Gaya Konsumtif Generasi Z Dengan Dalih Self-Reward: "Demi Kesehatan Mental"

Wait 5 sec.

Ilustrasi Shopping-Self Reward (Sumber: Shutterstock)Istilah "Self-reward" semakin akrab di telinga Generasi Z atau Gen Z. Self-reward merupakan bentuk penghargaan kepada diri sendiri dengan memberikan suatu hal yang mampu menyenangkan hati. Setelah menghadapi pekerjaan yang berat, tekanan akademik, ataupun hiruk pikuk kehidupan, memberikan apresiasi kepada diri sendiri merupakan suatu hal yang wajar demi menjaga kewarasan mental. Dilansir dari laman AOL Finance, fenomena ini bahkan disebut sebagai bagian dari treat culture, yakni kebiasaan generasi muda memberi hadiah kecil sebagai kompensasi atas tekanan hidup. Di era sekarang ini, Gen Z lebih sering merayakan diri sendiri dengan self-reward yang biasa dilakukan dengan cara membeli makanan enak, nongkrong di Cafe, membeli barang branded, ataupun healing ke luar kota. Self-reward yang menjadi budaya Gen Z ini menjadi salah satu cara efektif untuk menghadapi burn out. Menurut penelitian, self-reward dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan motivasi intrinsik individu (Komarudin, 2024). Namun demikian, self-reward akan berujung pada self-ruin atau kehancuran diri sendiri jika tidak dapat dikendalikan dengan baik. Budaya self-reward yang berlebihan akan memicu perilaku konsumtif. Studi menunjukkan bahwa literasi keuangan yang rendah dan kontrol diri yang lemah berkontribusi signifikan terhadap perilaku konsumtif pada generasi ini (Akbar, R. P., & Armansyah, 2023). Dibanding dengan generasi sebelumnya, Gen Z dikenal sebagai generasi yang melek digital dan turut aktif di media sosial. Hal ini menjadi salah satu faktor utama Gen Z rentan terjebak dalam self-reward berlebihan karena pengaruh konten di dunia maya. Seperti tren TikTok yang menampilkan perilaku Gen Z menghabiskan uang di tempat makan mahal namun "aesthetic" demi mampu "menghidupkan" branding di media sosial pribadinya. Tak hanya itu, Gen Z juga bisa dengan mudah tanpa berpikir panjang untuk membeli barang branded demi mampu tampil mengikuti tren yang sedang ramai. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Express menemukan bahwa sekitar 72% dari Gen Z mengatakan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk hal-hal yang membuat mereka terlihat menarik di media sosial. Bagi Gen Z, mengikuti tren bukan hanya sekedar menyesuaikan zaman, namun itu merupakan cara mereka untuk tampil dan berusaha untuk bisa diakui. Media sosial pribadi yang terlihat keren dan juga mewah menjadi standar sosial demi menjaga identitas diri. Oleh karena itu, Gen Z sering merasa tertekan demi mengikuti standar di media sosial yang mengakibatkan timbulnya perilaku konsumtif secara tidak sadar. Pola ini bisa dikemas dengan rapi oleh Gen Z dengan dalih self-reward karena mereka merasa bahwa diri mereka pantas mendapatkan apresiasi berupa hadiah atas beratnya kehidupan serta pencapaian sederhana mereka. Self-reward yang dilakukan secara berlebihan memiliki dampak buruk bagi diri sendiri, seperti : 1.Memunculkan Gaya Konsumtif yang Tidak TerkontrolGen Z banyak mengeluarkan uang secara impulsif dengan dalih self-reward untuk membeli barang branded, nongkrong mahal, serta mengikuti tren media sosial. Jika hal ini dilakukan terus menerus, maka sudah dapat dipastikan bahwasanya mereka tidak akan bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, sehingga pengeluaran tidak akan terkontrol. 2.Memicu Krisis Finansial di Usia MudaKebiasaan buruk mengeluarkan uang secara impulsif akan berdampak pada kehidupan jangka panjang. Alih-alih menabung, Gen Z lebih tergiur dengan kesenangan sesaat. Self reward yang berlebih mungkin bisa menjadi hal yang menyenangkan di masa sekarang, tapi hal itu akan mengorbankan stabilitas finansial jangka panjang. 3.Memicu Ketergantungan Emosional pada Validitas EksternalSelf-reward yang dilakukan secara berlebihan kerap kali ditujukan bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri, tetapi untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Hal ini akan mengakibatkan seseorang memiliki standar kebahagiaan hanya jika ketika dirinya mendapatkan pengakuan, like, komen dan validitas sosial. 4.Berpotensi Menormalisasi Pembenaran DiriSelf-reward terkadang dilakukan bukan hanya ketika seseorang berhasil mencapai sesuatu. Tapi bisa juga dilakukan sebagai bentuk penenang ketika ia tidak berhasil mendapatkan hal yang ia inginkan, dengan alasan "aku pantas bahagia, aku pantas diberi apresiasi". Setiap kesalahan dan kegagalan tanpa evaluasi kerap kali dinormalisasikan dengan dalih "aku kan sudah berusaha", sehingga seseorang akan abai dengan tanggung jawabnya. Bahaya self-reward yang dilakukan secara berlebihan sangat fatal. Pembiasaan tersebut akan menyebabkan pola pikir generasi muda tergerus dan tergiur dengan kesenangan sesaat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa hal terkait cara memberikan apresiasi kepada diri sendiri atau self-reward, yakni :1.Tetapkan Tujuan dan Target Self-Reward yang JelasSebelum mengapresiasi diri sendiri, kita seharusnya paham terlebih dahulu atas alasan apa yang kita punya sehingga kita layak untuk diberi apresiasi. Sehingga kita dapat memastikan bahwa self-reward hanya dapat dilakukan ketika kita berhasil mencapai alasan tersebut. 2.Tidak Impulsif dan Sesuaikan Dengan Kemampuan FinansialSelf-reward bisa dilakukan dengan memberi barang yang kita inginkan, tapi dengan syarat tidak melampaui batas kemampuan finansial dalam membelinya. 3.Fokus Nilai Jangka PanjangKetika kita ingin membeli barang sebagai bentuk self-reward, kita harus menganalisis kebermanfaatan berkelanjutan barang tersebut sehingga bukan membeli hanya untuk kepuasan sesaat. Self-reward adalah hal yang wajar untuk dilakukan untuk menyenangkan diri sendiri dan untuk menjaga kewarasan mental, namun tetap dengan batasan yang jelas. Karena ketika self-reward dilakukan secara berlebihan, maka akan menimbulkan perilaku konsumtif yang berdampak buruk bagi diri sendiri. Oleh karena itu, generasi muda yakni Gen Z sepatutnya bisa mengantisipasi diri agar mampu mengelola kestabilan mental dan finansial dengan baik, yakni dengan cara tidak melakukan perilaku konsumtif hanya dengan dalih mengapresiasi diri sendiri.