Kerja sama ini bermula pada tahun 1975 ketika Nestlé Indonesia membeli 160 liter susu segar dari sebuah koperasi di Pujon, Malang. Dari satu koperasi, kemitraan ini kini berkembang menjadi 28 koperasi yang melibatkan lebih dari 13.000 peternak sapi perah rakyat sebagai mitra kerja Nestlé Indonesia.Di tengah perjalanan para peternak sapi perah rakyat, Nestlé Indonesia melalui tim Milk Procurement and Dairy Development (MPDD) hadir dengan berbagai program edukasi dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas peternak, mulai dari pengetahuan teknis hingga pengelolaan usaha peternakan.Nestlé Indonesia mewujudkan kontribusi aktif melalui berbagai program komprehensif bagi para peternak sapi perah. Foto: Nestle IndonesiaPresiden Direktur PT Nestlé Indonesia Indonesia, Georgios Badaro, mengungkapkan sejak awal pihaknya telah berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar melalui pendampingan teknis dan pelatihan, serta dukungan finansial untuk pengadaan peralatan peternakan. Semua ini dibantu dengan dukungan tim MPDD."Selama 50 tahun terakhir, kami telah membangun kemitraan yang kuat dengan ribuan peternak sapi perah, koperasi, serta pemerintah pusat dan daerah, dan berperan penting dalam membangun komunitas persusuan yang tangguh di Jawa Timur," kata Badaro dalam keterangan rilisnya."Di Nestlé, kami selalu meyakini bahwa untuk dapat bertumbuh dan berkembang, komunitas yang kami layani dan tempat kami beroperasi juga harus turut berkembang. Capaian yang kami raih selama 50 tahun terakhir menjadi bukti nyata kuatnya kolaborasi, dan seiring melangkah ke depan, komitmen kami tetap sama.”Nestle Indonesia telah berkontribusi signifikan dalam pengembangan produksi susu sapi segar yang berkelanjutan. Foto: Dok. Nestle IndonesiaBeberapa upaya pemberdayaan yang dilakukan antara lain:1. Akses Teknologi untuk PeternakanPeternak mendapatkan akses terhadap teknologi yang mendukung efisiensi produksi susu dan praktik beternak yang lebih modern serta berkelanjutan.2. Pengelolaan Limbah Ternak Ramah LingkunganLimbah peternakan diolah menjadi biogas dan pupuk, membantu mengurangi dampak lingkungan, sekaligus memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi peternak.3. Penerapan Praktik Pertanian Berkelanjutan (Regenerative Farming)Peternak didorong menerapkan praktik beternak yang menjaga keberlanjutan sumber daya alam, meningkatkan kualitas tanah dan air, serta mendukung pemulihan ekosistem.4. Kualitas Bahan Baku dari Peternak sebagai Fondasi Produk BergiziMelalui strategi “Good for You”, Nestlé Indonesia menekankan pentingnya bahan baku susu berkualitas tinggi yang dihasilkan langsung oleh peternak mitra.5. Keberlanjutan Lingkungan sebagai Tanggung Jawab BersamaMelalui pendekatan “Good for Planet”, Nestlé Indonesia memastikan para peternak mitra turut berperan aktif menjaga kelestarian alam demi keberlanjutan usaha peternakan dan generasi mendatang.