Visual dari Beruang Madu (sumber foto : Unsplash.com/David White)Banjir besar yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera pada akhir November 2025 meliputi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak hanya berdampak pada kehidupan warga. Di balik genangan air dan kerusakan infrastruktur, ada dampak lain yang sering luput dari perhatian: terganggunya habitat satwa liar salah satunya beruang madu di hutan Sumatera.Hujan dengan intensitas tinggi membuat banyak sungai meluap. Air masuk ke permukiman, lahan pertanian, hingga kawasan hutan yang selama ini menjadi rumah bagi satwa liar.Ketika Hutan Ikut KebanjiranBanjir di kawasan hutan bukan sekadar air lewat lalu hilang. Air membawa lumpur, merusak tanah, dan mematikan tumbuhan kecil yang penting bagi ekosistem. Pohon-pohon muda bisa roboh, sementara sumber makanan satwa ikut berkurang.Ilustrasi Deforestasi Hutan (sumber foto : Freepik)Di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, hutan berperan penting sebagai penyerap air hujan. Namun ketika hujan ekstrem datang terus-menerus, hutan yang sudah tertekan oleh aktivitas manusia menjadi semakin rentan.Akibatnya, bukan hanya manusia yang terdampak, tetapi juga satwa liar yang sepenuhnya bergantung pada hutan.Beruang Madu Kehilangan Ruang HidupBeruang madu adalah beruang terkecil di dunia, tapi perannya di hutan sangat besar. Mereka membantu menyebarkan biji tanaman dan menjaga keseimbangan ekosistem. Untuk bertahan hidup, beruang madu mengandalkan buah-buahan, madu hutan, dan serangga.Visual dari udara banjir yang menerjang daerah Agam, Sumatera Barat (sumber foto: Reuters/Willy Kurniawan)Saat banjir melanda, akses beruang madu terhadap makanan dan tempat berlindung jadi terbatas. Genangan air dan longsor memaksa mereka berpindah dari wilayah jelajah alaminya.Dalam kondisi seperti ini, beruang madu berada dalam posisi sulit: tetap bertahan di hutan yang rusak, atau keluar mencari tempat yang lebih aman.Risiko Bertemu Manusia Semakin BesarKetika beruang madu keluar dari hutan, risiko konflik dengan manusia meningkat. Mereka bisa masuk ke kebun, ladang, atau area dekat permukiman untuk mencari makanan.Di saat yang sama, warga yang terdampak banjir sedang berusaha memulihkan kondisi ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Pertemuan tak terduga dengan satwa liar bisa memicu kepanikan, kerugian, bahkan membahayakan kedua belah pihak.Tanpa penanganan yang tepat, konflik manusia dan satwa liar bisa berujung pada cedera atau kematian satwa.Ancaman Jangka Panjang bagi Beruang MaduBanjir besar yang terjadi berulang kali berpotensi mempercepat kerusakan habitat beruang madu. Hutan membutuhkan waktu lama untuk pulih, sementara tekanan dari aktivitas manusia sering kali justru meningkat setelah bencana.Bagi beruang madu, ini berarti ruang hidup yang makin sempit. Padahal, spesies ini sudah lebih dulu terancam oleh deforestasi dan perburuan ilegal.Jika kondisi ini terus berlanjut, kelangsungan hidup beruang madu di Sumatera bisa semakin terancam.Menjaga Hutan, Menjaga KeseimbanganBanjir di Sumatera pada November 2025 menjadi pengingat bahwa kondisi hutan dan risiko bencana saling berkaitan. Hutan yang sehat membantu menahan air hujan, mengurangi banjir, dan tetap menjadi rumah aman bagi satwa liar.Menjaga hutan bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga soal keberlanjutan hidup manusia dan satwa di Sumatera.